Ketika Putra Mahkota Arab Saudi Usir Dubes Kanada dan Tolak Dubes Jerman Hanya Gara-gara Tak Terima Dikritik

21 Januari 2022, 09:34 WIB
Ketika Putra Mahkota Arab Saudi Usir Dubes Kanada dan Tolak Dubes Jerman Hanya Gara-gara Tak Terima Dikritik /Instagram/@mbsalsaud1

ZONABANTEN.com - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman ternyata pernah mengusir Duta Besar Kanada dan menolak Duta Besar Jerman di negaranya.

Sang putra mahkota itu mengusir dan menolak perwakilan negara sahabat tersebut di Arab Saudi gara-gara tidak terima dikritik.

Pertengkaran diplomatik dengan Kanada terjadi pada Agustus 2018, menyusul penangkapan dan pemenjaraan beberapa aktivis perempuan di Arab Saudi.

Saat itu, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyerukan pembebasan para aktivis. Dia juga mendesak peningkatan HAM secara umum di Arab Saudi.

Baca Juga: Putra Mahkota Arab Saudi Disebut Syirik Damai dengan Israel, Ibadah Haji Dianggap Tidak Sah Oleh Tokoh Ini

Namun, Kerajaan Arab Saudi yang saat itu sudah mengangkat Mohammed bin Salman sebagai putra mahkota malah menanggapinya dengan keras.

Pihak kerajaan langsung bereaksi dengan mengusir Duta Besar Kanada dari Riyadh, ibu kota Arab Saudi.

Bahkan, mereka juga membekukan perdagangan dengan negara Amerika Utara itu, dan memerintahkan semua siswa Arab Saudi di Kanada untuk pulang.

"Kami tak ingin jadi bola politik dalam politik domestik Kanada. Temukan bola lain untuk dimainkan," ucap Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir.

Baca Juga: Tragis! Truk Militer AS Terbalik Tewaskan 2 Marinir dan 17 Lainnya Luka-luka

"Sangat mudah untuk memperbaikinya. Minta maaf dan katakan Anda melakukan kesalahan," katanya di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York, AS saat itu.

Namun, Menteri Luar Negeri Kanada saat itu, Chrystia Freeland menegaskan pihaknya tidak akan mengubah posisi mereka.

"Kanada akan selalu membela HAM. Kami merasakan kewajiban khusus bagi perempuan yang memperjuangkan hak-hak mereka di seluruh dunia," ucapnya.

"Dan kami merasakan kewajiban khusus kepada orang-orang yang memiliki hubungan pribadi dengan Kanada," kata Chrystia Freeland saat itu.

Sebelumnya, pemerintahan Arab Saudi dengan putra mahkota Mohammed bin Salman juga pernah menolak akreditasi Duta Besar Jerman di Riyadh.

Baca Juga: UNWTO: Pariwisata Global Diperkirakan Tidak akan Kembali ke Tingkat Pra-Pandemi hingga 2024

Gara-garanya, Menteri Luar Negeri Jerman saat itu, Sigmar Gabriel mengkritik Arab Saudi atas dugaan penangkapan Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri.

Jerman melayangkan kritik itu pada November 2017, setelah terjadinya kasus penahanan Saad Hariri dalam kunjungannya ke Riyadh.

Sigmar Gabriel menyindir peristiwa itu sdebagai 'petualangan' di Timur Tengah dan campur tangan Arab Saudi dalam politik internal Lebanon.

Komentar itu pun memulai pertikaian diplomatik selama 10 bulan antara kedua negara. Arab Saudi sampai menarik duta besarnya dari Berlin, ibu kota Jerman.

Bahkan, hubungan kedua negara sempat semakin memanas, setelah Jerman kembali menyindir Arab Saudi melalui sebuah regulasi pada April 2018.

Baca Juga: Prediksi Hoffenheim vs Borussia Dortmund, Susunan Pemain, Formasi, Pertandingan Terakhir dan Head To Head

Saat itu, negara Eropa tersebut memperkenalkan rancangan undang-undang yang bertujuan mencegah ekspor senjata, serta semua barang dan jasa terkait.

Larangan ekspor itu ditujukan ke negara-negara yang mungkin menggunakannya untuk pelanggaran HAM internasional, terutama di Timur Tengah

Sebagian besar berfokus pada Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, atas keterlibatan mereka dalam perang saudara di Yaman sejak 2015.

Namun, hubungan Arab Saudi dan Jerman mulai membaik dalam Majelis Umum PBB di New York pada September 2018.

Saat itu, Menteri Luar Negeri baru Jerman, Heiko Maas mengatakan mereka telah memutuskan untuk menghentikan perselisihan dan menyampaikan permohonan maaf.

Baca Juga: Prediksi Inter Milan vs Venezia, Susunan Pemain, Pertandingan Terakhir, Formasi dan Head To Head

"Dalam beberapa bulan terakhir, kami telah menyaksikan kesalahpahaman yang sangat kontras dengan hubungan kami yang kuat dan strategis dengan Kerajaan Arab Saudi dan kami dengan tulus menyesali ini," kata Maas saat itu.

Meski Amerika Serikat dikenal sebagai negara adi daya, namun Arab Saudi bisa bersikap lebih keras dengan kekuatan yang mereka miliki.

Terutama sejak Pangeran Mohammed bin Salman diangkat menjadi Putra Mahkota Arab Saudi, dan kemudian berkuasa secara de facto.

Mereka dikenal sebagai pengekspor minyak terbesar dunia, sehingga bisa melakukan apa saja, terutama terhadap para pengkritik kebijakannya.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler