AS Peringatkan China akan Terima Konsekuensi Bila Bantu Rusia Hindari Sanksi

- 14 Maret 2022, 12:26 WIB
Penasehat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan/REUTERS/Jonathan Ernst
Penasehat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan/REUTERS/Jonathan Ernst /

ZONABANTEN.com – Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan memperingatkan Beijing tentang konsekuensi yang diterima apabila membantu Moskow dalam menghindari sanksi atas perang di Ukraina.

Diketahui Rusia meminta bantuan peralatan militer ke China setelah invasinya pada 24 Februari lalu ke Ukraina.

Hal tersebut memicu kekhawatiran di Gedung Putih bahwa Beijing dapat merusak usaha Barat untuk membantu pasukan Ukraina mempertahankan negara mereka.

Baca Juga: Peringati National Pi Day, Angka Ajaib yang Tak Pernah Ada Ujungnya

Dalam pertemuannya dengan Yang, Sullivan berencana untuk memperjelas kekhawatiran Amerika Serikat sambil menjelaskan konsekuensi yang dihadapi oleh China secara global jika memberikan dukungan kepada Rusia.

Ketika ditanya tentang permintaan bantuan militer Rusia, Liu Pengyu selaku juru bicara kedutaan besar China di Washington menyanggah hal tersebut.

“Saya belum pernah mendengar tentang itu,” kata Liu, dikutip ZONABANTEN.com melalui Reuters pada Senin, 14 Maret 2022.

Sebaliknya, Pengyu mengatakan bahwa China melihat situasi yang “membingungkan” terjadi di Ukraina.

“Kami mendukung dan mendorong semua upaya yang kondusif untuk penyelesaian krisis secara damai,” tambahnya.

Liu juga mengatakan upaya maksimal harus dilakukan untuk mendukung Rusia dan Ukraina dalam melanjutkan negosiasi, meskipun situasi terlihat sulit untuk mendapatkan hasil damai.

Baca Juga: 14 Maret: Sejarah Perayaan White Day di Jepang, Ternyata Ada 3 Versi!

Sullivan menyatakan AS yakin bahwa China menyadari Rusia merencanakan beberapa tindakan di Ukraina sebelum invasi terjadi, meskipun China mungkin tidak paham sepenuhnya.

Setelah invasi dimulai, Rusia mulai mencari peralatan militer dan dukungan dari China.

Amerika Serikat secara diam-diam mengawasi China dengan cermat sejauh mana mereka memberikan dukungan ekonomi atau material kepada Rusia dan akan memberikan sanksi jika itu terjadi.

“Kami berkomunikasi secara langsung, secara pribadi ke Beijing. Pasti akan ada konsekuensi untuk upaya penghindaran sanksi sekala besar atau dukungan kepada Rusia. Kami tidak akan membiarkan itu berlanjut dan ada jalur kehidupan ke Rusia dari sanksi ekonomi dari negara mana pun,” kata Sullivan.

Pertemuan yang direncanakan itu merupakan bagian dari usaha Amerika Serikat dan China untuk mempertahankan komunikasi terbuka dan mengelola persaingan antara dua ekonomi terbesar di dunia.

Namun, tidak ada hasil spesifik yang diharapkan dalam pertemuan tersebut, kata salah satu pejabat.

Baca Juga: Miyawaki Sakura dan Chaewon Eks IZ*ONE Siap Debut di Girl Band Baru Source Music

Wang Huiyao, kepala sebuah wadah pemikir sekaligus penasihat pemerintah China, memperingatkan adanya “ketegangan berkepanjangan” dalam kolom yang diterbitkan New York Times pada Minggu, 13 Maret 2022.

Dia mengatakan bahwa China diposisikan untuk bertindak sebagai mediator netral antara Ukraina dan Rusia yang didukung oleh Barat untuk mengakhiri perang.

“Tidak seenak yang diperkirakan sejumlah kalangan di Barat. Inilah saatnya untuk menawarkan jalan keluar dari bantuan China kepada pemimpin Rusia,” tulis Wang.

Para pejabat AS skeptis tentang pernyataan tersebut lantaran hubungan China-Rusia dan penyebaran informasi yang salah terkait dengan perang.

AS dan sekutunya telah menjatuhkan sanksi keras kepada Rusia dan melarang impor energi dari negara tersebut. Mereka juga memberikan bantuan militer dan kemanusiaan ke Ukraina.

Secara individu dan bersama-sama mereka telah meminta China, negara-negara Arab, dan negara lain yang tidak mengutuk invasi Rusia untuk bergabung mengisolasi Rusia dari ekonomi global.

Beijing sebagai mitra dagang utama Rusia telah menolak tindakan Rusia sebagai invasi, meskipun Presiden China Xi Jinping pekan lalu menyerukan “penahanan diri maksimal” di Ukraina usai pertemuan virtual dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Emmanuel Macron.

Baca Juga: Bitcoin dan Mata Uang Kripto Lainnya Mungkin akan Segera Dilarang di Eropa, Ini Alasannya

Xi juga mengungkapkan rasa prihatinnya tentang dampak sanksi terhadap keuangan global, pasokan energi, transportasi, dan rantai pasokan, di tengah gejala yang meningkat bahwa sanksi Barat sedang membatasi kemampuan China untuk membeli minyak Rusia.

Namun, Hu Xijin, mantan pemimpin redaksi harian Global Times yang didukung pemerintah China menulis di Twitter, “Jika Sullivan berpikir ia bisa membujuk China untuk ikut memberi sanksi kepada Rusia, dia akan kecewa.”

Washington dan negara-negara G7  pada Jumat lalu menambah tekanan pada Rusia dengan menyerukan pencabutan status “negara paling disukai” dalam perdagangan.

Dengan pencabutan itu, mereka dapat menaikkan tarif pada barang-barang asal Rusia, yang ekonominya disumbang 46 persen oleh perdagangan pada 2020, sebagian besar dengan China yang menjadi tujuan ekspor terbesarnya.***

Editor: Bayu Kurniya Sandi

Sumber: reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah