Di Tengah Krisis Ukraina, Kenapa Negara-negara di Asia Tenggara Nampaknya ‘Diam’ Saja?

24 Februari 2022, 16:17 WIB
Rusia Kirim Lebih 30 Kapal Perang ke Semenanjung Krimea Dekat Ukraina di Tengah Memanasnya Konflik Eropa Timur. /REUTERS/Maxim Shemetov /

ZONABANTEN.com – Rusia diberitakan telah memulai agresi militer mereka, ditandai dengan ledakan yang terjadi di Kiev dan Kharkiv.

Menteri luar negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, memberi pernyataannya terkait ‘operasi militer‘ yang dilancarkan oleh Rusia melalui perintah dari presiden mereka, Vladimir Putin.

“Beberapa kota yang damai di Ukraina kini tengah diserang. Ini adalah perang. Ukraina mampu mempertahankan diri dan akan menang. Dunia bisa dan harus menghentikan Putin. Inilah saatnya untuk bergerak!“ Ujar Kuleba, seperti yang dikutip ZonaBanten.com dari Sky News.

Meski Rusia mendapat banyak kecaman dari berbagai negara di dunia, seorang jurnalis dari media asal Amerika Serikat ‘The Diplomat‘ mengamati bahwa negara-negara di kawasan Asia Tenggara tidak banyak memberi tanggapan terkait krisis yang sedang terjadi.

Memang, Singapura menyatakan dukungan melalui menteri luar negeri mereka, dan Presiden Indonesia, Joko Widodo, meminta supaya ‘tidak terjadi perang‘, karena dapat menyebabkan serangkaian krisis dalam berbagai aspek.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melonjak, Harga Gas Alam Meledak, Eropa Terancam Krisis Energi Jika Rusia Lakukan Hal Ini

Tapi, negara-negara lain di Asia Tenggara nampaknya memilih untuk ‘tidak bersuara‘ dan menanggapi krisis yang tengah terjadi.

Jadi, apa sebenarnya yang menyebabkan ‘kesunyian‘ dari kelompok negara-negara Asia Tenggara?

Jurnalis dari The Diplomat tersebut menyebut bahwa Tiongkok lebih banyak mengutarakan pendapat mereka terhadap krisis yang tengah terjadi.

Menteri luar negeri Tiongkok, Wang Yi, pada Sabtu 19 Februari 2022 kemarin mengatakan bahwa “Kedaulatan, kemerdekaan, dan kuasa terhadap wilayah suatu negara harus dihormati. Tanpa terkecuali kepada Ukraina.“

Diduga bahwa alasan dari keputusan negara-negara ASEAN memilih ‘diam‘ adalah karena Tiongkok adalah rekan ekonomi kunci dari negara-negara tersebut. Hal serupa yang dilakukan kala Tiongkong secara aktif bersuara mengenai Laut Cina Selatan.

Baca Juga: Memanas! Rusia Meluncurkan Serangan ke Ukraina, Ledakan Terdengar di Kyiv dan kota lainnya

Tapi, seorang pakar dari National War College di Washington D.C., Amerika Serikat mengatakan bahwa kemungkinan Rusia mengancam keselamatan dan keamanan mereka saat ini tergolong ‘kecil‘.

Menurutnya, alasannya tidak lain adalah karena Rusia tidak banyak melakukan investasi di kawasan Asia Tenggara.

Alasan lain yang masuk akal dan dipercaya dipilih oleh negara-negara Asia Tenggara untuk tidak terlibat terlalu jauh dengan konflik yang terjadi adalah kewaspadaan mereka dalam melakukan hubungan diplomatik serta cenderung mempercayai proses daripada hasil.

Tapi, pakar dari National War College tersebut juga mengatakan jika negara-negara Asia Tenggara yang menjunjung tinggi kedaulatan suatu bangsa bisa saja berubah pikiran apabila konflik terus terjadi.

Hal ini dikarenakan negara-negara Asia Tenggara merupakan kelompok negara yang patuh terhadap peraturan internasional yang memang berlandaskan kedaulatan suatu bangsa dan atau negara.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: The Diplomat & Sky News

Tags

Terkini

Terpopuler