Pernyataan Warga Gaza Palestina yang Mengaku Disiksa dan Dianiaya dengan Kejam oleh Tentara Israel

- 8 November 2023, 14:12 WIB
Ilustrasi: Pernyataan warga Gaza Palestina yang disiksa oleh tentara Israel
Ilustrasi: Pernyataan warga Gaza Palestina yang disiksa oleh tentara Israel /hosnysalah

ZONABANTEN.com – Warga Gaza, Palestina, yang menjadi pekerja di Israel memberikan pernyataan bahwa pemerintah dan tentara Israel melakukan penyiksaan. Mereka dianiaya bahkan sengaja disengat dengan listrik.

Hal ini disampaikan oleh beberapa warga Palestina yang diusir kembali ke Gaza dari Israel pada pekan lalu. Mereka disiksa, dipukuli dengan kejam, ditelanjangi, hingga mendapatkan hukuman berupa sengatan listrik.

“Mereka menghancurkan dan memukuli kami dengan tongkat. Mereka mempermalukan kami dan mereka juga membuat kami kelaparan tanpa makanan atau air,” kata Muqbel Abdullah Al Radia, salah satu pekerja di Israel.

Abdullah Al Radia dan sejumlah pekerja lainnya kembali ke Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom di Israel Selatan pada Jumat lalu.

Abdullah Al Radia yang berasal dari Beit Lahiya, sebuah desa di Gaza Utara, mengatakan bahwa sebagian besar pekerja dari Palestina bekerja di bidang konstruksi atau pertanian. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu berminggu-minggu jauh dari rumahnya.

Itulah sebabnya saat penyerangan mendadak yang dilakukan Hamas pada Sabtu, 7 Oktober lalu, banyak pekerja Gaza yang masih berada di Israel.

Baca Juga: Niatnya Menjelekkan Hamas, Israel Ketahuan Berbohong, Warganet Internasional Murka

Al Radia mengatakan bahwa tepat setelah perang dimulai, dia dan beberapa pekerja Gaza lainnya melarikan diri ke Rahat, sebuah kota yang didominasi suku Badui Arab di Israel selatan, dimana saat itu menurutnya mereka diserahkan kepada tentara Israel oleh penduduk setempat.

“Tentara Israel mengambil telepon dan uang kami. Kami tidak dapat berkomunikasi dengan keluarga kami. Kami juga diberikan makanan di lantai dalam kantong plastik,” ungkapnya.

Seorang pejabat keamanan Israel mengatakan bahwa orang-orang tersebut ditahan karena berada di Israel secara ilegal setelah izin kerja mereka dicabut.

Pejabat keamanan juga mengatakan bahwa dalam beberapa kasus, maksud dari penahanan mereka juga untuk melindungi mereka sendiri, karena mereka berisiko mendapat kekerasan dari komunitas Israel.

Atas penahanan tersebut, enam organisasi hak asasi manusia di Israel mengajukan petisi ke Pengadilan Tinggi Israel atas dasar penahanan tersebut yang tanpa otoritas hukum dan juga tanpa dasar hukum. Pekerja lain dari Beit Lahiya, Mahmoud Abu Darabeh mengungkapkan pemukulan yang dilakukan oleh tentara Israel.

“Mereka mengurung kami seperti anjing. Dipukuli, dihina, tidak peduli orang sakit atau tidak. Ada juga yang terluka, kakinya busuk karena tidak mendapat perawatan medis,” ungkapnya.

Baca Juga: Israel Sebut Pro-Palestina Sebagai Antisemit, Ratu Rania: Itu Tidak Setara

Para pekerja juga diinterogasi setiap harinya oleh otoritas Israel yang menanyakan tentang rumah dan anggota keluarga mereka. Jika ada salah satu anggota keluarga mereka yang merupakan bagian dari Hamas, maka mereka akan dipukuli.

“Jika anda kebetulan mempunyai kerabat yang merupakan petugas Hamas, anda akan dipukuli. Saya tahu orang-orang yang tulang rusuknya patah total, beberapa orang meninggal karena penyiksaan.” ujarnya.

Tidak hanya itu, ia mengungkapkan kekejaman lainnya bagaimana beberapa pekerja meninggal selama masa penahanan dan saat menyeberang ke Gaza.

“Beberapa orang tewas dalam perjalanan karena dipukuli dan disetrum oleh militer Israel,” tambahnya.

Baca Juga: Mengenal BDS, Gerakan Sosial untuk Melawan Israel, Salah Satunya Ajakan Boikot Produk Israel

Sementara itu, pejabat kemanan Israel mengatakan ada kasus penganiayaan yang terjadi di luar fasilitas penahanan resmi oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan kasus tersebut sudah ditangani dengan serius dan telah mendapatkan tindakan disipliner. Empat tentara dikeluarkan dari IDF dan dua tentara lainnya dimasukkan ke dalam penjara.

Sebelum serangan yang terjadi pada tanggal 7 Oktober lalu, sekitar 18.000 warga Gaza memiliki izin untuk menyeberang ke Israel untuk bekerja, dimana mereka akan mendapatkan upah yang jauh lebih tinggi dibandingkan di Gaza.

Namun, setelah serangan itu terjadi, Israel juga mencabut izin para pekerja Gaza yang akhirnya menjadikan mereka ilegal untuk tinggal di negara tersebut.

“Mereka mencabut izin kami, kami mencoba pergi ke Tepi Barat. Mereka menahan kami dan menempatkan kami di tempat-tempat yang kami tidak pernah tahu dimana kami berada,” ujar pekerja asal Palestina lainnya.

“Mereka mengikat tangan kami, menutup mata kami dan memasukkan kami ke dalam bus, mereka mengumpulkan 200 hingga 300 orang di antara pagar besi, memukuli, dan menyelidiki kami siang dan malam,” kata seorang pria Palestina yang tidak mengungkapkan namanya. ***

Editor: Rismahani Ulina Lubis

Sumber: Albany Herald


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah