ZONABANTEN.com - Hari Puisi Sedunia sebagai hari yang ditujukan untuk para penyair, kembali di peringati pada hari ini, 21 Maret 2022.
Hari Puisi Sedunia juga menjadi hari yang tepat untuk kita, segenap rakyat Indonesia mengingat kembali bagaimana perjuangan negara ini
Hari Puisi Sedunia menjadi saksi bagaimana negara ini tak selamanya berdiri dengan senjata, tetapi juga dengan kata-kata.
Untuk memeriahkan Hari Puisi Sedunia ini, ZONABANTEN.com telah merangkum beberapa puisi legendaris yang pernah mewarnai sejarah Indonesia. Berikut adalah puisinya:
Baca Juga: Penyebab Mendengkur adalah Merokok, Ini Penjelasannya
1. Aku Ingin - Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Sengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
2. Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakan rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan di bulan Juni
Dihapuskan jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkan yang tak terucapkan
Diserap akan pohon bunga itu
Baca Juga: Hari Puisi Sedunia, Bentuk Apresiasi Para Penyair dan Karya Tulisnya yang Menginspirasi
3. AKU - Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.
Baca Juga: Adegan Seks di Drama Netflix Brand New Cherry Flavor Bikin Penonton ‘Shock’, Ada Apa?
4. Karawang Bekasi - Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang Bekasi
Tidak bisa teriak merdeka dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami?
Terbayang kami maju dan mendegap hati
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. yang tinggal tulang diliputi debu Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai,belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi kami adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Baca Juga: Kisah Tragis Mark Kilroy, Korban Ritual Voodoo yang Diperkosa dan Dipenggal Saat Liburan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan,dan harapan atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan,teruskan jiwa kami
Menjaga bung Karno
Menjaga bung Hatta
Menjaga bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang Bekasi
Baca Juga: Deddy Corbuzier Sindir Pawang Hujan di Sirkuit MotoGP Mandalika hingga Ingin Diajak Podcast
5. PENYAIR - Wiji Tukul
Jika tak ada mesin ketik
Aku akan menulis dengan tangan
Jika tak ada tinta hitam
Aku akan menulis dengan arang
Jika tak ada kertas
Aku akan menulis pada dinding
Jika aku menulis dilarang
Aku akan menulis dengan tetes darah!