Akibat lokasi tempat tinggal yang terlalu dekat dengan markas pemberontak, Abdurrahman Tsani dan 70 mahasiswa Indonesia yang tinggal disana mengalami kesulitan untuk memperoleh pasokan makanan dan minuman.
Beruntungnya warga lokal yang ada disekitar sana dengan suka rela membantu mereka memperoleh makanan.
Para mahasiswa asal Indonesia itu baru dapat dievakuasi menggunakan bus kampus ke kantor Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) beberapa hari setelahnya.
Evakuasi yang dilakukan terbilang cukup susah karena kelompok pemberontak hanya mengizinkan dua unit bus saha yang boleh melintas.
Setelah seluruh mahasiswa Indonesia ini sudah sampai ke tempat pengungsian yang aman, mereka diberitahu bahwa pihak KBRI akan melakukan evakuasi ke bandara terdekat yang aman dari perang.
Walaupun sudah mendapatkan angin segar, Fikri Wahyudi mengaku saat proses evakuasi masih ada masalah yang dihadapi. Bus yang mereka tumpangi yang awalnya berjumlah 16 unit, hanya tujuh unit yang diizinkan untuk melintas oleh pihak pemberontak.
Saat ini seluruh mahasiswa Indonesia yang berhasil dievakuasi tersebut tetap berharap dapat melanjutkan pendidikan mereka.
Mereka berharap Pemerintah Indonesia dapat memberikan solusi terbaik bagi mereka.***