Anak Kristen Gaza Dibabtis Ditengah Serangan Israel, Persiapan Jika Tak Selamat

- 2 November 2023, 14:07 WIB
Suasana pembebtisan anak di Gaza, bentuk persiapan komunitas Kristen jika tak selamat dari serangan Israel
Suasana pembebtisan anak di Gaza, bentuk persiapan komunitas Kristen jika tak selamat dari serangan Israel /Twitter @Sprinter99800

ZONABANTEN.com - Komunitas Kristen di Gaza lakukan baptis massal pada anak-anak, ditengah serangan Israel yang tanpa henti.

Serangan Israel yang bertubi-tubi sejak 7 Oktober 2023, setidaknya telah membunuh 8.500 orang Gaza, yang mana 3.500 diantaranya adalah anak-anak.

Tak hanya kalangan Muslim, komunitas Kristen yang sangat jarang terekspos ini juga ikut menjadi sasaran kekejaman militer Israel.

Baca Juga: Jelang Pemilu 2024, Seluruh ASN Pemkab Tangerang Diminta Jaga Sikap dan Netralitas

Sejak perang dimulai, setidaknya telah ada 3 gereja yang hancur akibat serangan Israel, yang mana salah satunya adalah Gereja Ortodoks Yunani Santo Porphyrius yang bersejarah.

Kondisi ini telah meningkatkan rasa kekhawatiran di kalangan para orang tua kristen akan anak-anak mereka, yang mungkin akan tewas sebelum mereka dibabtis.

Pendeta Lutheran Injili Munther Isaac yang berbasis di Tepi Barat, Palestina, menyebutkan bahwa ini semacam penerimaan “kematian yang tak terhindarkan”.

Baca Juga: Pemeliharaan Berkala, PLN ICON Plus Bongkar Kabel Semrawut di Jakarta

"Kami awalnya datang ke gereja karena kami berpikir bahwa mati bersama orang-orang yang dekat dengan kami adalah bentuk belas kasihan. Kami diminta untuk pergi ke selatan, tetapi kami adalah komunitas kecil yang terdiri dari 900 orang, dan kami tidak tahu ke mana harus pergi di selatan," kata Fadi, seorang warga Kristen dengan nama samaran, berbicara kepada jurnalis The New Arab.

Orang Kristen Palestina merupakan salah satu kelompok minoritas negara itu, yang hidup berdampingan dengan.masyarakat Muslim.

Jumlah mereka pada tahun 2007 hanya sekitar 7.000 orang, dan perang baru-baru ini telah menurunkan populasi mereka secara drastis menjadi kurang dari 1.000.

Baca Juga: Kasus Cacar Monyet di Jakarta Menyebar ke Daerah Lain, Ketahui Gejala dan Penyebabnya

Sebelumnya, gereja sering dianggap sebagai tempat yang aman sebagai penampunga. Ini karena komunitas Kristen umumnya lebih senang untuk menjauhi masalah politik.

Tetapi apa yang terjadi pada Gereja Ortodoks Yunani Santo Porphyrius pada 20 Oktober lalu, telah mengubah segalanya.

"Kami dulu merasa aman di dalam gereja. Kami pikir kami aman. Ternyata masih terasa seperti mimpi buruk," kata Fadi.***

 

Editor: Christian Willy Kalumata

Sumber: The New Arab


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah