Suasana Indonesia Kini Mengingatkan Tentang Ramalan Lintang Kemukus, Ini Kata Pakar Kosmologi Jawa

- 12 Desember 2020, 17:48 WIB
Fenomena penampakan Lintang Kemukus di Langit Jawa /Twitter.com/
Fenomena penampakan Lintang Kemukus di Langit Jawa /Twitter.com/ /@KediriFess/Twitter

ZONABANTEN.com - Bagi sejumlah masyarakat Indonesia, beberapa kejadian alam dianggap membawa suatu pertanda akan terjadinya kejadian lainnya.

Khususnya masyarakat Jawa yang beberapa orang masih mempercayai datangnya tanda-tanda tersebut.

Kondisi Indonesia saat ini sedang dilanda musibah pandemi Covid-19 yang juga dirasakan hampir seluruh negara di dunia.

Baca Juga: Update Corona Global Sabtu 12 Desember 2020, Indonesia NAIK Lagi Kini di Posisi ke 19 Dunia

Selanjutnya adalah terkuaknya kasus korupsi sejumlah pejabat negara baru-baru ini, yang paling hangat adalah kasus dugaan korupsi yang dilakukan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara.

Diketahui bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendapatkan bukti bahwa Juliari menyelewengkan dana bantuan sosial untuk masyarakat yang terdampak Covid-19.

Juga yang tak kalah membuat geger, kasus terkait dugaan pelanggaran protokol kesehatan oleh ketua Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Shihab atau yang dikenal dengan naman Habib Rizieq Shihab yang berbuntut pada tewasnya 6 orang pengawalnya dalam suatu bentrokan dengan kepolisian.

Baca Juga: Update Corona di Jawa Barat Sabtu 12 November 2020, TEMBUS 1.283 Kasus Baru dan 1.003 Sembuh

Hal tersebut memberikan suasana panas, beberapa pihak menyulut amarah masyarakat dengan menyebarkan berita-berita hoaks, hal ini akan membuat efek yang amat besar pada kesatuan dan persatuan negara.

Fenomena Lintang Kemukus atau komet berekor yang sempat muncul di langit Tuban, Jawa Timur, Sabtu malam 10 Oktober 2020 terus menjadi buah bibir di kalangan masyarakat.

Meski pihak berwenang dalam hal ini, Lembaga Antariksa dan Penerbangan (LAPAN) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah berusaha meluruskan istilah Lintang Kemukus secara ilmiah.

Baca Juga: Merchandise NCT U berbentuk Masjid bahkan Kabah? Netizen 'SM Berhentilah Menghina Islam!'

Tetap saja sebagian masyarakat Indonesia masih banyak yang meyakini bahwa fenomena alam dengan gejala mirip Lintang Kemukus patut jadi bahan renungan terkait situasi sosial politik kini maupun di masa mendatang.

Bahkan, Ki Hargo Carito salah satu dalang wayang kulit yang juga pakar ilmu tentang struktur dan sejarah alam semesta berskala besar (kosmologi), kerap membuat tulisan tentang fenomena alam dan fakta kehidupan sosial. Di antaranya fenomena Lintang Kemukus.

Dikutip dari berbagai sumber, Ki Hargo sempat menceritakan benang merah fenomena alam Lintang Kemukus dengan situasi sosial dan politik dari sudut pandang kosmologi Jawa.

Baca Juga: Update Sebaran Corona Indonesia di 34 Provinsi Sabtu 12 Desember 2020, Positif Covid-19 Indonesia

Bahkan, ia sempat bertutur, fenomena alam Lintang Kemukus pada 12 Agustus 2014 lalu memiliki kaitan erat dengan situasi politik saat itu yang berdampak pada kehidupan ekonomi masyarakat.

Menurutnya, pada 12 Agustus 2014 sempat terlihat sebuah komet berekor dan orang Jawa menyebut dan meyakininya sebagai Lintang Kemukus.

Saat itu komet berekor itu melintas dan menyala terang di atas Kota Solo, seperti diberitakan Isu Bogor pada artikel "Lintang Kemukus Menurut Kosmologi Jawa Dulu dan Sekarang, Tanda Konflik Sampai Kehidupan Susah".

Bagi orang Jawa munculnya benda tersebut di atas langit sebagai isyarat, sasmita, akan datangnya bencana besar.

Baca Juga: Perubahan Mendadak di Bawah Gerhana Matahari Total Untuk 12 Tanda Zodiak

"Saat itu Indonesia baru saja menyelesaikan Pilpres. Jokowi seorang priyayi asal Solo baru terpilih menjadi Presiden. Saat itu, beberapa bulan lagi akan dilantik," tuturnya dalam berbagai artikel yang ditulis dan dimuat disejumlah media massa

Tanda-tanda adanya, ontran-ontran, sudah mulai terlihat di tengah masyarakat.

Ekses perpecahan para pendukung kedua paslon, Jokowi-JK Vs Prabowo-Hatta mulai terasa dalam masyarakat.

Perpecahan itu sesungguhnya sudah mulai terjadi sebagai imbas dari Pilkada Jakarta 2012. Saat itu Jokowi berpasangan dengan Ahok mulai menggunakan medsos sebagai alat kampanyenya.

Baca Juga: Ada Mitos Jika Hewan Ini Masuk ke Dalam Rumah, Menurut Primbon Jawa Anda Akan Mendapatkan Musibah

Mereka tergabung dalam Jokowi-Ahok Social Media Volunteers (Jasmev). Tugasnya melakukan kampanye Jokowi-Ahok di medsos.

Mereka juga bertugas mem-bully tanpa ampun kelompok yang berseberangan.

Sejak itu perang di medsos, bully mem-bully menjadi sangat massif dan praktik keseharian di masyarakat kita.

Eskalasinya meningkat pada Pilpres 2014.

Apalagi Jokowi berhadapan dengan Prabowo orang yang notabene membawa dan membiayai Jokowi sebagai Gubernur DKI.

Baca Juga: Ambil Sisi Baiknya, Ramalan Jayabaya Sebut Pertanda Hadirnya Sosok Ratu Adil yang Akan Segera Tiba

Fakta munculnya Konflik di tengah masyarakat, dan munculnya lintang kemukus di atas kota Solo, bagi orang Jawa menjadi tanda-tanda alam yang paling nyata.

Tanda-tanda alam sangat lekat dengan kehidupan orang Jawa. Hal ini menjadikan mereka sangat dekat dengan alam dan waspada.

Di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta masyarakat masih sangat percaya dengan mitos yang disebut pulung gantung, atau juga dikenal dengan nama lintang clorot. Bentuknya sama dengan Lintang Kemukus.

Baca Juga: Terpapar Covid-19, Ketua KPU Tangsel Tutup Usia

Bintang jatuh berekor ini dipercaya sebagai tanda kematian. Siapapun rumahnya yang kejatuhan pulung gantung, maka ada anggota keluarga yang bunuh diri.

Kebanyakan dengan cara gantung diri. Karena itu disebut sebagai pulung gantung.

Fenomena pulung gantung ini identik dengan kehidupan yang susah.

Kebanyakan kepala keluarga yang gantung diri akibat tekanan ekonomi, kemiskinan, terbelit utang, atau menderita penyakit menahun.

Sejumlah penelitian menujukkan angkanya cukup signifikan. Sampai tahun 2017 rata-rata 30 orang meninggal karena gantung diri di Gunung Kidul.

Baca Juga: 5 Tanaman Hias Ini Dianggap Pembawa Sial, Bahkan Mengundang Roh Jahat ke Rumah, Salah Satunya Kaktus

Banyak yang menghubungkan kekacauan politik dan ekonomi di masa pemerintahan Jokowi dengan fenomena lintang kemukus yang menyala terang di atas kota Solo sebelum dia dilantik.

Alam telah memberi tanda-tanda. Tinggal kita bisa memahami atau tidak.

Menjelang pilpres di sebagian masyarakat Jawa di Jateng, Jogya dan kawasan Mataraman di Jatim banyak yang mempercayai alam juga telah mengirimkan pesan.

Tanda yang paling nyata adalah matinya obor Asian Games yang dibawa oleh Jokowi. Bagi orang Jawa Jokowi dianggap telah kehilangan obor, simbol sebuah kehidupan.

Baca Juga: Jengkol Selain Berkhasiat Memperkuat Tulang dan Gigi, Ternyata Masih Banyak Manfaat Lainnya

Sementara pasangannya Kyai Ma’ruf Amin burung merpatinya tak mau terbang ketika berlangsung kampanye damai.

Kyai Ma’ruf dianggap tak punya kekuatan menggerakkan. Dia akan menjadi beban bagi Jokowi.

"Itu semua hanya tanda-tanda alam. Orang Jawa yang rasional biasanya menyebutnya sebagai 'othak athik', 'gatuk, 'mencocok-cocokan.'

"Namun jangan buru-buru menilai hal itu sebagai sesuatu yang musyrik. Ajaran Islam juga mengajarkan bahwa perilaku alam erat kaitannya dengan isyarat dari Allah SWT kepada manusia," katanya.

Baca Juga: Seperti Ini Ciri-ciri Istri yang Membawa Rejeki Bagi Suami, Dijamin Jadi Kesayangan

Misalnya adanya bencana yang datang beruntun sebagai tanda kemarahan Allah SWT terhadap polah manusia yang semakin jauh dari ajaran agama.

"Karena itu kita dituntut untuk tafakur memahami fenomena alam. Tafakur coba memahami setiap peristiwa dan kejadian merupakan salah satu ciri orang beriman," tulisnya.*(Iyud Walhadi/Isu Bogor)

Editor: Bunga Angeli

Sumber: isu bogor


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah