Keren, Kaum Milenial Indonesia Disebut Paling Aktif Berderma di Tengah Pandemi Covid-19

- 16 Juli 2021, 13:07 WIB
Rilis terbaru World Giving Index, menempatkan Indonesia sebagai penduduk paling dermawan
Rilis terbaru World Giving Index, menempatkan Indonesia sebagai penduduk paling dermawan /CAF

ZONABANTEN.com - Pengamat Sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menyatakan, kaum milenial Indonesia merupakan barisan yang paling aktif dalam melakukan derma di tengah-tengah pandemi Covid-19. Bahkan, sikap kepedulian yang ditunjukan oleh masyarakat saat krisis seperti saat ini, dapat membawa Indonesia menduduki peringkat pertama dalam hal kedermawanan.

"Sebenarnya kalau kita merujuk kepada data terbaru hasil survey menunjukan bahwa Indonesia itu masyarakat paling dermawan di dunia. Itu bahkan kita peringkatnya malah naik selama Pandemi Covid-19 ini. Tahun 2021 itu dari World Giving Index (WGI) itu naik skornya jadi 69 persen. Tahun 2018, kita nomor satu juga, indeksnya 59 persen," tutur Devie Rahmawati kepada wartawan, Jumat 16 Juli 2021.

Menurut Devie, kaum milenial dapat memanfaatkan perkembangan teknologi, terlebih disaat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Pasalnya, mereka (kaum milenial) memberikan bantuan dan dermanya melalui media sosial.

Baca Juga: Pengamat Sosial UI Yakini Semangat 'Warga Bantu Warga' Dapat Menekan Covid-19

"Kaum muda memiliki kepedulian yang sangat tinggi. Meski dalam studi-studi lain menunjukkan kelompok milenial dianggap egois, dianggap berbeda sebagai masyarakat digital, justru mereka adalah masyarakat yang paling peduli. Karena penggunaan digital yang tinggi, makanya tidak heran, walaupun dirumah kenapa sumbangannya tetap tinggi, karena penggunaan digital tadi. Siapa pengguna digital tadi? Kaum milenial itu," tegas Devie.

Diberitakan sebelumnya, Devie Rahmawati meyakini, dengan semangat gotong royong melalui gerakan 'warga bantu warga' dapat mengurangi angka Covid-19. Hal itu (semangat gotong royong), disebut-sebut dapat meningkatkan imun tubuh, dan menciptakan rasa bahagia karena faktor kebersamaan.

Baca Juga: Menag Yaqut Ingatkan Masyarakat Tidak Mudik di Hari Raya Idul Adha

“Harvard Medical School pernah menurunkan tulisan yang menyebut bahwa ketika kita bahagia dan tidak stres, menjadi salah satu cara meningkatkan imun tubuh. Praktik gotong royong, apalagi di situasi krisis, tentu saja menumbuhkan “kebahagiaan” karena membangun harapan atas pertolongan. Masyarakat tidak harus selalu diliputi oleh ketakutan dan kecemasan," ujar Devie kepada Zonabanten (Pikiran Rakyat Media Network), ditulis Jumat 16 Juli 2021.

“Praktik gotong royong atau yang sekarang dikenal dengan istilah kolaborasi, mengembalikan hakikat manusia sebagai mahluk sosial, yang tidak dapat hidup sendiri. Pandemi, yang mengarahkan kita untuk membatasi diri dalam pertemuan publik dan menyendiri di rumah masing-masing, tentu saja berpotensi membuat kita merasa tidak nyaman dan ketakutan karena harus melalui pandemi 'sendirian',” tambah Devie yang juga peneliti tetap di Vokasi UI.

Editor: Ari Kristianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x