Mendikbud Nadiem Makarim Bermalam dengan Orang Rimba di Sarolangun Jambi

- 22 September 2021, 21:35 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim Bermalam dengan Orang Rimba di Sarolangun Jambi
Mendikbud Nadiem Makarim Bermalam dengan Orang Rimba di Sarolangun Jambi /ANTARA/BKHM Kemendikbudristek)

ZONABANTEN.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim bermalam bersama orang rimba di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi pada hari Rabu, 22 September 2021.

Seperti yang tertulis dalam keterangan yang diterima di Jambi, pada hari Rabu, Nadiem bermalam bersama orang rimba di Kantor Lapangan Warsi pada hari Selasa 21 September malam.

Saat itu tampak Nadiem berinteraksi dengan anak-anak rimba yang juga tinggal di kantor lapangan, mengajak mereka bercengkerama dan juga menghadirkan suasana hangat bagi anak-anak rimba.

Baca Juga: Update Kasus Covid 19 RI 22 September 2021, Kasus Positif Kembali Turun, 5.356 Sembuh

Bahkan dalam kunjungannya itu, Nadiem melihat langsung Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Bungo Kembang yang juga didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk anak-anak orang rimba di daerah itu.

Dalam kunjungannya tersebut Nadiem turut menerima hasil karya anak rimba yang mengikuti kelas keterampilan berupa baju kaos yang bertuliskan "kamia ndok tokang baco tuliy" yang artinya kami ingin bisa membaca dan menulis. Nadiem juga menerima kerajinan karya anak rimba berupa kalung sebelit sumpah, anyaman rotan dan juga kotak tisue dari kulit kayu ipuh.

Ketika bermalam di sana, Nadiem juga turut mendengarkan keluh kesah orang rimba dalam memperjuangkan pendidikan untuk anak-anak mereka. Dimana pendidikan anak rimba tersebut dilakukan dalam dua bentuk berupa pendidikan non formal, dengan cara mengunjungi kelompok.

Baca Juga: Awas Cuaca Ekstrim! BMKG: Wilayah Indonesia Masuk Pancaroba, Berikut Wilayah yang Harus Diwaspadai

Adapun proses pembelajaran materi pendidikan disesuaikan dengan alam mereka. Misalnya saja untuk pelajaran berhitung dilakukan dengan cara menghitung pohon, menulis dan membaca juga didekatkan dengan apa yang mudah mereka pahami.

Selanjutnya bagi anak rimba yang sudah mahir dan adanya dukungan dari orang tua mulai dijembatani ke sekolah formal. Kolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan pihak sekolah menjadi sangat penting bagi kelangsungan pendidikan anak-anak orang rimba.

Tetapi karena kebutuhan ada kalanya anak-anak orang rimba meminta dispensasi ke sekolah, tidak harus selalu pendidikan dilangsungkan di ruang kelas. Misalnya ketika orang tuanya melangun (masuk ke dalam hutan mencari makanan), anak-anak yang sekolah ikut melangun.

Baca Juga: Sinopsis The Accidental Detective, Kolaborasi Detektif Kaya Pengalaman dengan Kutu Buku Jago Analisis

Sehingga akhirnya dengan pola penyesuaian tersebut terbukti beberapa anak rimba sudah berhasil mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Sebagaimana disampaikan Tumenggung Ngrip, melalui proses pendidikan yang diikuti tersebut sudah ada tiga orang anak Orang Rimba yang kini sedang belajar di Kota Jambi. Dan ada juga yang sedang mengikuti pendidikan sekolah polisi.

Kepada Nadiem, Tungganai Basemen tetua adat Orang Rimba mengatakan mereka membutuhkan guru yang datang ke lokasi pemukiman mereka.

“Kalau sekolah di luar rimba, susah anak kami bepak, kami kalau buloh minta sekolahnya di dalam rimba tempat kami," kata Tungganai.

Baca Juga: Mau Daftar Kartu Prakerja Gelombang 22? Simak Informasi Lengkapnya di Sini

Tungganai menjelaskan bahwa Orang Rimba masih berpindah untuk mencari penghidupan. Kondisi ini menyulitkan bagi anak-anak mereka yang ingin bersekolah. Tanpa sekolah Tungganai khawatir akan masa depan Orang Rimba ke depannya.

Saat memberikan keterangan pers di Candi Kedaton kawasan Percandian Muaro Jambi, Menteri Nadiem mengatakan, bahwa pengalaman bermalam bersama orang rimba tidak akan dia lupakan seumur hidupnya, dia bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga saat bermalam dengan orang rimba.

Bahkan dalam kesempatan tersebut Nadiem memberikan apresiasi yang tinggi terhadap guru yang memberikan pendidikan kepada anak-anak orang rimba. Apalagi dengan kondisi hidupnya yang berpindah-pindah, sangat sulit untuk memberikan pendidikan yang layak terhadap anak-anak orang rimba.

Baca Juga: Jadwal Liga Spanyol Real Madrid vs Mallorca, Prediksi dan Link Live Streaming

"Saya banyak belajar mengenai seperti apa pendidikan di pinggiran, tentang guru yang harus masuk hutan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak orang rimba khususnya," kata Nadiem Makarim.

Dijelaskan, selama ini persoalan mendasar yang dialami oleh orang rimba adalah kehilangan sumber penghidupan, setelah hutan yang menjadi rumah mereka beralih fungsi menjadi perkebunan dan hutan tanaman. Dengan ketidakpastian sumber kehidupan, menjadikan orang rimba yang kehilangan hutan juga kesulitan untuk melanjutkan hidup mereka.

Kehidupan sebagian orang rimba saat ini dari memungut buah sawit. Kemudian biji-biji sawit yang sudah jatuh dari pohon diambil satu persatu dan dijual untuk membeli bahan pangan. Kondisi tersebut menyebabkan orang rimba sangat rawan berkonflik dengan pemilik konsesi.

Baca Juga: Idol K-Pop ini Akui Dirinya Merasa Takut untuk Menikah, Begini Alasannya

Kadang tidak jarang mereka menjadi sasaran kekerasan pihak perusahaan. Padahal di sisi lain, perusahaan lupa bahwa mereka sudah merampas sumber penghidupan orang rimba yang dulunya tinggal di dalam hutan itu sebelum dijadikan perkebunan.

Sehingga tentunya butuh kesadaran dari semua pihak untuk memahami kondisi yang dialami orang rimba tersebut. Penyelesaian persoalan terhadap orang rimba harus dilakukan secara multisektor untuk pengakuan hak orang rimba atas lahan.

"Mau dimana lagi mereka hidup, ini dulu dibenahi baru pendidikan akan memberikan hasil yang maksimal untuk mendukung kehidupan mereka," katanya.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x