Konflik Rusia, Ini Alasan Mengapa Negara-negara Eks Uni Soviet Bergabung Nato

27 Januari 2022, 15:22 WIB
Ilustrasi situasi perbatasan Ukraina. //Reuters/Baz Ratner

ZONABANTEN.com — Konflik Rusia dengan beberapa negara tetangganya semakin menegangkan dan memicu ketidakstabilan ekonomi dan politik global. Intervensi Rusia memicu mereka melarikan diri dan bergabung dengan Nato dan Uni Eropa.

Rusia adalah negara terbesar di dunia dan pernah menjadi negara Adikuasa sebelum kekuasaannya runtuh pada Desember 1991. Runtuhnya Kekuasaan Rusia (Uni Soviet) ini menyebabkan 14 negara satelit yang mengepungnya memerdekakan diri.

Keempat belas negara satelit Rusia yang memerdekakan diri adalah Belarus, Ukraina, Moldova, Lithuania, Latvia dan Estonia di Eropa timur; Azerbaijan, Armenia, dan Georgia di Transkaukasia; Kazakshtan, Uzbekistan, Turkmenistan, Tajikistan dan Kyrgystan di Asia Tengah.

Baca Juga: Catat! Ini Prosedur Layanan Telemedisin Bagi Pasien Isolasi Mandiri Terkonfirmasi Omicron

Secara geografis, posisi Rusia memang kurang menguntungkan. Negara ini dikelilingi negara-negara lain dan hampir tidak memiliki akses ke laut lepas yang bebas. Satu-satunya akses ke laut lepas adalah  laut Arktik tetapi samudera ini membeku sepanjang tahun.

Di Eropa, akses Rusia ke laut lepas di Laut Baltik dijepit negara-negara pakta pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan negara-negara netral seperti Swedia dan Finlandia. Finlandia sendiri pernah terlibat perang singkat dengan Uni Soviet pada awal Perang Dunia kedua.

Di Laut Hitam, Rusia harus melalui Selat Bospurus yang masuk teritori Turki yang anggota NATO, untuk bisa mencapai Mediterania. Hal ini cukup sulit meski Rusia memiliki armada laut yang meraksasa.

Di Pasifik, Rusia berhadapan dengan armada Pasifik Amerika Serikat yang merupakan armada laut terbesar di dunia. Rusia juga harus berhadapan dengan Jepang yang pernah terlibat perang dalam Perang Dunia Kedua tahun 1945 dan Perang Rusia-Jepang pada tahun 1904-1905.

Baca Juga: PENTING! Dibuka Penerimaan Calon Pegawai Non ASN di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Banten

Keadaan geografis ini membuat Rusia merasa terus terkepung, sensitive, dan selalu berusaha menunjukkan kekuatannya. Sampai akhirnya Rusia terlibat konflik dengan hampir semua negara yang berbatasan darat dengannya, termasuk dengan China pada tahun 1969.

Perilaku itu tak hilang sekalipun Uni Soviet runtuh pada Desember 1991 yang membuat 14 negara satelitnya memerdekakan diri.

Rusia memang pantas merasa terkepung, apalagi sebagian besar negara eks Uni Soviet mendekati Barat untuk menjadi anggota Uni Eropa dan NATO.

Sebaliknya negara-negara eks Soviet itu pantas khawatir terhadap agresivitas Rusia yang puluhan tahun mendominasi mereka.

Baca Juga: Curhat Acha Septriasa Sampai Nangis di Vlog The Sungkars Family Bareng Irwansyah dan Zaskia Sungkar

Sejak Rusia dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin, Pemerintah Rusia menunjukkan sikap semakin agresif. Rusia menggunakan segala instrumen untuk menekan mereka agar tidak mendekat ke Barat yaitu Uni Eropa dan Nato.

Agresivitas Rusia dibuktikan dengan invasi dan intervensi militer sehinga Georgia pun kehilangan Ossetia Selatan dan Abkhazia.

Agresi tersebut membuat negara-negara satelitnya semakin khawatir dan memilih bergabung dengan NATO***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler