2 Jenis Kanker yang Paling Banyak Diderita di Indonesia

- 5 Februari 2023, 13:45 WIB
Ilustrasi kanker
Ilustrasi kanker /PIXABAY

ZONABANTEN.com - Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita di Indonesia. Penyakit ini tak hanya menyerang pria, namun juga wanita dan di berbagai usia.

Diketahui kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia dengan jumlah 9.6 juta kematian per-tahun. Kanker bisa dipicu dari genetik orangtua atau pola hidup yang tidak sehat. Oleh Karena itu perlu melakukan pemeriksaan semenjak dini.

Di Indonesia menurut catatan Globocan pada tahun 2020, kasus baru kanker sebanyak 396.314 kasus dengan kematian sebesar 234.511 orang.

Data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus. Kanker ini merupakan peringkat pertama di Indonesia.

''70% dideteksi sudah di tahap lanjut, kalau kita bisa mendeteksi di tahap awal mungkin kematiannya bisa kita tanggulangi,'' kata Elvida Sariwati, Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam Temu Media Hari Kanker Sedunia yang dilansir dari www.kemkes.go.id

 Baca Juga: VIRAL! Penampilan Terbaru JENNIE BLACKPINK, Berkerudung Hitam di Masjid Raya Sheikh Zayed, Abu Dhabi

Padahal sekitar 43% kematian akibat kanker bisa dikalahkan manakala pasien rutin melakukan deteksi dini dan menghindari faktor risiko penyebab kanker.

Selain angka kematian yang cukup tinggi, penanganan pasien kanker yang terlambat menyebabkan beban pembiayaan yang kian membengkak. Pada periode 2019-2020, pengobatan kanker telah menghabiskan pembiayaan BPJS kurang lebih 7,6 triliun rupiah.

''Karena deteksinya sudah di ujung, sehingga pembiayaan yang dikeluarkan semakin besar,'' katanya.

Pemerintah menjadikan kasus ini menjadi prioritas penanganan karena tingginya angka kanker payudara di Indonesia. Namun demikian bukan berarti penanganan kanker jenis lainnya diabaikan. Pada saat yang sama, Kemenkes tetap melakukan upaya penanggulangan terhadap penyakit kanker lainnya seperti yang tertuang dalam Rencana Aksi Nasional Kanker 2022-2022.

 

Dalam ketentuan ini, Strategi Nasional Penanggulangan Kanker Payudara Indonesia mencakup 3 pilar yakni promosi kesehatan, deteksi dini dan tatalaksana kasus.

Secara terperinci dibagi menjadi tiga pilar tersebut menargetkan 80% perempuan usia 30-50 tahun dideteksi dini kanker payudara, 40% kasus didiagnosis pada stage 1 dan 2 dan 90 hari untuk mendapatkan pengobatan.

Untuk mencapai target ini, Kementerian Kesehatan tidak bekerja sendiri, melainkan turut dibantu oleh berbagai pihak seperti Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI). Dengan program unggulan sosialisasi skrining dan deteksi dini kanker payudara, YKPI telah berhasil menjangkau lebih dari 150.000 peserta baik secara daring dan luring pada 2016-2021.

''Sejak tahun 2016-2021, YKPI bekerjasama dengan kabupaten/kota melakukan sosialisasi skrining dan deteksi dini kanker payudara. Sampai saat ini sudah 150.000 peserta yang kami anggap sebagai tokoh-tokoh masyarakat yang akan meneruskan ke bawah bahkan beberapa organisasi perempuan sudah memasukan skrining dan deteksi dini kanker payudara sebagai program kerjanya,'' kata Linda Agum Gumelar, Ketua YKPI.

 Baca Juga: Sering Gonta-ganti Pasangan, Kris Wu Disebut Punya Penyakit Sifilis

Tak hanya itu, YKPI juga membantu menyediakan mobil mammografi serta aktif melakukan praktek SADARI bagi masyarakat awam dan kader kesehatan.

Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan semakin kuat dan ditingkatkan, dalam kerangka penanggulangan kanker payudara di Indonesia, sehingga semakin banyak pasien kanker yang terselamatkan.

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan 31 Januari 2019, kasus kanker serviks menjadi urutan kedua. Data melaporkan terjadi pada 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian mencapai 13,9 per 100.000 penduduk.

Pemahaman untuk melakukan pemeriksaan kanker serviks sendiri sangatlah rendah Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pacitan, Trisno Haryanto menjelaskan sekitar 80% penduduk wanita produktif usia 30 – 50 tahun atau perempuan yang sudah menikah paling tidak harus pernah Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).

“Kesadaran IVA sebagai deteksi dini kanker serviks itu penting kita edukasikan, Karena bila terdeteksi positif agar segera bisa diobati, hal itu demi mencegah supaya kanker tersebut tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut,” ucapnya.

Meski termasuk jenis kanker mematikan, kanker serviks justru merupakan kanker yang bisa dicegah. Sayangnya informasi mengenai pencegahan dan deteksi dini belum banyak menjadi perhatian perempuan Indonesia. Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor kanker serviks menempati posisi nomor 2 sebagai jenis kanker paling banyak diderita perempuan Indonesia dengan hampir separuh kasusnya menyebabkan kematian.

Kemudian, jenis kanker lainnya yang paling banyak di Indonesia yaitu kanker paru-paru. Kanker paru-paru merupakan kanker yang paling banyak diderita pada laki-laki yaitu 25.943 kasus dan kanker kolorektal (21.764 kasus).***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Kemkes


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x