Kurang Tidur Dapat Memicu Obesitas dan Resiko Terkena Penyakit, Simak Penjelasannya Disini

- 24 Januari 2021, 09:30 WIB
Depressed sleepless woman lying in bed at night. Person suffering from sleep disorder, insomnia or fever . Vector illustration for fatigue, stress, nervous breakdown symptoms concept (Ilustrasi dampak kurang tidur)
Depressed sleepless woman lying in bed at night. Person suffering from sleep disorder, insomnia or fever . Vector illustration for fatigue, stress, nervous breakdown symptoms concept (Ilustrasi dampak kurang tidur) /Freepik

ZONA BANTEN - Beberapa orang mungkin sempat mengira bahwa terlalu banyak tidur akan membuat berat badan kita naik. Hal itu mungkin saja terjadi jika dibarengi dengan kurangnya berolahraga dan kebiasaan makan pada malam hari menjelang tidur.

Namun, dalam beberapa penelitian terbaru, kurang tidur justru terbukti dapat mengarahkan seseorang pada obesitas dan resiko penyakit lainnya. Kita perlu ingat bahwa obesitas dipengaruhi oleh berbagai faktor tidak hanya pada pola tidur dan pola makan seseorang.

Genetika, status sosial ekonomi, lingkungan komunitas, stres, dan kesehatan secara keseluruhan semuanya berperan dalam berat badan seseorang. Maka, seberapa baik atau buruk seseorang tidur pun dapat mempengaruhi penambahan dan penurunan berat badan, karena kurang tidur adalah salah satu faktor risiko obesitas.

Hal ini dapat terjadi karena kurang tidur menciptakan ketidakseimbangan hormon dalam tubuh seseorang yang memicu makan berlebihan dan penambahan berat badan. Leptin dan ghrelin adalah hormon yang mengatur nafsu makan, dan saat anda kurang tidur, produksi hormon ini diubah sedemikian rupa sehingga meningkatkan rasa lapar.

Baca Juga: Udara Dingin Bisa Sebabkan Nyeri Sendi? Ternyata Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Kurang tidur dikaitkan dengan kekurangan hormon pertumbuhan dan peningkatan kadar kortisol, yang keduanya dikaitkan dengan obesitas. Selain itu, kurang tidur dapat mengganggu metabolisme makanan anda.

Sayangnya, efek kurang tidur pada berat badan tidak terbatas pada perubahan pada tingkat kimiawi dari enzim dalam tubuh. Tetapi juga durasi tidur yang dibatasi telah terbukti menyebabkan kecenderungan yang lebih besar untuk memilih makanan berkalori tinggi.

Kalori yang dikonsumsi larut malam meningkatkan risiko kenaikan berat badan. Selain itu, orang dewasa yang kurang tidur kurang berolahraga dibandingkan mereka yang melakukannya, kemungkinan karena kurang tidur menyebabkan kantuk dan kelelahan di siang hari.

Penelitian yang diterbitkan dalam edisi khusus The American Journal of Human Biology, mengeksplorasi bagaimana kurang tidur dapat mempengaruhi regulasi nafsu makan, merusak metabolisme glukosa, dan meningkatkan tekanan darah.

Baca Juga: Banjir Kembali Melanda Manado, Delapan Kecamatan Terdampak

Fenomena ini bisa terjadi pada siapa saja tidak terkecuali pada anak-anak. Kurang tidur pada anak-anak meningkatkan risiko mereka menjadi kelebihan berat badan atau obesitas. Faktanya, anak-anak yang kurang tidur mungkin mengalami perubahan hormonal yang sama seperti pada orang dewasa yang menyebabkan penambahan berat badan.

Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa di antara anak-anak yang kelebihan berat badan, mereka yang kurang tidur dan mengalami jadwal tidur yang tidak teratur berada pada risiko terbesar untuk efek kesehatan yang berbahaya.

Kurang tidur ini akan dapat berpengaruh pada kesehatan seseorang layaknya domino. Selain dapat mengarahkan pada obesitas, kurang tidur akan menghambat seseorang dalam melakukan diet atau menjaga berat badan tubuh tetap ideal. Hal ini akan secara tidak langsung akan berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.

***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Science Daily Sleep Foundation


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x