Seminar Lintas Negara, Peran Strategis Muslimah dalam Menguatkan Praktik Islam Rahmatan Lil ‘Alamin

- 29 Januari 2022, 07:40 WIB
Ilustrasi Muslimah
Ilustrasi Muslimah /Pexels

ZONABANTEN.com - Seminar Lintas Negara “Membangun Kerja Sama Internasional untuk Menguatkan Komitmen dan Praktik Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” dilaksanakan oleh INFID (International NGO Forum on Indonesian Development).

Seminar tiga hari tersebut bekerja sama dengan Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan KBRI di Pakistan, Tunisia, dan Malaysia. Seminar dilaksanakan pada tanggal 25-27 Januari 2022.

Di sesi pertama mengangkat tema “Peran Strategis Muslimah dalam Menguatkan dan Meluaskan Praktik Islam Rahmatan Lil ‘Alamin di Indonesia, Pakistan, Tunisia, dan Malaysia.

Hadir dalam seminar tersebut panelis dari Fatayat NU Anggia Ermarini dan panelis dari Aisyiyah PP Muhammadiayah Prof Alimatul Qibtiyah.

Baca Juga: Bagaimana Cara Menyikapi Toleransi Beragama? Analogi Perbedaan yang Tidak Selalu Berarti Kebencian

Panelis internasional yang hadir dalam seminar tersebut dari Tunisia  Prof Mongia Souaihi (Universitas Ezzitouna Tunisia), Mantan Anggota Senat Pakistan Sehar Karman, dan Sh Fatimah Alzahra Binti Syed Hussein, (International Islamic University Malaysia).

Hadir pula Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, H E Muhammad Hassan yang memberikan pidato kunci.

Muhammad Hassan dalam pidatonya menyampaikan bahwa dalam sejarah Islam, perempuan selalu memainkan peranan yang sama dengan laki-laki. Perempuan memiliki peran untuk menyebarluaskan agama Islam, mengajarkan Al-Qur'an, dan lain-lain.

"Bahkan, di dalam Al-Qur'an, ada dua surat yang berbicara tentang perempuan, yaitu surat Maryam dan surat An-Nisa. Tidak diragukan lagi, perempuan berperan penting dalam dakwah Islam," ujarnya.

“Siti Khadijah berperan sebagai penopang utama dakwah Nabi Muhammad saw. Selain itu, Nabi Muhammad juga didukung oleh perempuan-perempuan lain seperti Aisyah dalam mengajarkan agama dan memimpin umat.”

Sementara itu Prof Alimatul Qibtiyah, perwakilan dari PP Aisyiyah Muhammadiyah membicarakan tentang persoalan yang dihadapi oleh perempuan Indonesia tentang kesetaraan gender dan strategi yang diperlukan untuk menjawab persoalan tersebut.

Baca Juga: Gus Ipul: Agenda Pengukuhan PBNU Periode 2022-2027 di Kaltim, Diikuti Pencanangan Gedung NU di IKN Nusantara

“Persoalan ketidaksetaraan ini dapat dilihat dari jumlah profesor di perguruan tinggi di Indonesia yang tidak seimbang. Jumlah profesor laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, serta jumlah pemimpin perempuan di perguruan tinggi hanya sekitar 15-20%," ungkapnya.

“Pada awalnya perempuan tidak dianggap penting dan harus dihormati, tetapi ketika Islam datang Allah menyebutkan perempuan juga memiliki hak otonom,"ujarnya.

Islam mendudukkan persamaan antara laki-laki dan perempuan yang berimplikasi pada peranan yang dimiliki oleh perempuan.

Perempuan juga memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki seperti untuk menjadi pemimpin, bekerja pada sektor publik, dan politik.

Oleh sebab itu, sesuai ajaran Islam Rahmatan Lil ‘Alamin adalah mendudukkan perempuan sama dengan laki-laki. Perbedaannya hanya diukur dari tingkat ketakwaannya.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: NU


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x