Unicef: Perlu Hingga 300 Tahun untuk Menghapuskan Pernikahan Anak di Seluruh Dunia

- 5 Mei 2023, 17:31 WIB
Seorang pengantin wanita muda Fulani duduk dengan cadar dalam upacara pernikahan di Dembel Jumpora, Guinea-Bissau /Ami VitaleAlamy
Seorang pengantin wanita muda Fulani duduk dengan cadar dalam upacara pernikahan di Dembel Jumpora, Guinea-Bissau /Ami VitaleAlamy /

Pernikahan AnakZONABANTEN.com - Dalam sebuah laporan baru, Unicef menyambut baik penurunan jumlah pernikahan anak di seluruh dunia. Dalam 10 tahun terakhir, persentase pernikahan anak di seluruh dunia ini telah turun dari 23% menjadi 19%.

Namun, Unicef juga memperingatkan bahwa angka tersebut masih jauh dari target pembangunan berkelanjutan, yang menargetkan untuk menghapuskan praktik pernikahan anak tersebut pada tahun 2030.

Hal ini disebabkan karena kecepatan penurunan pernikahan anak cenderung lambat, bahkan diperkirakan membutuhkan waktu hingga 300 tahun untuk dapat menghapuskan pernikahan anak sepenuhnya.

Baca Juga: Jadwal TV ANTV Hari Ini Jumat, 5 Mei 2023 Akan Tayang Senyum Iman, Anupamaa, Hingga Garis Tangan

 

Lebih lanjut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga memperkirakan bahwa 640 juta anak perempuan dan perempuan yang masih hidup saat ini menikah sebelum berusia 18 tahun, dan 12 juta anak perempuan menjadi pengantin anak setiap tahunnya.

"Penyebab dari pernikahan anak berbeda di berbagai tempat, tetapi sering kali ada kesamaan terkait dengan kemiskinan dan kesempatan yang terbatas bagi anak perempuan," kata Claudia Cappa, penulis utama laporan Unicef mengenai persentase pernikahan anak.

"Ketidaksetaraan gender, stereotip, hukum yang lemah, dan ketakutan akan kehamilan di luar nikah juga turut menjadi faktor,” sambungnya.

Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa krisis iklim dapat membuat keluarga tidak memiliki banyak pilihan selain menikahkan anak-anak mereka.

"Krisis kesehatan, konflik, dan bencana alam meningkatkan risiko bagi anak perempuan karena mengganggu pendidikan mereka dan menambah tekanan keuangan bagi rumah tangga," kata Cappa.

Baca Juga: Penanganan Jalan Rusak di Lampung akan Diambil Alih Kementerian PUPR

"Meskipun ada kemajuan selama 25 tahun, hal ini hanya menguntungkan orang-orang kaya, karena pernikahan anak meningkat di antara mereka yang paling miskin," lanjutnya.

Menurutnya, sebagian keluarga yang sedang dalam situasi sulit ini secara keliru melihat pernikahan sebagai cara untuk melindungi anak perempuannya baik secara finansial, sosial, dan fisik.

Asia Selatan, yang telah menjadi tempat bagi 45% pengantin di bawah umur di dunia, juga telah membantu persentase penurunan pernikahan anak ini.

Sebagai contoh, India telah membuat kemajuan dalam mengurangi angka pernikahan anak. Namun, di Afrika sub-Sahara, satu dari tiga anak perempuan menikah sebelum usia 18 tahun.

Afrika Sub-Sahara yang menghadapi permasalahan seperti konflik, krisis iklim, dan Covid, mengakibatkan populasinya tumbuh lebih cepat daripada tempat lain di dunia.

Bahkan, tingkat pernikahan anak tertinggi berada di Afrika barat dan tengah, yang di mana tujuh dari 10 negara dengan persentase pernikahan anak tertinggi di dunia berasal dari wilayah tersebut.

Baca Juga: Sahroni Minta Polda Metro Jaya Selidiki Pria Berplat Dinas Polri Yang Todongkan Pistol ke Supir Grab

Meski begitu, masih ada harapan untuk menurunkan angka perkawinan anak di dunia, khususnya di Afrika. Terbukti dari laporan Unicef tersebut yang mencantumkan Rwanda dan Ethiopia sebagai contoh, dan dapat dilakukan melalui intervensi pendapatan dan ekonomi.

Untuk itu, pernikahan anak dan berhubungan seks di usia yang terlalu muda harus segera diakhiri, mengingat hal tersebut menyebabkan banyak sekali masalah kesehatan dan meningkatkan risiko kematian saat melahirkan dan komplikasi serius pada kehamilan. ***

Editor: Rahman Wahid

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah