Beragam Upacara Adat dalam Rangkaian Perayaan Hari Raya Nyepi

- 22 Maret 2023, 09:34 WIB
Umat Hindu melaksanakan prosesi upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Raksa Buana, Medan, Sumatera Utara, Selasa (21/3/2023). Upacara yang dilakukan sehari menjelang perayaan Nyepi tersebut bertujuan untuk menyucikan alam semesta beserta isinya, meningkatkan hubungan dan keharmonisan antara sesama man
Umat Hindu melaksanakan prosesi upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Raksa Buana, Medan, Sumatera Utara, Selasa (21/3/2023). Upacara yang dilakukan sehari menjelang perayaan Nyepi tersebut bertujuan untuk menyucikan alam semesta beserta isinya, meningkatkan hubungan dan keharmonisan antara sesama man /

ZONABANTEN.com – Nyepi adalah hari raya bagi umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Perayaan hari raya nyepi yang selalu dijalankan dengan khidmat menjadi tradisi dan ciri khas bagi umat Hindu terutama yang bertempat tinggal di bali. Perayaan Nyepi di Bali dianggap sebagai momen terbaik untuk melihat sisi lain Pulau Dewata yang tak pernah sepi.

Perayaan Hari Raya Nyepi selalu berdasarkan penanggalan atau kalender Saka. Tahun Baru Saka memiliki makna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional. Setiap tahunnya, umat Hindu merayakan pergantian Tahun Saka yang dilakukan dengan cara Nyepi selama 24 jam.

Dalam perayaan hari raya nyepi akan membuat pulau dewata yang biasanya penuh dengan masyarakat maka seketika itu juga akan sepi. Suasana khidmat ini berkaitan dengan aturan yang mengharuskan masyarakat Bali untuk berdiam diri di rumah.

Bahkan selama Hari Raya Nyepi, masyarakat pun tidak diperkenankan untuk menyalakan cahaya dan api. Maka wajar jika Bali terlihat sepi saat hari raya nyepi.

Baca Juga: Memperingati Hari Raya Nyepi Maka SIM Keliling dan Samsat Jakarta Diliburkan

Namun yang jarang diketahui masyarakat di luar Bali adalah rangkaian upacara adat sebelum dan sesudah perayaan Nyepi. Sebab, ada banyak upacara adat yang dilangsungkan dalam menyambut Hari Raya Nyepi di Bali.

Upacara Melasti

Ritual pertama yang menjadi perayaan pada hari raya nyepi adalah upacara melasti. Upacara ini bertujuan untuk menyucikan diri sebelum melaksanakan Nyepi. Biasanya ritual Melasti dilakukan di pura yang berada di dekat laut. Salah satu rangkaian Nyepi di Bali ini berlangsung tiga atau empat hari sebelum ritual Nyepi diadakan. Biasanya dilakukan selambat-lambatnya pada Tilem Sore (tidak ada bulan atau pada saat bulan mati). Inti dari acara ini adalah menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta). Kegiatan ini dilakukan di sumber air suci kelebutan, campuan, patirtan, dan segara.

Tawur Kesanga

Rangkaian selanjutnya yang dilanjutkan dengan Tawur Kesanga atau Mecaru. Tawur memiliki arti dalam bahasa Jawa sama dengan saur, dalam bahasa Indonesia berarti melunasi hutang. Di setiap catus pata (perempatan) desa atau pemukiman mengandung lambang untuk menjaga keseimbangan. Tradisi ini biasanya dilaksanakan H-1 sebelum perayaan Nyepi.

Tawur Kesanga identik dengan festival pawai ogoh-ogoh. Bagi masyarakat Hindu Bali, ogoh-ogoh merupakan representasi dari sifat buruk dan jahat manusia. Karena itu, pada akhir perayaan ogoh-ogoh akan dibakar sebagai simbol pembersihan sifat jahat manusia yang dilenyapkan dalam ritual Nyepi.

Baca Juga: 3 Resep Sahur dan Buka Puasa yang Mudah di Bulan Ramadan, Anak Kos Wajib Coba

Upacara Ngembak Geni

Perayaan hari raya nyepi kembali dilanjutkan dengan upacara ngembak geni, dimana masyarakat akan berkunjung ke rumah sanak saudara atau melakukan dharma santi (pertemuan untuk saling memaafkan kesalahan masing-masing dan berjanji untuk tidak membuat kesalahan lagi di kemudian hari). Penutup rangkaian nyepi ini menjadi pertanda untuk memulai lembaran baru dengan hati yang bersih.

Para pemuda juga akan melakukan omed-omedan usai tradisi Ngembak Geni. Festival saling cium ini dilakukan untuk mempererat keakraban antar umat Hindu.

Menghanturkan Bhakti atau Pemujaan

Setelah itu perayaan berikutnya adalah menghanturkan bhakti atau pemujaan. Kegiatan ini dilakukan di balai agung atau pura desa di setiap desa pakraman (desa adat di bali), setelah kembali dari mekiyis. Mekiyis sendiri bisa diartikan sebagai kegiatan kepercayaan Hindu untuk membersihkan badan dan jiwa, melebur noda, dan memuliakan Tuhan.

 Baca Juga: Jalan Rusak, Kepala Desa Gugat Inspektorat Pemda 16 Miliar

Begitulah tradisi yang dilakukan umat beragama hindu di Bali yang menjadi kegiatan beragama sekaligus budaya yang menarik untuk dikulik sejarah dan perjalanan ibadahnya sebagai ilmu pengetahuan serta informasi baru.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Kemenparekraf


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x