Sedih! Beginilah Kondisi Kota-Kota Di Tiongkok yang Tengah Lockdown Imbas Strategi Nol-Covid

5 Januari 2022, 19:13 WIB
Potret kota Xi'an, Provinsi Shaanxi yang tengah lockdown ketat akibat virus corona/ The Guardian /

ZONABANTEN.com - Lockdown ketat 2 kota di Tiongkok yakni Xi'an dan Yuzhou berdampak pada populasi dan sistem perawatan kesehatan disana. Penduduk mengeluhkan kekurangan makanan dan lamanya penundaan akses perawatan medis.

Xi'an merupakan sebuah kota yang berpenduduk 13 juta orang. Kota ini telah menerapkan lockdown ketat selama hampir dua minggu.

Sementara itu, 1,2 juta penduduk Yuzhou telah diperintahkan untuk tinggal di dalam rumah sejak Senin malam. Hal tersebut terjadi setelah tiga kasus tanpa gejala ditemukan.

Transportasi umum, penggunaan kendaraan bermotor pribadi, dan pengoperasian semua toko dan tempat yang tidak menyediakan kebutuhan sehari-hari semuanya telah dihentikan.

Baca Juga: Jangan Berdiri di Bawah Pohon ini Ketika Hujan, Bisa Berakibat Fatal Bagi Manusia

Di platform media sosial Tiongkok, sejumlah besar penduduk memposting tentang kekhawatiran dan kecemasan mereka. Meskipun sebagian besar merupakan dukungan untuk tanggapan cepat pihak berwenang terhadap wabah.

Media lokal melaporkan adanya penundaan di rumah sakit besar kota. Rumah sakit memerlukan tes negatif dari pasien sebelum mereka dapat dirawat.

Tangkapan layar dari salah satu unggahan yang menjadi viral sebelum dihapus mengklaim seorang pria dan ayahnya yang sakit ditolak dari rumah sakit Xi'an. Penyebabnya mereka berasal dari daerah yang dianggap berisiko lebih tinggi.

Postingan itu mengatakan ayah pria itu mengalami serangan jantung tetapi meninggal pada saat dia dirawat untuk perawatan.

Dalam unggahan akun lain, seorang wanita yang sedang melahirkan kehilangan bayinya setelah dia dicegah memasuki rumah sakit Xi'an. Dalam unggahan yang telah dihapus tersebut, seorang kerabat menggambarkan panggilan layanan darurat pada malam 1 Januari untuk bibi mereka setelah dia mulai merasa sakit, tetapi telepon berdering.

Baca Juga: Jadikan Komoditas Ekonomi, Indonesia akan Ikut Legalkan Budidaya Ganja? Negara Ini Pelopornya

Kemudian mereka mengirim wanita tersebut ke rumah sakit sekitar jam 8 malam. “Petugas keamanan pintu depan melarang kami masuk karena hasil tes asam nukleat sudah lebih dari empat jam yang lalu” kata seorang warga.

“Ketika dia menunggu di luar, saya melihat video yang dikirimkan suaminya kepada saya, dia memegang kursi, berjuang untuk duduk di atasnya, dan darahnya mengalir ke kursi dan celananya.” Lanjutnya. Mereka mengatakan bahwa staf rumah sakit melihat dan membawanya ke dalam dan ke ruang operasi, tetapi anak itu meninggal.

Seorang juru bicara federasi wanita negara bagian Shaanxi mengatakan, mereka telah berbicara dengan pihak berwenang tentang insiden tersebut. “Mereka seharusnya belajar tentang insiden itu sekarang. Karena epidemi di Xi'an cukup serius sekarang, pasti harus ada solusi” ujarnya.

Laporan kekurangan makanan di Xi'an juga berkembang di media sosial. Pihak berwenang telah berjanji untuk mengirimkan pasokan makanan ke rumah.

Namun yang terjadi masyarakat masih kekurangan bahkan hingga menukar rokok dan barang-barang pribadi dengan makanan.

Baca Juga: Penyakit Otak Misterius Membingungkan Para Dokter di Kanada, Kasusnya Terus Menyebar di Kalangan Anak Muda

“Selama ini saya baru mendapat sayur gratis satu kali, dan satu paket per rumah tangga,” kata seorang warga Xi’an. “Harga makanan di kota sangat tinggi, dan tidak ada yang mengaturnya. Tidak ada layanan bawa pulang untuk kebutuhan sehari-hari, dan biaya tugas sekitar 100 yuan ($15) sebelum seseorang mengambil pesanan” tuturnya.

Aturan ketat juga mencegah orang datang dan pergi. Sixth Tone melaporkan pihak berwenang telah menangkap beberapa orang yang mencoba menghindari blokade dan kembali ke desa-desa tanpa karantina.

Penangkapan tersebut juga termasuk seorang pria yang bersepeda sejauh 100 km (60 mil) melalui pegunungan dan seorang lagi yang berenang melintasi sungai es.

Pihak berwenang telah mengakui ada masalah di fasilitas karantina terpusat yang tidak dipersiapkan dengan baik. Padahal puluhan ribu orang telah dikirim kesana.

Pejabat lokal bahkan sering dihukum atau dipecat karena dugaan kegagalan dalam pencegahan wabah. Hal itu yang menimpa dua pejabat senior partai Komunis di Xi'an yang dicopot dari jabatan mereka karena dianggap kurang teliti dalam mencegah dan mengendalikan wabah.

Baca Juga: Mantan Miss Universe Australia Ungkap Efek Samping COVID-19 yang Aneh Tapi Lucu

Pada hari Senin, 3 Januari 2022, pejabat Xi'an mengatakan kota itu telah menghabiskan sekitar $1 juta untuk membantu orang yang membutuhkan. Mereka juga menampung sekitar 200 orang yang terdampar di tempat penampungan sementara. Mereka berjanji untuk membuat hotline dan layanan bantuan lebih lanjut.

Xi'an adalah pusat wabah dan yang terburuk di Tiongkok saat ini. Lebih dari 1.700 kasus telah dicatat di kota itu sejak awal Desember.

Jumlah itu relatif rendah dibandingkan dengan angka global karena Tiongkok terus menerapkan strategi nol-Covid yang telah menjaga infeksi pada tingkat rendah selama 18 bulan terakhir.

Pemerintah Tiongkok telah bersumpah untuk membasmi virus. Melalui pejabat lokal yang memberlakukan tanggapan yang semakin ketat, menghasilkan lockdown yang mengingatkan pada Wuhan pada awal 2020.

Baca Juga: Bencana Tanah Longsor di Cina Kala Musim Dingin Awal 2022

Kota lain yang mendeteksi adanya cluster baru juga menghadapi pembatasan termasuk lockdown. Salah satu kota yang kemungkinan akan di locdown adalah Zhengzhou setelah ditemukannya empat kasus baru.

Pada hari Selasa, 4 Januari 2022, Tiongkok melaporkan 41 kasus covid bergejala baru, termasuk 35 di Xi'an. Pada hari Rabu, 5 Januari 2022, para pejabat mengatakan wabah kota sebagian besar telah dikendalikan setelah lockdown.

Ma Guanghui, wakil direktur komisi kesehatan Shaanxi mengatakan pada konferensi pers bahwa wabah telah menunjukkan tren penurunan.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler