Pengungsi Ukraina Rayakan Natal Pertama Sejak Invasi Rusia di Polandia

7 Januari 2023, 18:50 WIB
Ilustrasi perayaan Natal bagi pengungsi Ukraina beragama Kristen Ortodoks /ALEXANDER ERMOCHENKO/REUTERS/Alexander Ermochenko

ZONABANTEN.com - Sejumlah pengungsi Ukraina di Polandia mulai merayakan Natal mereka pada hari ini, 7 Januari 2023.

Mayoritas pengungsi Ukraina beragama Kristen Ortodoks, yang mana memang merayakan Natal lebih lambat dibandingkan penganut Katolik Roma dan Kristen Protestan.

Ini karena pengungsi Ukraina beragama Kristen Ortodoks masih menggunakan penanggalan lama yaitu kalender Julian, untuk menentukan waktu perayaan Natal.

Meski seharusnya hari ini menjadi hari besar bagi warga Ukraina, tetapi perayaan kali ini memiliki kesan yang sangat berbeda.

Baca Juga: 5 Makanan yang Baik untuk Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh, Salah Satunya Ada Bawang Putih

Pasalnya Natal kali ini menjadi Natal pertama bagi warga Ukraina beragama Kristen Ortodoks, sejak Invasi Rusia pada 24 Februari 2022.

Kateryna, salah seorang warga Ukraina yang mengungsi ke Polandia, harus tetap berusaha menghadirkan Natal bagi ketiga anaknya ditengah situasi perang yang berkecamuk.

Perang, tidak ada perang, anak-anak harus merayakan Natal,” kata Kateryna kepada jurnalis.

Dekorasi pohon Natal kecil telah disediakan Kateryna, demi tetap menghadirkan suasana Natal. Ia juga telah memastikan adanya beberapa hadiah di bawah pohon untuk anak-anaknya.

Kateryna mengungsi ke Polandia bersama ketiga anaknya, Valentin (11), Arina (7), dan Arsen(2), serta suaminya Mykhailo yang saat itu sedang bekerja.

Baca Juga: Kuil Hwaeomsa Membantah Telah Membocorkan Privasi RM BTS. Netizen Geram!

Keluarga kecil itu berasal dari kota Kryvyi di Ukraina Tengah, yang juga menjadi sasaran invasi para tentara Rusia.

Awalnya ibu dari tiga anak itu ragu untuk meninggalkan tempat tinggalnya, saat perang mulai pecah pada 24 Februari 2022.

Ia takut berpindah ke tempat asing yang tidak dikenalinya, apalagi dengan membawa ketiga anaknya. Tetapi tekatnya tak berlangsung lama, hingga sebuah rudal melintas di atas kepalanya.

“Saat itu, saya pikir saya tangguh, dan saya bisa mengatasinya... Tapi ketika saya mendengar suara siulan rudal yang melintas di atas saya, saya menyadari betapa salahnya saya.” kata Kateryna.

Sejak kejadian itu, mereka pun mulai memutuskan untuk pergi dari tempat tinggalnya dan negaranya, pada Maret 2022.

Baca Juga: Kasus Pembunuhan dan Mutilasi di Bekasi, Pelaku Cekik Leher Korban Hingga Tewas

Hukum sebenarnya melarang pria usia wajib militer untuk meninggalkan negara itu saat perang berlangsung.

Tetapi ada pengecualian bagi Mykhailo, karena hukum tersebut tidak mengikat para pria yang memiliki anak tiga atau lebih.

Keluarga itu kini harus tinggal di sebuah gedung bekas kantor, yang kini dialih fungsikan menjadi tempat penampungan pengungsi.

Mereka harus berbagi ruangan bersama beberapa penghuni lainnya, yang juga melarikan diri dari perang yang berkecamuk.

Gedung itu menyediakan 410 tempat tidur dan selimut, pakaian, makanan, serta air hangat, tetapi tidak ada fasilitas privasi yang dibutuhkan setiap orang.***

Editor: Christian Willy Kalumata

Sumber: UNHCR.org

Tags

Terkini

Terpopuler