Darurat Krisis Iklim! Es di Kutub Utara yang Mencair Dapat Menyebabkan Kebakaran Hutan

- 12 Juni 2023, 07:45 WIB
Seorang pria melihat ke arah kota Toronto yang berasap terlihat dari Menara CN saat kebakaran hutan di Ontario dan Quebec terus membara, di Toronto, Ontario, Kanada 6 Juni 2023. REUTERS/Carlos Osorio
Seorang pria melihat ke arah kota Toronto yang berasap terlihat dari Menara CN saat kebakaran hutan di Ontario dan Quebec terus membara, di Toronto, Ontario, Kanada 6 Juni 2023. REUTERS/Carlos Osorio /

ZONABANTEN.com -  Keadaan darurat krisis iklim sejak Selasa, 6 Juni 2023, di New York dan kota-kota besar lainnya di Amerika Utara mengakibatkan jutaan orang tercekik oleh asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan di Quebec, Kanada.

Menurut para ahli, meningkatnya suhu di wilayah tersebut menyebabkan kondisi cuaca yang membuat kebakaran hutan lebih berpotensi terjadi, terutama di garis lintang yang lebih tinggi dan tengah. Peningkatan suhu termasuk salah satu keadaan darurat krisis iklim.

 Baca Juga: Real Madrid akan Memilih Kliyan Mbappe sebagai Pengganti Karim Benzema?

Dampak dari krisis iklim berupa pemanasan global mengakibatkan pelepasan karbon dioksida ke atmosfer, meningkatkan suhu yang mengeringkan hutan, sehingga meningkatkan risiko kebakaran hutan. Salah satu penyebab banyaknya pelepasan karbon dioksida ke atmosfer adalah es di Kutub Utara yang mencair.

Akibatnya, bagian atas planet bumi memanas jauh lebih cepat empat kali lipat daripada rata-rata global. Laju tersebut semakin cepat karena es reflektif yang melindungi Bumi dari sebagian panas matahari mencair. Ketika lapisan es mencair, karbon dioksida yang dikeluarkan pun semakin banyak.

Sebagai contoh, Siberia, yang memiliki hamparan lapisan es terluas di dunia, saat ini sedang mengalami gelombang panas yang ekstrem. Namun, ada juga titik panas lain di Kutub Utara.

“Saat ini, Arktik Kanada sekitar 10 derajat Celcius lebih hangat daripada rata-rata dan itu membentang di atas Teluk Hudson. Sebagian besar wilayah Kanada sudah pasti lebih hangat dari biasanya untuk bulan Juni pada saat ini,” kata Julienne Stroeve, Profesor pengamatan dan pemodelan kutub di University College London.

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Japan Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x