Sejarah Singkat Konferensi Asia Afrika, Cita-cita Bersama untuk Membangun Solidaritas dan Persatuan

- 18 April 2022, 18:27 WIB
Sejarah singkat tentang Konferensi Asia Afrika yang dilaksanakan di Bandung, 18 -24 April 1955/Ilustrasi dari Museum KAA
Sejarah singkat tentang Konferensi Asia Afrika yang dilaksanakan di Bandung, 18 -24 April 1955/Ilustrasi dari Museum KAA /
 
ZONABANTEN.com - Hari ini, tanggal 18 april 2022 merupakan peringatan Konferensi Asia Afrika atau KAA.
 
Konferensi Asia Afrika merupakan pertemuan negara-negara Asia-Afrika solidaritas dan persatuan yang dilaksanakan pada tanggal 18-24 April 1955 di Bandung, Jawa Barat.
 
Konferensi Asia Afrika menghasilkan 10 poin penting yang dikenal dengan Dasasila Bandung. Di hari yang penting ini, tidak ada salahnya jika kita mengenal tentang sejarah Konferensi Asia Afrika.
 
Melansir dari asianafricanmuseum.org, berakhirnya Perang Dunia II pada Agustus 1945 tidak membuat permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia juga berakhir.
 
 
Penjajahan yang dialami oleh negara-negara di kawasan Asia dan Afrika merupakan masalah krusial sejak abad ke-15. Walaupun sejak tahun 1945 banyak negara yang memperoleh kemerdekaannya.
 
Lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi, yakni Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat (kapitalis) dan Blok Timur yang dikuasai Uni Soviet (komunis), membuat situasi dunia semakin panas.
 
Perang Dingin berkembang menjadi konflik perang terbuka, seperti Jazirah Korea dan Indo-Cina.
 
Perlombaan pengembangan senjata nuklir meningkat dan menimbulkan ketakutan dunia akan kembali dimulainya Perang Dunia.
 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah dunia, bahkan tidak mampu menyelesaikan permasalahan tersebut.
 
Hal tersebut yang membuat Konferensi Asia Afrika tercetus.

Hal ini diawali ketika Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala yang  mengundang beberapa negara secara informal di tahun 1954 termasuk Indonesia yang dikenal dengan konferensi Kolombo.

Kesempatan ini digunakan oleh Presiden Soekarno melalui Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo untuk menyampaikan keinginan diselenggarakannya KAA yang merupakan cita-cita bersama selama hampir 30 tahun didengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika dan telah dilakukan melalui pergerakan nasional melawan penjajahan.
 
Baca Juga: Apa Malam Nuzulul Quran Itu? Simak Penjelasannya beserta Lakukan Amalan Ini Agar Jiwa Tenang

Dalam konferensi yang berlangsung pada 28 April – 2 Mei 1954 tersebut, disampaikan usulan akan perlunya diadakan pertemuan lain yang lebih luas antara negara-negara Afrika dan Asia untuk membicarakan permasalahan krusial yang tidak hanya terjadi di negara-negara Asia-Afrika yang terwakili dalam konferensi tersebut.

Usulan tersebut kemudian disetujui oleh semua peserta.

Pada 28 – 29 Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi Kolombo (Birma, Ceylon, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan pertemuan di Bogor, untuk membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika.

Konferensi tersebut berhasil merumuskan kesepakatan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang pada Konferensi Asia Afrika, serta menetapkan Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara yang terpilih.
 
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir, Begini Cara Bayar Hutang Puasa Ramadhan yang Sudah Bertahun-tahun

Pada 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan kepada kepala pemerintah dari 25 Negara Asia dan Afrika.

Dari seluruh negara yang diundang, hanya satu negara yang menolak, yaitu Federasi Afrika Tengah.
 
Alasannya, karena mereka masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya, sedangkan 24 negara lainnya menerima dengan baik meskipun awalnya beberapa negara masih ragu-ragu.

Konferensi dimulai pada tanggal 18 April 1955 pukul 07.00 WIB di Bandung dan ditutup tanggal 24 April 1955. Hasil konsensus dituangkan dalam komunike akhir yang kemudian dikenal sebagai Dasasila Bandung.
 
Baca Juga: 6 Momen 'Business Proposal' yang Membuktikan Pasangan Memiliki Hubungan yang Sehat

KAA ini memberikan dampak yang terasa, dengan bangsa di Asia dan Afrika yang berhasil memerdekakan diri dari negara penjajahnya.

KAA juga telah berhasil menumbuhkan semangat solidaritas di antara negara-negara Asia Afrika, baik dalam menghadapi masalah internasional maupun regional.

Dengan demikian, Dasasila Bandung telah melahirkan faham Dunia Ketiga atau “Non-Aligned” terhadap Dunia Pertama Washington, dan Dunia Kedua Moscow.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: asianafricanmuseum.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x