Resesi Global 2023 Makin Nyata, Presiden Bank Dunia Peringatkan Negara Berkembang

- 18 Oktober 2022, 16:31 WIB
Ilustrasi resesi global 2023
Ilustrasi resesi global 2023 /@Pexels

ZONABANTEN.com - Ancaman resesi ekonomi secara global yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2023, menjadi suatu kekhawatiran yang tidak terbantahkan bagi seluruh warga dunia.

Pada 2023, resesi ekonomi secara global atau penurunan ekonomi di seluruh dunia yang disebut-sebut akan berlangsung secara berkepanjangan saat ini telah semakin terbukti secara nyata tanda-tandanya.

Melansir dari worldbank.org pada 15 September 2022, Presiden Bank Dunia David Malpass mengutarakan sebuah kekhawatiran yang serius akan terjadinya resesi ekonomi global pada 2023 ini.

Baca Juga: Apa Itu Resesi dan Dampaknya Terhadap Ekonomi Indonesia? Berikut Penjelasan Serta Tips untuk Menghadapinya

Bank sentral di seluruh dunia yang secara serentak menaikkan suku bunga sebagai respon terhadap inflasi menjadikan dunia semakin dekat dengan resesi ekonomi global pada tahun 2023.

Serangkaian krisis keungan di pasar pada negara berkembang serta ekonomi berkembang yang kemungkinan juga akan membuat resesi global 2023 semakin bertahan lama, menurut sebuah studi yang komprehensif oleh Bank Dunia.

Salah satu tanda yang terlihat nyata adanya resesi global di tahun 2023 adalah kebijakan yang dilakukan oleh bank-bank sentral di seluruh dunia yang telah menaikkan suku bunga di tahun ini.

Selain itu, tingkat sinkronisitas yang belum pernah terjadi selama lima dekade terakhir diprediksi akan berlanjut hingga tahun depan, berdasarkan laporan tersebut.

Baca Juga: Disinggung Soal Kim Garam saat Comeback, Begini Respon Member LE SSERAFIM

Hal ini mau tak mau harus dilakukan oleh bank sentral di seluruh dunia untuk memotong inflasi global ke tingkat yang lebih konsisten dengan target yang mereka buat.

Bank sentral kemungkinan perlu menaikkan suku bunga dengan tambahan 2 poin presentase.

Apabila hal ini dibarengi dengan tekanan pada pasar keuangan, pertumbuhan PDB global terancam mengalami perlambatan menjadi 0,5 persen pada 2023, dengan kontraksi 0,4 persen dalam istilah per kapita yang akan memenuhi definisi teknis dari resesi global.

“Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi. Kekhawatiran mendalam saya adalah bahwa tren ini akan bertahan, dengan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan orang-orang di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang,” kata Presiden Bank Dunia David Malpass.

Di samping itu, solusi untuk mencapai tingkat inflasi yang rendah, stabilitas mata uang, dan pertumbuhan yang lebih cepat adalah para pembuat kebijakan harus mengalihkan fokus mereka dari mengurangi konsumsi ke meningkatkan produksi.

Baca Juga: Mengenal Toque, Topi Koki yang Punya Makna Tersembunyi di Balik Bentuknya yang Menarik

Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia ini menyoroti sebuah keadaan yang luar biasa mengkhawatirkan di mana bank sentral tengah memerangi inflasi sekarang ini.

Beberapa indikator historis resesi global yang disebut akan terjadi pada 2023 sudah memberikan peringatan yang serius.

Perekonomian global saat ini mengalami perlambatan paling tajam setelah pemulihan pasca-resesi sejak tahun 1970.

Kepercayaan konsumen global juga telah mengalami penurunan yang jauh lebih tajam daripada menjelang resesi global sebelumnya.

Tak hanya itu saja, tiga ekonomi terbesar di dunia yakni Amerika Serikat, Cina, dan kawasan Eropa telah melambat tajam.

Baca Juga: Australia Cabut Klaim Yerusalem Barat Sebagai Ibukota Israel! Bentuk Penyesalan Atas Keputusan Scott Morrison

Dalam keadaan seperti itu, bahkan pukulan moderat terhadap ekonomi global selama tahun depan dapat membawanya ke dalam resesi.

“Pengetatan kebijakan moneter dan fiskal baru-baru ini kemungkinan akan terbukti membantu dalam mengurangi inflasi,” kata Ayhan Kose, Pejabat Wakil Presiden Bank Dunia.

“Tetapi karena mereka sangat sinkron di seluruh negara, mereka dapat saling memperparah dalam memperketat kondisi keuangan dan mempertajam perlambatan pertumbuhan global. Pembuat kebijakan di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang harus siap untuk mengelola potensi dampak dari pengetatan kebijakan yang sinkron secara global.” Tututpnya.

Editor: Bunga Angeli

Sumber: worldbank.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x