Krisis Ukraina: Melawan Kemarahan untuk Mengambil Alih Kota Kyiv

- 29 Maret 2022, 15:00 WIB
Krisis Ukraina: Melawan Kemarahan untuk Mengambil Alih Kota Kyiv
Krisis Ukraina: Melawan Kemarahan untuk Mengambil Alih Kota Kyiv /REUTERS

"Pemakaman dihentikan 10 hari yang lalu karena penembakan yang terus berlanjut," ucap Tetyana Lomakina, penasihat presiden yang sekarang bertanggung jawab atas koridor kemanusiaan, mengatakan kepada wartawan melalui telepon pada Senin 28 Maret 2022.

Anggota parlemen lokal, Kateryna Sukhomlynova, mengatakan kepada wartawan bahwa mayat-mayat yang tidak terkubur berbaris di jalan-jalan, dan penduduk yang meringkuk di tempat penampungan bawah tanah terpaksa makan salju agar tetap terhidrasi.

Kementerian luar negeri Ukraina menyebut situasi itu "bencana", mengatakan bahwa serangan Rusia dari darat, laut dan udara telah mengubah sebuah kota yang dulunya berpenduduk 450.000 orang "menjadi debu".

Menurut Presiden Prancis, Emmanuel Marcon, Prancis, Yunani dan Turki berharap untuk meluncurkan evakuasi massal warga sipil dari Mariupol dalam beberapa hari, ia juga sedang mencari persetujuan dari Putin.

Baca Juga: Menurut Paus Fransiskus, Kian Banyak Senjata Tidak Akan Akhiri Krisis Ukraina

Tetapi karena perang darat telah terhenti dan korban Rusia telah meningkat. Moskow tampaknya telah beralih ke taktik yang lebih brutal.

Kekuatan Barat mengatakan bahwa mereka telah melihat bukti kejahatan perang, yang sudah diselidiki oleh Pengadilan Kriminal Internasional.

Pada hari Senin 28 Maret 2022, jaksa agung Ukraina, Iryna Venediktova, mengatakan bahwa ada bukti bahwa pasukan Rusia telah menggunakan bom tandan yang dilarang di wilayah selatan Odessa dan Kherson.

Dan kementerian pertahanan Inggris mengatakan bahwa perusahaan militer swasta Rusia Wagner Group telah menuju ke Ukraina timur, di mana "mereka diperkirakan akan mengerahkan lebih dari 1.000 tentara bayaran, termasuk para pemimpin senior organisasi itu, untuk melakukan operasi tempur".

Terkenal dekat dengan Putin, Grup Wagner dan tentara bayarannya dicurigai melakukan pelanggaran yang meluas di Mali, Libya dan Suriah.

Halaman:

Editor: Bunga Angeli

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah