Pernah Diduga Mencuri Alat Bantu Jalan, Pria dengan Cerebral Palsy Adakan Kampanye Melawan Stigma Disabilitas

- 2 September 2021, 07:12 WIB
Ilustrasi alat bantu dengar untuk penyandang tuli.
Ilustrasi alat bantu dengar untuk penyandang tuli. /Pixabay/kalhh/

ZONABANTEN.com - Orang-orang selalu mem Nathan Gaba ke dalam kotak perumpamaan karena kelumpuhan di otaknya akibat penyakit cerebral palsy, namun sering kali mereka salah menebak.

Di satu sisi, beberapa orang mengatakan dia tidak cukup kuat untuk melakukan aktivitas tertentu, tetapi di sisi lain, sebagai pemuda kulit hitam, dia harus berulang kali membuktikan kecacatannya, termasuk kepada petugas polisi yang menuduhnya mencuri alat bantu jalan.

“Apakah saya berjalan-jalan atau pergi ke bioskop dengan teman-teman saya, saya terus-menerus mendapatkan tatapan yang sangat negatif,” ujar penduduk asli Toronto berusia 21 tahun tersebut kepada CTVNews.ca dalam sebuah wawancara video.

Kesalahpahaman orang dan stigma yang dihasilkan adalah masalah terbesarnya, kata Gaba, bukan kecacatannya.

Baca Juga: Kargo Dragon Terbaru SpaceX Telah Berlabuh di Stasiun Luar Angkasa

Dia tidak melihat kebutuhan untuk menggunakan tongkat atau alat bantu jalan sebagai masalah, melainkan apa yang membuatnya menjadi ‘orang positif seperti saya hari ini.’

Sekarang, dia memastikan orang lain juga tidak terkecoh oleh kecacatan mereka.

Musim gugur ini, dia dan tim penyandang disabilitas muda lainnya akan mengunjungi ruang kelas dan tempat kerja secara virtual untuk berbagi tips mengatasi ableism sistemik.

Ableism mencirikan orang-orang yang didefinisikan oleh kecacatan mereka sebagai inferior dibandingkan non-cacat.

Atas dasar ini, orang mulai dicap untuk tidak dapat melakukan suatu kemampuan, keterampilan, atau orientasi karakter tertentu berdasarkan stigma tersebut.

Baca Juga: Angka Covid-19 Melambung Tinggi, Stok Vitamin C Kian Menipis, Konsumsi Buah Papaya Bisa Jadi Penggantinya!

Semua itu adalah bagian dari kampanye “Dear Everyone” Rumah Sakit Rehabilitasi Anak Holland Bloorview di Toronto, yang memulai tahun kelimanya pada 30 Agustus.

Topik yang dibawakan oleh Gaba selama kunjungan kelas termasuk:

Membangun kepercayaan diri pada anak-anak penyandang disabilitas;

Memastikan orang lain bertanya daripada berasumsi apa yang dibutuhkan atau tidak dibutuhkan oleh penyandang disabilitas; dan

Membuat orang-orang non-disabilitas menyadari aksesibilitas sebuah ruang atau aktivitas untuk kaum penyandang disabilitas.

“Semakin kita melakukan percakapan yang menarik ini, semakin banyak kita belajar dan… semakin kita bisa menerima semua orang,” ujar Gaba.

Kampanye “Dear Everyone” mengadakan seminar publik virtual besar bulan ini, dan menampilkan delapan kesaksian anak-anak dan dewasa muda lainnya tentang menangani stigma dan bias.

Misalnya, calon jaksa kriminal Gavi Engel-Yan, yang menggunakan tabung permanen di tenggorokannya untuk membantunya bernapas.

Baca Juga: Mengapa Vaksin Pfizer Resmi Diganti Menjadi Comirnaty? Ini Alasannya

Yan ingin orang-orang tidak malu memintanya mengulangi sesuatu ketika mereka tidak mengerti apa yang diutarakannya.

Sementara itu, Tai Young, seorang artis,  ingin melihat sesama pengguna kursi roda di atas panggung dan di film.

Rachel Kwok, seorang calon jurnalis, ingin orang-orang berhenti menatapnya ketika dia hanya menjalani hidupnya dan berkeliling di kursi roda listriknya.

Bergabung dengan Gaba di ruang kelas adalah Ahsan Musavi, 24 tahun, yang bermain sepak bola tetapi memakai sepatu khusus untuk mengakomodasi kaki kirinya yang lebih pendek dari kanannya, karena septic arthritis yang dialaminya semenjak masa kecil.

“Saya memberi tahu anak-anak penyandang disabilitas lain untuk memulai dengan terlibat dan melakukan hal-hal kecil yang Anda sukai.” ujar Ahsan di blog Holland Bloorview

“Melakukan itu akan membantu mencapai tempat yang diinginkan,” ujar Ahsan menambahkan.

Selama kunjungan virtual, Gaba tidak membaca naskah.

Gaba justru merasakan apa yang akan dia katakan berdasarkan interaksinya dengan siswa.

Untuk memudahkan percakapan yang sulit, dia mencari titik temu.

Misalnya, dengan pemuda non-disabilitas, dia menunjukkan bagaimana setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing.

Baca Juga: Breaking! Kargo Dragon Terbaru SpaceX Telah Berlabuh di Stasiun Luar Angkasa

Dan ketika dia berbicara dengan sesama pemuda penyandang disabilitas, dia menanamkan ide-ide seperti ‘harga diri, pembelaan diri, mengambil inisiatif serta untuk tidak menunggu orang lain untuk melakukan sesuatu tetapi melakukannya sendiri.’

Gaba mengatakan disabilitas bukanlah sesuatu yang memalukan.

“Saya hanya ingin mereka merasa nyaman melakukan percakapan ini.” ujar Gaba menambahkan.

Melalui kunjungan virtual Gaba dan kawannya tersebut, penyelenggara memperkirakan mereka dapat menjangkau setidaknya 10 tempat kerja yang berbeda, dan sekitar 10.000 siswa di 30 sekolah di Ontario.

Tetapi penyelenggara memiliki pandangan mereka untuk memperluas ke seluruh negeri.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: CTV News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x