Gerak Cepat KBRI Evakuasi Mahasiswa Indonesia dari Konflik Sudan, Kakak Beradik Asal Batam Ini Beri Apresiasi

8 Mei 2023, 08:33 WIB
Fikri Wahyudi Maulana (baju coklat) dan Abdurrahman Tsani (baju merah) yang berhasil dievakuasi dari perang saudara Sudan asal Batam. /ANTARA

ZONABANTEN.com - Konflik perang yang terjadi di Sudan memberikan dampak sendiri bagi beberapa pihak.

Salah satu pihak yang terimbas dari terjadinya konflik ini adalah Indonesia.

Dua mahasiswa Indonesia yang berasal dari Kota Batam terjebak dalam konflik perang di Sudan.

Kedua mahasiswa asala kota Batam tersebut bernama Fikri Wahyudi Maulana (22) dan Abdurrahman Tsani (23).

Akibat dari konflik perang yang terjadi, tempat tinggal mereka hancur terkena serangan mortir yang terjadi.

Fikri Wahyudi dan Abdurrahman Tsani mengaku sudah pasrah akan situasi yang terjadi pada awalnya.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Ucapan Pernikahan, Bisa untuk Teman dan Keluarga

Fikri Wahyudi merupakan mahasiswa Gabra Scientifict Collage di Sudan. Ia mengatakan bahwa pada tanggal 15 April 2023 lalu telah mendengar ledakan. Ledakan tersebut terjadi saat Fikri sedang melakukan kegiatan sehari-harinya mengurus masjid di Kota Khartoum.

Usai ledakan yang terjadi dan konflik perang yang tak kunjung selesai, Fikri Wahyudi mengaku sudah pasrah akan keadaan.

Namun, harapan kembali muncul ketika Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Sudan memberikan kabar bahwa mereka akan melakukan evakuasi.

Fikri Wahyudi yang mengetahui hal tersebut mengaku sangat senang.

Kabar evakuasi yang ia dapat itu dapat mengobati ketakukan akan dampak konflik perang yang terjadi.

Fikri Wahyudi mengaku setelah mendengar ledakan pertama, suara ledakan dan baku tembak selanjutna tidak pernah berhenti terdengar.

Saat memeriksa keadaan melalui menara masjid, Fikri Wahyudi mengaku bahwa suara ledakan yang terjadi merupakan suara baku-tembak.

Kemudian, Fikri Wahyudi mengetahui bahwa telah terjadi perang saudara antara pasukan militer Pemerintah dan pasukan pemberontak. Kabar tersebut ia peroleh dari grup Whatsapp.

Saat awal terjadinya perang saudara tersebut, Fikri Wahyudi mengaku tidak begitu khawatir karena hanya berfikir kejadian tersebut tak akan berlangsung lama.

Namun, Fikri Wahyudi menjadi khawatir setelah teman-temannya langsung mengungsi, sedangkan ia tetap memilih berdiam di tempat tinggal yang dimiliki.

Pilihan Fikri Wahyudi untuk tak mengungsi dikarenakan warga lokal disekitarnya yang tak begitu khawatir dengan konflik yang ada.

Fikri Wahyudi hanya mampu bertahan hingga Idul Fitri 2023.

Setelah melaksanakan sholat Idul Fitri, ia memperoleh kabar bahwa tempat tinggalnya telah hancur dihantam mortir.

Baca Juga: PT Bank Rakyat Indonesia Ciptakan 274 Klaster Kopi di Tahun 2023

Setelah kejadian tersebut, ia memilih untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Pada saat itu, Fikri Wahyudi mengatakan bahwa listrik disekitarnya telah terputus.

Bahkan jaringan internet disana sempat mengalami gangguan dan hanya tersedia satu kartu operator yang dapat dipakai.

Fikri Wahyudi menggunakan kesempatan tersebut untuk memberikan kahar kepada orang tuanya yang sangat khawatir setelah mendengar kabar terjadinya konflik perang tersebut.

Rasa syukur dan terima kasih Fikri Wahyudi ucapkan pada KBRI Indonesia di Sudan karena selalu memantau kondisi warganya disana.

Kisah menegangkan lain disampaikan oleh kakak Fikri Wahyudi, Abdurrahman Tsani yang mengatakan bahwa markas pasukan pemberontak berada di seberang asrama tempat tinggalnya. Jadi suara baku-tembak selalu terdengar di sana.

Akibat lokasi tempat tinggal yang terlalu dekat dengan markas pemberontak, Abdurrahman Tsani dan 70 mahasiswa Indonesia yang tinggal disana mengalami kesulitan untuk memperoleh pasokan makanan dan minuman.

Beruntungnya warga lokal yang ada disekitar sana dengan suka rela membantu mereka memperoleh makanan.

Para mahasiswa asal Indonesia itu baru dapat dievakuasi menggunakan bus kampus ke kantor Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) beberapa hari setelahnya.

Evakuasi yang dilakukan terbilang cukup susah karena kelompok pemberontak hanya mengizinkan dua unit bus saha yang boleh melintas.

Setelah seluruh mahasiswa Indonesia ini sudah sampai ke tempat pengungsian yang aman, mereka diberitahu bahwa pihak KBRI akan melakukan evakuasi ke bandara terdekat yang aman dari perang.

 

Walaupun sudah mendapatkan angin segar, Fikri Wahyudi mengaku saat proses evakuasi masih ada masalah yang dihadapi. Bus yang mereka tumpangi yang awalnya berjumlah 16 unit, hanya tujuh unit yang diizinkan untuk melintas oleh pihak pemberontak.

Saat ini seluruh mahasiswa Indonesia yang berhasil dievakuasi tersebut tetap berharap dapat melanjutkan pendidikan mereka.

Mereka berharap Pemerintah Indonesia dapat memberikan solusi terbaik bagi mereka.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler