WHO Peringatkan Vaksin Tak Bisa Ciptakan Kondisi Herd Immunity Tahun Ini, Covid-19 Masih Panjang

- 12 Januari 2021, 14:34 WIB
Ilustrasi Corona Virus
Ilustrasi Corona Virus /mohamed_hassan/Pixabay


ZONABANTEN.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) peringatkan pemakaian vaksin secara massal tak bisa ciptakan kondisi herd immunity atau kekebalan masyarakat terhadap virus pada tahun ini. Hal ini menyiratkan bahwa pandemi masih akan berlangsung panjang.

Dilansir dari Korea Times, para ilmuwan di WHO memperingatkan bahwa vaksinasi massal tidak akan menghasilkan herd imunity terhadap virus corona tahun ini, bahkan ketika salah satu produsen vaksin terkemuka meningkatkan perkiraan produksinya.

Jumlah infeksi melonjak di seluruh dunia, terutama di Eropa di mana negara-negara dipaksa untuk meningkatkan pembatasan sosial bahkan saat vaksin diluncurkan.

Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, memperingatkan bahwa diperlukan waktu untuk memproduksi dan memberikan suntikan vaksin yang cukup untuk menghentikan penyebaran virus yang telah menginfeksi lebih dari 90 juta orang di seluruh dunia dengan kematian mendekati dua juta.

Baca Juga: Pemimpin Sekte Agama di Turki, Harun Yahya Divonis 1.075 Tahun Penjara Akibat Kejahatan Seksual

"Kita tidak akan mencapai tingkat kekebalan populasi atau herd immunity pada tahun 2021," katanya menekankan perlunya menjaga jarak fisik, mencuci tangan dan memakai masker, seperti dikutip ZONABANTEN.com dari Korea Times,

Para ahli juga prihatin dengan penyebaran cepat varian baru virus corona, seperti yang pertama kali terdeteksi di Inggris yang dikhawatirkan lebih menular secara signifikan.

Inggris membuka tujuh lokasi vaksinasi massal pada hari Senin, 11 Januari 2021 untuk melawan lonjakan yang dipicu oleh varian itu, yang mengancam kinerja rumah sakit.

Di tempat lain di Eropa, Portugal menghadapi penguncian wilayah baru karena lonjakan kasus dan kematian.

Presiden Portugal, Marcelo Rebelo de Sousa dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

Baca Juga: Siapa Sebenarnya Harun Yahya? Ini Fakta Ketua Sekte Kontroversial yang Divonis 1.075 Tahun Penjara

Pria berusia 72 tahun itu tidak menunjukkan gejala dan menjalani isolasi di istana presiden di Lisbon.

Slowakia sedang mempersiapkan untuk memulai babak baru pengujian vaksin massal, menurut Perdana Menteri Slowakia, Igor Matovic.

"Paling lambat akhir pekan depan, kami akan menjalankan tes massal setiap minggu sampai situasi terkendali. Tidak ada cara lain," kata Matovic, yang dinyatakan positif pada Desember setelah pertemuan puncak Uni Eropa.

Perusahaan vaksin Jerman BioNTech, yang bermitra dengan Pfizer untuk memproduksi vaksin pertama yang disetujui mengatakan dapat menghasilkan jutaan dosis lebih banyak dari yang diperkirakan tahun ini, meningkatkan perkiraan produksi dari 1,3 menjadi dua miliar.

Pengumuman itu merupakan dorongan bagi negara-negara yang berjuang untuk memberikan vaksin, tetapi perusahaan juga memperingatkan bahwa Covid-19 kemungkinan akan menjadi penyakit endemik, dengan vaksin yang diperlukan untuk melawan varian baru dan respons kekebalan yang berkurang secara alami.

Baca Juga: Ledakan Tambang Emas di China Kubur 22 Pekerja di Bawah Tanah

Para pejabat di Rusia mengatakan mereka akan menguji coba versi satu dosis vaksin Sputnik V di negara itu sebagai bagian dari upaya untuk memberikan solusi sementara bagi negara-negara yang terkena dampak parah.

India, dengan jumlah infeksi tertinggi kedua di dunia, akan mulai memberikan suntikan kepada 1,3 miliar penduduknya mulai Sabtu dalam upaya masif dan kompleks.

Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden, yang telah berjanji untuk mengabdikan semua sumber daya yang tersedia untuk memerangi pandemi telah menerima dosis vaksin keduanya.

Sementara itu di Asia, Raja Malaysia mengumumkan keadaan darurat nasional untuk memerangi lonjakan virus corona yang membanjiri rumah sakit, tetapi para kritikus menuduh itu adalah upaya pemerintah yang tidak konsisten.

Terakhir kali keadaan darurat diumumkan secara nasional di Malaysia adalah pada tahun 1969, sebagai tanggapan atas kerusuhan rasial yang mematikan.

Baca Juga: Harun Yahya Alias Adnan Oktar Dihukum Lebih dari 1000 Tahun Penjara, Didakwa dengan 15 Kejahatan

Dengan lebih dari satu tahun berlalu sejak wabah pertama virus corona yang diketahui, dampak dari pandemi terburuk dalam satu abad ini menjadi lebih jelas, mulai dari ekonomi dan masyarakat, hingga budaya dan lingkungan.

Pandemi ini juga turut berdampak pada lingkungan.

Masker yang telah ada di mana-mana dan diperlukan untuk menyelamatkan nyawa, misalnya, terbukti menjadi bahaya yang mematikan bagi satwa liar, dengan burung dan makhluk laut yang terperangkap dalam jumlah yang mengejutkan dari masker yang dibuang mengotori habitat hewan.

Masker bedah sekali pakai telah ditemukan tersebar di sekitar trotoar, saluran air, dan pantai di seluruh dunia sejak negara-negara mulai mewajibkan penggunaannya di tempat umum untuk memperlambat penyebaran pandemi.

Jika dipakai sekali, bahan pelindung yang tipis ini membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai.

Baca Juga: BOCOR! Dokumen RS Wuhan Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Virus Corona di China

"Masker tidak akan hilang dalam waktu dekat," kata Ashley Fruno dari kelompok hak asasi hewan PETA kepada AFP.

"Tapi jika kita membuangnya, barang-barang ini dapat merusak lingkungan dan hewan yang berbagi planet kita," ujarnya.***

 

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Korea Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x