Usaha VIG lainnya adalah meningkatkan gaji dokter ‘Melayu’ agar mempunyai derajat yang sama dengan dokter Belanda, yang berhasil mencapai 70 persen dari jumlah semula, yaitu 50 persen.
Selain itu, ada pula pemberian kesempatan dan pendidikan bagi dokter ‘Melayu’ menjadi asisten dengan prioritas pertama.
Tiga tahun setelahnya, pada masa pendudukan Jepang, VIG dibubarkan dan diganti menjadi Jawa izi Hookoo-Kai.
30 Juli 1950, Persatuan Thabib Indonesia atau PB Perthabin yang diketuai oleh Dr. Abdoel Rasjid dan Perkumpulan Dokter Indonesia (DP-PDI) menyelenggarakan rapat.
Atas usul Dr. Seno Sastromidjojo, dibentuklah panitia penyelenggara Muktamar Dokter Warganegara Indonesia atau PMDWNI, dengan Dr. Bahder Djohan sebagai ketuanya.
Tugas panitia ini adalah menyelenggarakan ‘Muktamar Dokter Warganegara Indonesia’, kegiatan yang bertujuan mendirikan suatu perkumpulan dokter warganegara Indonesia yang baru.
Tujuan lainnya adalah menjadi wadah representasi dunia dokter Indonesia, baik dalam maupun luar negeri.
Tanggal 22-25 September 1950, Muktamar pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park, yang kemudian menjadi gedung pertemuan Kotapraja Jakarta.