Sebenarnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan penggunaan rutin episiotomi tidak dianjurkan untuk wanita yang menjalani persalinan pervaginam spontan.
Namun, dokter atau bidan mungkin melakukan episiotomi jika terjadi hal yang tidak diinginkan selama persalinan, seperti komplikasi.
Sementara itu, bila ditelusuri kembali, praktik 'husband stitch' sebenarnya sudah ada sejak pertengahan tahun 1950-an.
Di mana dokter kandungan akan mengencangkan pintu masuk vagina dengan menambahkan jahitan ekstra ketika memperbaiki robekan episiotomi.
Mereka beranggapan bahwa prosedur ini mampu meningkatkan kesejahteraan wanita dengan menjaga ukuran dan bentuk vagian.
Selain itu, juga baik untuk meningkatkan kenikmatan pria ketika berhubungan seksua. Jadi, pada waktu itu 'husband stitch' disebut juga sebagai 'husband’s knot' atau 'vaginal tuck'.
Apakah 'husband stitch' aman?
Perlu diingat bahwa 'husband stitch' bukanlah praktik ataupun prosedur medis resmi yang disetujui oleh para ahli.
Menurut Medical News Today, praktik 'husband stitch' sama sekali tidak memberikan keuntungan apapun. Justru banyak dampat negatif yang akan didapat setelah penerapannya, antara lain: