Pasukan Keamanan Tembaki Kerumunan, 8 Orang Pengunjuk Rasa Anti Kudeta Myanmar Tewas

- 3 Mei 2021, 17:45 WIB
Protes Kudeta Myanmar
Protes Kudeta Myanmar /Twitter @HtetMg20


ZONABANTEN.com - Setidaknya 8 orang pengunjuk kembali dilaporkan tewas dalam protes anti-kudeta Myanmar. Protes terbesar dalam beberapa hari menarik tindakan brutal dari pasukan keamanan dengan kematian dilaporkan di seluruh negeri.

Korban terus berjatuhan usai pasukan keamanan menembaki kerumunan protes terbesar terhadap pemerintahan militer dalam beberapa hari. protes telah berlangsung selama tiga bulan pasca kudeta yang menjerumuskan Myanmar ke dalam kekacauan politik.

Ribuan orang di kota-kota besar di seluruh negeri, bergabung dalam protes pada hari Minggu 2 Mei 20201, menyerukan “Revolusi Musim Semi Myanmar Global”. Unjuk rasa untuk mendukung protes anti-kudeta juga terjadi di luar Myanmar, saat Paus Fransiskus menyerukan perdamaian.

"Guncang dunia dengan suara persatuan rakyat Myanmar," kata penyelenggara dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Berhasil Tangkap Munarman Mabes Polri Kebanjiran Karangan Bunga

Kantor berita Mizzima menyatakan, dua orang ditembak dan tewas di Mandalay, kota terbesar kedua di negara Myanmar. Situs berita Irrawaddy sebelumnya memposting foto seorang pria yang dikatakan sebagai petugas keamanan berpakaian preman membidik dengan senapan di Mandalay.

Tiga orang tewas di pusat kota Wetlet, kata kantor berita Myanmar Now, dan dua orang tewas di berbagai kota di Negara Bagian Shan di timur laut, dua media melaporkan. Satu orang juga tewas di kota pertambangan giok utara Hpakant, menurut laporan Grup Berita Kachin.

Kantor berita Reuters tidak dapat memverifikasi laporan tersebut, sementara juru bicara pemerintah yang berkuasa tidak menjawab panggilan saat dimintai komentar.

Diketahui Militer merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi dan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang berkuasa, pada 1 Februari silam.

Baca Juga: 300 Pedagang Pasar Ciputat Tangsel Bakal Terima BPUM

kudeta militer lantas memicu gerakan pembangkangan sipil dengan aksi pemogokan dan protes massa.

Konflik berkepanjangan dengan kelompok etnis bersenjata di daerah perbatasan di utara dan timur juga meningkat, membuat puluhan ribu warga sipil mengungsi, menurut perkiraan PBB.

Militer menanggapi protes dengan penangkapan dan kekuatan mematikan dan mengabaikan seruan dari negara-negara tetangga dan PBB untuk mengakhiri kekerasan.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), yang memantau situasi mengatakan, pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 765 pengunjuk rasa sejak kudeta, sementara sekitar 4.609 orang telah ditangkap.

Militer, yang menyebut AAPP sebagai organisasi yang melanggar hukum, telah mengakui 258 pengunjuk rasa telah tewas, bersama dengan 17 polisi dan tujuh tentara.

Baca Juga: Masih Berkonflik, AS dan Inggris Bantah Keras Laporan Iran Soal Kesepakatan Pertukaran Tahanan

Para jenderal memerintah Myanmar selama hampir 50 tahun sampai mereka memulai proses reformasi tentatif 10 tahun lalu.

Panglima Angkatan Darat Min Aung Hlaing mengatakan, kudeta diperlukan karena dugaan kecurangan dalam pemilihan November lalu yang dimenangkan NLD secara telak. sementara itu Komisi pemilihan mengatakan tidak menemukan bukti kesalahan.

Kekerasan yang sedang berlangsung di Myanmar telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan komunitas internasional. Unjuk rasa untuk mendukung gerakan anti-kudeta juga diadakan di kota-kota lainnya di dunia, seperti Taipei hingga Vancouver dan London.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah