Keadaan Semakin Parah, Bantuan Gempa Haiti Belum Mencapai Warga yang Membutuhkan

- 22 Agustus 2021, 00:34 WIB
Perkembangan Gempa Haiti, Keadaan Semakin Parah, Bantuan Belum Mencapai Warga yang Membutuhkan
Perkembangan Gempa Haiti, Keadaan Semakin Parah, Bantuan Belum Mencapai Warga yang Membutuhkan /REUTERS/Ralph Tedy Erol

ZONABANTEN.com - Ketegangan di Haiti meningkat karena kurangnya bantuan ke daerah-daerah terpencil di negara miskin yang paling parah dilanda gempa dahsyat minggu lalu.

Gempa tersebut menewaskan lebih dari 2.000 orang dan menghancurkan berbagai infrastruktur negara tersebut.

Banyak juga warga Haiti yang mendapatkan rumah dan mata pencahariannya hancur akibat gempa berkekuatan 7,2 skala richter yang melanda pada 14 Agustus lalu itu. 

Mereka mengatakan tidak yakin bagaimana memulai pembangunan kembali.

Kekesalan saat menunggu bantuan memuncak pada hari Jumat.

Penduduk mulai menyerang truk bantuan di beberapa kota di selatan negara Karibia.

Baca Juga: Muncul Survei Soal Kinerja Kejagung, Praktisi Hukum: Curiga Arahnya ke Politik

Konfrontasi juga meletus setelah mantan Presiden Michel Martelly mengunjungi rumah sakit setempat di kota Les Cayes. Salah satu staf Martelly meninggalkan sebuah amplop berisi uang yang segera menjadi rebutan dan berakhir dengan kekerasan.

"Kami prihatin dengan situasi keamanan yang memburuk yang dapat mengganggu bantuan kami kepada warga Haiti yang rentan.” ujar Pierre Honnorat, kepala Program Pangan Dunia PBB di Haiti.

“Kami sedang berbicara dengan pihak berwenang dan semua aktor untuk mencoba dan mencegah hal ini," ujar Pierre menambahkan.

Korban tewas resmi dari gempa yang didapat oleh CTV pada 21 Agustus 2021 mencapai 2.189 orang, dengan perkiraan 332 orang masih hilang. 

Baca Juga: 129 Warga Indonesia Dipulangkan dari Taiwan, Kepala BP2MI: Sampai Di Liang Kubur Akan Kita Kejar

Tetapi penduduk di kota-kota di pedesaan pedesaan selatan masih menggali mayat yang diyakini terletak di bawah puing-puing.

Puluhan ribu rumah hancur, membuat banyak keluarga tidak punya pilihan selain tidur di luar meskipun hujan deras di malam hari. 

Musim badai di Karibia berlangsung hingga akhir November dan Perdana Menteri Ariel Henry telah memperingatkan penduduk untuk bersiap menghadapi lebih banyak badai.

"Setelah fase darurat, yang kami harap hanya akan berlangsung beberapa minggu, kami perlu mulai memikirkan rekonstruksi," ujar Henry dalam pertemuan dengan Organisasi Negara-negara Amerika pada hari Jumat, meminta negara-negara tetangga untuk dukungan dan bantuan.

Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, telah mengirimkan tim bantuan dan penyelamatan.

Lloyd Austin, Menteri Pertahanan AS, mengatakan di Twitter bahwa kapal angkatan laut USS Arlington sedang menuju ke Haiti.

Kapal Amphibious Transport Dock dari kelas San Antonio tersebut membawa helikopter, tim bedah, dan kapal pendarat untuk membantu upaya bantuan di negara tersebut. 

Baca Juga: Lima Terduga Teroris di Sulteng dan Sulsel Berhasil Diringkus Densus 88 Antiteror Polri

Jalur menuju daerah yang paling membutuhkan bantuan telah terhalang oleh tanah longsor dan kerusakan pada jalan raya utama.

Selain itu, pertempuran geng kriminal juga telah mempersulit perjalanan antara ibu kota Port-au-Prince.

Akses menuju tanaman panen dan air minum di bagian selatan negara itu telah dihancurkan.

Pejabat dan penduduk di kota-kota kecil dan daerah pedesaan terus menghitung jumlah korban tewas dan menghilang. 

Bagi banyak orang lainnya, gempa bumi telah menjungkirbalikkan hidup mereka dengan cara yang lebih tenang namun bertahan lama.

Manithe Simon, warga berumur 68, berdiri di depan rumahnya yang ambruk di Marceline pada hari Jumat.

Baca Juga: Ini Alasan Atta Halilintar Ungkap Kehamilan Aurel setelah 3 Bulan Ditutupi, Benarkah Karena Takut Pamali?

Simon terkejut melihat betapa cepatnya bulan madunya berubah menjadi mimpi buruk.

Hanya beberapa hari sebelum gempa, Simon dan Wisner Desrosier akhirnya memutuskan untuk menikah dalam sebuah kebaktian di gereja Baptis terdekat. 

Mereka telah bersama selama 44 tahun dan membesarkan empat anak bersama.

Sekarang, kamar tidur tempat dia berpose untuk foto pernikahan hanya menjadi puing-puing.

"Pernikahan kami sangat indah, meskipun hari itu hujan kucing dan anjing," ujar Simon. 

"Tapi sekarang kita telah kehilangan segalanya." ujar Simon menegaskan.***

 

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: CTV News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah