Meski Telah Usai, Aktivis Anti Olimpiade Tetap Eksis Suarakan Dampak Sosial dan Lingkungan

9 Agustus 2021, 11:02 WIB
Olimpiade Tokyo 2020 /@olimpiadetokyo2020.id/Screenshot Instagram

ZONABANTEN.com —‌‌‌‌ Jauh sebelum Tokyo 2020 dihadapkan dengan pembengkakan biaya, skandal seksisme, dan kekhawatiran acara itu akan berubah menjadi acara penyebar super COVID-19, ada sejumlah aktivis anti-Olimpiade sudah menyebut acara ini sebagai sebuah bencana.

Para penentang Olimpiade ini menyebut diri mereka ‘NOlympians’.

Satu tahun sebelum Olimpiade 2020 dijadwalkan, para aktivis anti-Olimpiade berkumpul di Jepang untuk KTT global pertama ‘NOlympians’. 

“Kita seharusnya tidak melihat gerakan anti-Olimpiade terbagi menurut negara dan kota. Karena protes ini sudah mendunia dan Olimpiade pasti melibatkan kesalahan skala global juga.,” ujar Hiroki Ogasawara, seorang profesor sosiologi dan studi budaya di Universitas Kobe Jepang.
Baca Juga: Empat Keistimewaan Bulan Muharram, Penanda Tahun Baru Islam

Puluhan aktivis dari kota-kota tuan rumah olimpiade sebelumnya seperti London, Rio de Janeiro dan Pyeongchang, Korea Selatan telah bergabung di Tokyo termasuk dari Paris dan Los Angeles.

“Itu adalah momen penting,” ujar Jules Boykoff, seorang NOlympian dan profesor politik dan pemerintahan di Universitas Pasifik di Oregon di Amerika Serikat, kepada Al Jazeera. 

Momen pergerakan ini disebut Boykoff telah berkembang menjadi koalisi transnasional yang defensif.

Boykoff adalah mantan atlet Olimpiade yang menjadi kritikus. Dirinya mengatakan bahwa para penentang menyadari International Olympic Committee (IOC) adalah ‘raksasa bernilai miliaran dolar’.

Berdiri pada tahun 1894, IOC adalah organisasi nirlaba yang berfungsi sebagai badan pengatur komite Olimpiade di setiap negara anggotanya dengan misi untuk mendistribusikan miliaran pendapatan dari penyiaran dan pemasaran hingga pengembangan olahraga.

Dewan eksekutifnya terdiri dari anggota yang diambil dari elit bisnis global.
Baca Juga: Kurs Rupiah terhadap Dolar Hari Ini 9 Agustus 2021, Awal Pekan, Rupiah Langsung Ngegas

Sementara itu, kebanyakan orang Jepang bersikap biasa saja terhadap Olimpiade Tokyo yang dilakukan selama pandemi, mengadakan demonstrasi selama acara itu sendiri. 

Jepang telah mengadakan empat acara Olimpiade dalam 50 tahun, membuatnya negara penyelenggara terbanyak dibandingkan negara Asia mana pun.

Namun penentangan keras karena biaya dan dampak sosial dan lingkungan dari acara tersebut tetap ada.

Aktivis anti olimpiade Jepang memiliki segudang keprihatinan mengenai peristiwa tersebut, mulai dari pembongkaran perumahan yang terjangkau hingga penggusuran gelandangan yang tidur di jalan (street sleeper) dan transformasi pasar ikan Tsukiji yang terkenal di dunia menjadi tempat parkir untuk Stadion Nasional.

Mereka juga beranggapan, warga harus merasakan adanya gangguan besar-besaran terhadap kehidupan penduduk dan pengawasan polisi yang meningkat yang kontras dengan kepentingan perusahaan para pendukung Olimpiade. 

***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler