ZONABANTEN.com – Sebuah studi mengungkapkan bahwa gigi berlubang secara signifikan dapat meningkatkan risiko stroke yang mengancam jiwa akibat pendarahan otak.
Dalam jurnal ilmiah dari American Heart Association, yang direpresentasikan oleh ketua Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Carolina Selatan, Dr. Souvik Sen dan seorang mahasiswa Elizabeth LaValley, di Konferensi Stroke International Virtual Asosiasi Stroke Amerika.
Penelitian tersebut meneliti hubungan antara gigi berlubang dan stroke intraserebral atau jenis yang terjadi ketika arteri di otak pecah dan memenuhi jaringan di sekitar otak dengan darah.
Baca Juga: Bosan Jadi Sultan Andara, Ini Hal-hal yang Dilakukan Raffi Ahmad Supaya Makin Tajir
Tercatat bahwa studi kedua mereka menunjukkan penyakit gusi dikaitkan dengan kerusakan pada pembuluh darah kecil.
Konsultan ahli bedah mulut dan maksilofasial, Dr. Akanbi Olojede mengatakan gigi berlubang lebih sering dapat menjalar ke jantung, menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai endokarditis.
Endokarditis sendiri adalah perandangan pada pelapisan dalam bilik dan katup jantung.
Baca Juga: Asah Otak: Bisakah Kamu Menemukan Wajah Lain di Gambar Ini? Tantang Dirimu dan Coba Tes Ini
Dr. Akanbi juga mengatakan bahwa kondisi tersebut dapat mengancam jiwa dan jika tidak segera dideteksi dan ditangani dengan baik, dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian.
Dr. Akanbi juga mengatakan bahwa bakteri juga dapat menginfeksi akar gigi dan membentuk kantong abses atau nanah dan bila tidak dapat menemukan jalan keluar, dapat menjalar ke kepala dan menyebabkan kerusakan.
Konsultan mencatat bahwa rongga atau kerusakan gigi adalah masalah gigi paling umum yang mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa dari segala usia.
Baca Juga: Prilly Pamer Punggung dan Pundak Mulus, Netizen: Another Level of Beauty
Dijelaskan juga bahwa gigi berlubang berkembang saat makanan dan bakteri membentuk plak yang menempel di gigi dan menghasilkan racun yang merusak email gigi.
Dikatakan mereka yang memiliki kondisi medis seperti hipertensi dan diabetes lebih berisiko, sehingga lebih baik lakukan pemeriksaan kesehatan rutin dua kali setahun.***