Tabrakan Kosmik antara Bima Sakti dan Sagitarius, Picu Pembentukan Tata Surya

23 Juni 2020, 18:57 WIB
ilustrasi galaksi //PIXABAY @spirit111

ZONABANTEN.com - Tabrakan antara galaksi Bima Sakti (Milky Way) dengan galaksi lebih kecil yang bernama Sagitarius, disebut-sebut merupakan konsekuensi pembentukan matahari, tata surya dan kemunculan kehidupan di bumi. Hal ini diungkapkan oleh seorang ilmuwan Spanyol.

Analisis usia bintang terdekat menunjukkan bahwa galaksi terbentuk dalam ledakan tak lama setelah berdekatan dengan galaksi Sagitarius pada tiga waktu tertentu.

"Munculnya matahari adalah karena pertemuan dekat dengan galaksi pendamping berbentuk lingkaran kecil yang disebut Sagitarius," ujar seorang ilmuwan Spanyol, seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com.

Baca Juga: Tidak Hanya Tiongkok dan AS, Uni Emirat Arab akan Kirim Pesawat Luar Angkasa ke Mars Bulan Juli 2020

Kehadiran riak-riak yang disebabkan oleh tabrakan kosmik, memicu serangkaian peristiwa. Salah satunya adalah menyebabkan pembentukan sang surya sekitar 4,7 miliar tahun yang lalu.

Penemuan ini didasarkan pada pengamatan satelit Gaia dari Badan Antariksa Eropa (ESA) yang telah diluncurkan pada Desember 2013 untuk membuat peta 3D dari galaksi Bima Sakti.

Adalah Dr. Tomas Ruiz-Lara, penulis utama penelitian dari Institut Kepulauan Canary Astrofisika (IAC), Tenerife, di Spanyol menyebutkan bahwa Sagitarius jatuh ke Bima Sakti sebanyak tiga kali.

Baca Juga: Jangan lewatkan Fenomena Langit Ini, Hujan Meteor akan Terjadi di Bulan Juni

"Diketahui dari model yang ada bahwa Sagitarius jatuh ke Bima Sakti sebanyak tiga kali, pertama sekitar lima atau enam miliar tahun yang lalu, kemudian sekitar dua miliar tahun yang lalu, dan satu miliar tahun yang lalu," sebut Tomas.

"Ketika kami melihat data Gaia tentang Bima Sakti, kami menemukan tiga periode peningkatan pembentukan bintang yang memuncak 5,7 miliar tahun lalu, 1,9 miliar tahun lalu, dan 1 miliar tahun lalu, sesuai dengan waktu saat Sagitarius diyakini telah melewati cakram Bimasakti," tambahnya.

Dr. Tomas mengatakan meskipun perbedaan kedua galaksi sangat besar, namun galaksi kecil Sagitarius memiliki efek yang berperan dalam pembentukan Tata Surya.

Baca Juga: Siapkan Dana 1,7 Miliar, Anda Bisa Piknik di Ruang Angkasa Stratosfer Bumi

"Secara tiba-tiba, Sagitarius jatuh dan mengacaukan keseimbangan, menyebabkan semua gas dan debu yang sebelumnya masih ada di dalam galaksi terurai seperti riak-riak di air," kata dia.

Di beberapa area Bimasakti, riak-riak ini akan menyebabkan konsentrasi debu dan gas yang lebih tinggi, sementara di tempat lain kosong. Kepadatan material yang tinggi di area-area itu kemudian memicu pembentukan bintang-bintang baru, seperti matahari kita sekarang.

Sementara itu, rekan Dr. Tomas Ruiz-Lara, Dr. Carme Gallart yang juga dari IAC mengatakan bahwa matahari dan planet-planet lainnya tidak akan ada kecuali Sagitarius terjebak oleh tarikan gravitasi Bima Sakti dan menghancurkan cakramnya.

Baca Juga: 30 Tahun Lalu, Teleskop Hubble Diluncurkan Dengan Pesawat Ulang Alik Discovery

"Matahari terbentuk pada saat bintang-bintang terbentuk di Bima Sakti karena bagian pertama dari galaksi kecil Sagitarius,"  ujar Gallart.

Namun, ilmuwan tersebut mengatakan tidak mengetahui apakah awan gas dan debu tertentu yang berubah menjadi matahari karena efek galaksi Sagitarius.

Data saat ini menunjukkan bahwa Sagitarius kemungkinan telah melewati Bima Sakti lagi baru-baru ini dalam beberapa ratus juta tahun terakhir, dan saat ini keduanya sangat dekat. Para astronom mengira galaksi Sagitarius secara bertahap akan sepenuhnya diserap oleh Bima Sakti dalam sebuah proses yang sudah berlangsung.

Baca Juga: Mengingat Kembali Politik Apartheid di Afrika Selatan dan Asal Usulnya

Satelit Gaia telah membantu para ilmuwan menemukan tabrakan besar lainnya antara Bima Sakti dan galaksi-galaksi tetangga yang memiliki sejarah panjang. Sekitar 8 hingga 11 miliar tahun yang lalu, galaksi lain bertabrakan dengan Bima Sakti dan mengembang dengan cakram tebal, diisi dengan bintang-bintang di dalamnya.

Penelitian ini telah dibulikasikan di Nature Astronomy pada 25 Mei 2020 dengan judul 'The recurrent impact of the Sagittarius dwarf on the star formation history of the Milky Way'.***(Julian)

 

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler