Penyelidik AS Ungkap Penyebab Kecelakaan Kobe Bryant Karena Kelalaian Pilot dan Pelanggaran Aturan Penerbangan

- 10 Februari 2021, 13:00 WIB
Kobe Bryant
Kobe Bryant /Instagram @kobebryant


ZONA BANTEN – Kobe Bryant, pemain basket profesional National Basketballs Association (NBA) Amerika Serikat (AS) meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter saat sedang menuju ke pertandingan bola basket.

Dilansir dari ABC News, penyelidik federal pada hari Selasa, 9 Februari 2021 mengatakan helikopter yang membawa Kobe Bryant, putrinya, dan tujuh orang lainnya termasuk pilot, jatuh Januari 2020 lalu disebabkan karena pilot kebingungan setelah terbang dalam kabut tebal.

Menurut penyelidik, pilot dalam kecelakaan itu disebut tidak mengikuti pelatihan, melanggar aturan penerbangan visual, dan tidak dapat membedakan antara naik dan turun.

Pilot bernama Ara Zobayan, terbang di bawah Visual Flight Rules (aturan visual penerbangan), yang berarti dia membutuhkan visibilitas penuh.

Baca Juga: Terungkap, Penyebab Kecelakaan Helikopter yang Menewaskan Kobe Bryant dan Putrinya

Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) AS mengatakan bahwa alih-alih melakukan pendaratan darurat ke bandara terdekat, Zobayan malah melanjutkan penerbangan hingga menabrak awan tebal.

Para penyelidik mengatakan pilot itu mencoba untuk keluar dari awan tetapi malah berbelok ke kiri dan turun, membanting helikopter ke perbukitan terdekat.

Helikopter itu seharusnya membawa Bryant dan teman dekat keluarga mereka menuju ke pertandingan bola basket di Bryant's Mamba Sports Academy.

Zobayan telah bekerja sebagai pilot di Island Express Helicopters sejak 2011 dan  tercatat memiliki sekitar 8.500 jam terbang.

Dia telah terbang di area kecelakaan selama satu dekade dan sering kali menerbangkan Kobe Bryant.

Baca Juga: Kobe Bryant Masuk Daftar Naismith Memorial Basketball Hall of Fame 2020.

Zobayan dilaporkan mengatakan kepada pengawas lalu lintas udara bahwa pesawat mendaki hingga ketinggian 4.000 kaki, padahal sebenarnya pesawat itu sedang jatuh.

“Skenario yang kami yakini terjadi adalah bahwa dia terbang bersama, dia menyadari terhambat dengan visibilitas, dan dia pasti telah membuat keputusan bahwa ‘saya akan menerobos awan ini dan naik ke atas’,” kata ketua NTSB, Robert Sumwalt dikutip ZONA BANTEN dari artikel ABC News.

Para ahli mengatakan kecelakaan itu seharusnya bisa dicegah jika pilot tak bertentangan dengan pelatihannya.

Departemen Kepolisian Los Angeles telah menghentikan armada helikopternya pada pagi hari setelah kecelakaan itu karena jarak pandang yang buruk akibat kabut tebal.

Zobayan mengirim pesan teks di pagi hari sebelum kecelakaan itu terjadi dan mengatakan bahwa cuaca terlihat baik-baik saja setelah menyampaikan kekhawatiran sehari sebelumnya bahwa penerbangan mungkin tidak akan dilakukan karena kondisi yang buruk.

Menurut NTSB, Zobayan sering mengemudikan penerbangan untuk Bryant dan sepertinya tidak ingin mengecewakannya. Meskipun demikian, agensi tersebut mengatakan Zobayan tidak dipaksa untuk melakukan penerbangan oleh Island Express maupun kliennya.

Baca Juga: Faksi Palestina Capai Rekonsiliasi Bersejarah, Hamas dan Fatah Akhirnya Sepakati Pemilihan Umum

Helikopter yang terlibat dalam kecelakaan itu adalah Sikorsky S-76B yang dimiliki dan dioperasikan oleh Island Express. Pesawat itu tidak dilengkapi dengan perekam data penerbangan atau perekam suara kokpit.

Badan tersebut mengungkapkan bahwa mesin bekerja saat terjadi benturan dan tampaknya tidak ada masalah mekanis dengan helikopter.

“Ada 184 kecelakaan pesawat dari 2010 hingga 2019 akibat disorientasi spasial dengan 20 di antaranya adalah kecelakaan helikopter yang fatal”, kata NTSB.

Kecelakaan itu telah menyebabkan banyak tuntutan hukum termasuk dari Vanessa Bryant pada Februari 2020 terhadap pilot dan perusahaan yang memiliki helikopter karena kelalaian dan kematian yang salah.

Keluarga korban lainnya telah menggugat perusahaan helikopter tersebut.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: abcnews.go.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x