Mengenal DN Aidit, Pemimpin Senior Partai Komunis Indonesia

- 29 September 2021, 11:45 WIB
Potret Lawas D.N. Aidit (Sebelah Kanan) Bersama Njoto, dalam Satu Kesempatan di Istana, Circa 1957/Instagram.com/@potret.lawas
Potret Lawas D.N. Aidit (Sebelah Kanan) Bersama Njoto, dalam Satu Kesempatan di Istana, Circa 1957/Instagram.com/@potret.lawas /


ZONABANTEN.com - Lahir pada 30 Juli 1923, D.N. Aidit, atau Dipa Nusantara Aidit adalah seorang pemimpin senior Partai Komunis Indonesia (PKI).

Aidit Lahir dengan nama Ahmad Aidit di Pulau Belitung, ia akrab dipanggil Amat oleh orang-orang yang akrab dengannya.

Aidit wafat pada 22 November 1965.

Abdullah Aidit, ayahnya, ikut memimpin gerakan pemuda di Belitung untuk melawan kekuasaan kolonial Belanda.

Baca Juga: Kisah 10 Pahlawan Revolusi saat Terjadi Pemberontakan G30S PKI, Sejarah Kelam untuk Indonesia

Adapun ibu Aidit, yaitu Melani Aidit, berasal dari Maninjau, Agam, Sumatra Barat.

Setelah merdeka sempat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) mewakili rakyat Belitung.

Menjelang dewasa, Achmad Aidit mengganti namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit (D.N. Aidit).

Aidit memberitahukan hal tersebut kepada ayahnya, dan ayahnya menyetujui begitu saja.

Dari Belitung, Aidit berangkat ke Jakarta dan pada 1940, ia mendirikan perpustakaan "Antara" di daerah Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Gen Z dan Milenial Wajib Tahu! Profil dan Biodata Singkat 7 Pahlawan Revolusi Korban Keganasan G30S PKI

Kemudian masuk ke Sekolah Dagang Handelsschool.

Aidit belajar teori politik Marxis melalui Perhimpunan Demokratik Sosial Hindia Belanda (yang belakangan berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia).

Dalam aktivitas politiknya, Aidit mulai berkenalan dengan orang-orang yang berperan penting dalam politik Indonesia.

Seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan Mohammad Yamin, Adam Malik, dan Chaerul Saleh.

Meskipun Aidit seorang Marxis dan anggota Komunis Internasional (Komintern), Aidit mendukung paham Marhaenisme ir. Soekarno.

Baca Juga: 7 Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI, Lubang Buaya jadi Saksi Bisu Kekejaman

Aidit membebaskan partainya untuk berkembang tanpa menunjukkan keinginan untuk merebut kekuasaan.

Sebagai balasan atas dukungannya terhadap Soekarno, ia berhasil menjadi Sekjen PKI, dan belakangan Ketua.

Di bawah kepemimpinannya, PKI menjadi partai komunis ketiga terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Tiongkok.

Aidit mengembangkan sejumlah program untuk berbagai kelompok masyarakat, seperti Gerwani, Lekra, Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Rakyat, dan lain-lain.

Pada 1965, PKI menjadi partai politik terbesar di Indonesia, dan semakin  memperlihatkan kecenderungannya terhadap kekuasaan.

Baca Juga: 10 Pahlawan Revolusi Korban Pemberontakan G30S PKI, Sejarah dan Penjelasannya

Pada 30 September 1965, terjadi tragedi nasional yang dimulai di Jakarta, dengan diculik dan dibunuhnya enam orang jenderal dan seorang perwira.

Peristiwa tersebut dikenal sebagai Peristiwa G30S/PKI.

Pemerintah Orde Baru dibawah Jenderal Soeharto mengeluarkan versi resmi, bahwa PKI lah pelakunya.

Sebagai pimpinan partai, Aidit dituduh sebagai dalang dibalik peristiwa ini. Tuduhan ini tidak sempat terbukti.

Karena Aidit meninggal dalam pengejaran militer ketika melarikan diri ke Yogyakarta dan dibunuh di sana oleh militer.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x