Kunjungi Banda Aceh, Prof. Yudian Napak Tilas dan Ziarah ke Makam Sultan Iskandar Muda

- 8 November 2022, 16:04 WIB
/BPIP

ZONABANTEN.com - Wilayah Aceh sebagai gerbang masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke-13 atau lebih awal telah membawa perubahan yang luar biasa terhadap ilmu pengetahuan dan peradaban di provinsi paling utara pulau Sumatera.

Tidak terhitung jumlahnya naskah dan manuskript kuno dari berbagai bahasa (Arab, Latin, Inggris, Portugis, Belanda, Melayu, Jawa) telah menghiasi diskursus sejarah masyarakat Aceh dengan beragam tema.

Baik dari tema tauhid, fikih, tasawuf, nahwu-sorof, hikayat, astronomi, sastra, hingga naskah-naskah yang menyangkut obat-obat tradisional dan dunia medis.

Aceh yang menjadi gerbang paling barat Republik Indonesia telah eksis sejak lama ikhwal perdagangan dan pelayaran. Hal itulah yang dirasakan kembali oleh Prof. Yudian ketika mengunjungi Aceh sekaligus berziarah ke makam Sultan Iskandar Muda didampingi dengan Deputi Bidang Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP, Ir. Prakoso, M.M, Selasa (8/11).

Baca Juga: Bacaan Niat dan Tata Cara Salat Gerhana Bulan atau Salat Khusuful Qamar, Simak Selengkapnya!

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga mengatakan bahwa pengaruh dan peran yang diberikan Sultan Iskandar Muda memberikan dampak yang besar bagi Nusantara, luas wilayah Kerajaan Aceh pada saat ia pimpin mengalami perluasan dengan sangat cepat. Dampaknya, menjadikan Aceh sebagai daerah utama yang mendistribusikan pala dan cengkeh ke berbagai penjuru dunia.

"Aceh juga dikenal memiliki budaya dan garis sejarah sosial politik yang berwarna. Sejarah inilah yang mampu membangun semangat patriotisme tidak hanya dimiliki oleh kaum laki-laki, tetapi juga perempuan. Perempuan tidak hanya berkontribusi dalam urusan domestik, perempuan Aceh adalah salah satu contoh peradaban yang unggul yang mampu menghimpun kekuatannya untuk menopang perlawanan laki-laki yang saat itu sedang terseok-seok", ungkapnya.

Baca Juga: 2 Link Streaming untuk Melihat Gerhana Bulan Total, Gratis! Siapkan Cemilan dan Berdoa Agar Cuaca Mendukung!

Ia menambahkan, perempuan Aceh memiliki daya juang dan semangat perlawanan yang tinggi atas ketidakadilan dan penindasan. Karakter inilah yang kemudian diwarisi oleh Cut Meutia, Pocut Meurah, Pocut Baren, Teungku Fakinah, dan Cut Nyak Dien untuk melanjutkan perjuangan masyarakat Aceh keluar dari jeratan kolonialisme dan imperialisme sekaligus mendukung perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh kaum laki-laki seperti, Sultan Iskandar Muda, Teuku Umar, Teuku Cik di Tiro, dan yang lainnya.

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: BPIP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x