Hari Pers Nasional, Inilah Sepak Terjang Tirto Adhi Soerjo yang Dijuluki Bapak Pers Nasional Indonesia

- 9 Februari 2022, 09:07 WIB
Hari  Pers Nasional dan sepak terjang Tirto Adhi Soerjo yang dijuluki Bapak Pers Nasional
Hari Pers Nasional dan sepak terjang Tirto Adhi Soerjo yang dijuluki Bapak Pers Nasional /Kemdikbud

ZONABANTEN.com - Hari Pers Nasional diperingati tiap tanggal 9 Februari. Media massa Indonesia bersukacita merayakan hari tersebut.

Hari Pers Nasional ditetapkan secara resmi oleh Presiden Soeharto tahun 1985 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1985.

Dalam memperingati Hari Pers Nasional, tentu tak luput dari satu tokoh penting yang bernama Tirto Adhi Soerjo.

Punya nama asli Raden Mas Tirto Adhi Soerjo, ia dicetuskan sebagai Bapak Pers Nasional Indonesia oleh Dewan Pers RI tahun 1973. Tirto lahir di Blora tahun 1880 dan wafat di tahun 1918.

Dilansir dari laman Kemdikbud, Tirto Adhi Soerjo memulai karirnya sebagai jurnalistik ketika memimpin surat kabarnya sendiri, yaitu Soenda Berita tahun 1903. 

Baca Juga: Selamat Hari Pers Nasional! Sejarah dan Eksistensinya dalam Pembangunan di Indonesia

Surat kabar tersebut menjadi cikal bakal pers Indonesia. 

Selain itu, Soenda Berita adalah redaksi pertama yang dibiayai, dikelola, disunting, dan diisi oleh kaum pribumi.

Usai Soenda Berita, Tirto memimpin Medan Prijaji yang kantornya berada di Bandung. Namun, surat kabar tersebut hanya mampu berdiri sampai tahun 1912.

Lalu ia juga mendirikan surat kabar Poetri Hindia di tahun 1908.

Tirto Adhi Soerjo merupakan penggagas pergerakan nasional yang menyusun bacaan fiksi dan nonfiksi. Bapak Pers Nasional itu berhasil mendorong Mas Marco Kartodikromo, Soewardi Soerjaningrat, Tjipto Mangoenkoesoemo, Semaoen, dan lainnya untuk melakukan hal sama.

Mereka menciptakan bacaan-bacaan populer yang ditujukan untuk mendidik bumiputera yang miskin. 

Baca Juga: Link Twibbon Hari Pers Nasional 2022, Siap Bagikan di Sosial Media

Bacaan-bacaan yang mereka hasilkan berupa ajakan untuk mengobati bangsanya yang sakit karena kemiskinan, baik itu jiwa maupun ilmu pengetahuan.

Tirto Adhi Soerjo merupakan seorang bumiputra yang memiliki rumah cetak sendiri. 

Rumah cetak tersebut didapatkan dari hasil bekerja sama dengan Hadji Moehammad Arsjad dan Pangeran Oesman. 

Kemudian disusul dengan berdirinya rumah cetak Insulinde yang dananya disokong oleh H.M. Misbach. Rumah cetak Insulinde ini sebagai bukti atas lahirnya Mata Gelap karya Marco.

Menjadi seorang wartawan, Bapak Pers Nasional itu melayangkan kritik-kritiknya dalam bentuk cerita pendek. 

Awal munculnya Sastra Indonesia ditandai oleh hadirnya penulis asal Tionghoa peranakan dan penulis Indo-Belanda, seperti H. Kommer dan Pangemanan. 

Kemudian di awal abad 20-an berkembang produksi bacaan-bacaan yang ditulis oleh bumiputera sendiri dengan bahasa Melayu Pasar.

Melayu Pasar merupakan bahasa antara para pedagang dan kaum buruh yang tidak pernah duduk di bangku pendidikan.

Bahasa tersebut dipakai lantaran terasa lebih hidup, spontan, dan bebas dari tatabahasa.

Berkembangnya buku bacaan didukung oleh perkembangan industri pers yang mulai tumbuh pada saat itu.

Ternyata, bumiputera yang dimaksud sebagai pelopor fiksi modern adalah Tirto Adhi Soerjo. Ada pun karya-karya yang berhasil ia tulis:

1. Doenia Pertjintaan 101 Tjerita jang soenggoe terjadi di Tanah Priangan diterbitkan tahun 1906

2. Tjerita Njai Ratna dan Membeli Bini Orang terbit tahun 1909

3. Busono terbit tahun 1912

Baca Juga: 6 Fakta Unik R.M. Tirto Adhi Soerjo, Tokoh Pers Perintis Persuratkabaran serta Kewartawanan Nasional Indonesia

Selain fiksi, ada pula tulisan nonfiksi yang berhasil Tirto buat dan dimuat di beberapa surat kabar. Di antaranya adalah:

1. "Gerakan Bangsa Tjina di Soerabaja melawan Handelsvereniging Amsterdam" dimuat Soenda Berita pada tahun 1904

2. "Bangsa Tjina di Priangan" dimuat Soenda Berita tahun 1904

3. "Pelajaran Boeat Perempoean Boemipoetra" dimuat Soenda Berita tahun 1904

4. "Soeratnja Orang-Orang Bapangan" terbit di Medan Prijaji tahun 1909

5. "Persdelict: Umpatan" dimuat Medan Prijaji tahun 1909

6. "Satoe Politik di Banjumas" dimuat Medan Prijaji tahun 1909

Baca Juga: Prakerja Gelombang 23 Segera Dibuka, Simak 7 Tahapan Serta Cara Mendaftar

7. "Drijfusiana di Madioen dimuat di Medan Prijaji" tahun 1909

8. "Kekedjaman di Banten dimuat di Medan Prijaji" tahun 1909

9. "Omong-Omong di Hari Lebaran" dimuat Medan Prijai tahun 1909

10. "Apa jang Gubermen Kata dan Apa jang Gubermen Bikin" dimuat Medan Prijaji tahun 1910

11. "Oleh-Oleh dari Tempat Pemboeangan" pertama kali disiarkan di harian Perniagaan dan diterbitkan kembali di Medan Prijaji tahun 1910.

Sebagai seorang penulis, tulisan Tirto Adhi Soerjo dikenal sebagai bacaan politik yang kemudian dijuluki sebagai bacaan liar dalam dunia sastra.

Dia juga merupakan pencetus awal perlunya sebuah bacaan bagi rakyat Hindia yang tidak pernah menyentuh bangku pendidikan.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Kemdikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x