14 Maret: Sejarah Perayaan White Day di Jepang, Ternyata Ada 3 Versi!

- 14 Maret 2022, 12:12 WIB
4 Maret: Sejarah Perayaan White Day di Jepang, Ternyata Ada 3 Versi!/Pixabay
4 Maret: Sejarah Perayaan White Day di Jepang, Ternyata Ada 3 Versi!/Pixabay /

ZONABANTEN.com – White Day sudah menjadi suatu perayaan yang rutin dirayakan di Jepang tiap tahunnya di tanggal 14 Maret.
 
Perayaan ini masih erat hubungannya dengan Valentine's Day yang jatuh pada 14 Februari.

Sebab, White Day adalah momen para pria, atau siapapun yang mendapatkan hadiah saat Valentine, untuk membalas pemberian hadiah itu kepada pemberinya.
 
Baca Juga: Miyawaki Sakura dan Chaewon Eks IZ*ONE Siap Debut di Girl Band Baru Source Music

Bahkan, jika hadiah Valentine yang didapatkan adalah sebuah bentuk ungkapan cinta, maka makna White Day ini akan berubah menjadi momen untuk si penerima memberikan jawabannya.

Perayaan White Day ini pertama kali dicetuskan oleh Jepang sebelum kemudian populer dirayakan juga di negara-negara tetangganya bahkan dunia.

Namun, asal usul dari White Day itu sendiri masih simpang siur di Jepang karena begitu banyak versi yang beredar dan banyak pihak yang mengeklaim bahwa merekalah pencetusnya.

Dikutip dari Joshi Spa, terdapat tiga versi yang paling terkenal tentang kapan White Day pertama kali dimulai, yakni :
 
Baca Juga: Mengenal Perayaan White Day, ‘Balasan’ untuk Hari Valentine

1. Versi “Fujiya dan Eiwa”, tahun 1973


Di tahun 1968-an, melihat bagaimana penjualan cokelat sangat melejit berkat adanya Valentine's Day, para pengrajin permen mulai mencetuskan ide untuk  “membalas Valentine's Day dengan permen”.

Perusahaan Fujiya menamakan perayaan itu sebagai “Return Valentine” dan menjual permen juga marshmallow sebagai ide hadiah balasan dari Valentine's Day.

Kemudian, pada tahun 1973, Eiwa, salah satu perusahaan marshmallow, mulai bekerja sama dengan Fujiya untuk ikut meramaikan perayaan ini.

Lalu lama kelamaan, entah karena “marshmallow” identik dengan warna putih atau apa, akhirnya nama perayaan pun berganti menjadi “White Day”.
 
Baca Juga: Bitcoin dan Mata Uang Kripto Lainnya Mungkin akan Segera Dilarang di Eropa, Ini Alasannya

2. Versi “Ishimura Manseido”, tahun 1978

Selanjutnya ada perusahaan penghasil jajanan dari Fukuoka dan Hakata, Ishimura Manseido, yang mengeklaim bahwa merekalah yang mencetuskan ide perayaan White Day.

Menurut versi ini, ide White Day dicetuskan oleh direktur Ishimura Manseido ketika membaca suatu majalah wanita.

Di majalah itu terdapat artikel tentang bagaimana para wanita merasa tidak adil karena hanya mereka saja yang memberikan sesuatu saat Valentine's Day dan tidak dapat apa-apa sebagai balasan.

Dikutip dari withnews.jp, “Sungguh tidak adil karena kami (para wanita) tidak dapat apa pun sebagai balasan dari para pria. Sapu tangan, permen, atau minimal berilah kami marshmallow,” begitulah kira-kira tulisan yang tertulis pada majalah itu.

Hal itulah yang membuat Ishimura Manseido memutuskan untuk membuat cokelat yang dilapisi dengan salah satu marshmallow produksinya “Tsurunoko”.
 
Baca Juga: Bansos PBI Bisa Dicairkan Dalam Bentuk Uang? Simak penjelasan Lengkap dan Cara Untuk Mendapat Bantuannya

Sehingga pada 14 Maret 1978, dimulailah promosi untuk menjadikan hari itu sebagai “Marshmallow Day”.

Setelah berjalan 7-8 tahun, atas usul dari pihak toserba agar perayaan bisa makin meriah, nama perayaan pun diganti menjadi “White Day”.

3. Versi “Koperasi Industri Permen Nasional”, tahun 1980


Versi yang terakhir adalah versi Koperasi Industri Permen Nasional yang bahkan telah membuat situs resmi mengenai White Day di Jepang.

Disebutkan bahwa mulanya para pengusaha di industri permen Jepang berunding tentang bagaimana cara untuk lebih meningkatkan penjualannya.

Saat itu ada beberapa perusahaan sedang melakukan usaha promosi kecil-kecilan sendiri, yaitu membalas cokelat yang didapat saat Valentine dengan cokelat pula dan disebut “White Day”.

Koperasi Industri Permen Nasional pun melihat itu sebagai kesempatan.

Mereka berpikir bahwa kurang istimewa jika cokelat dibalas dengan cokelat juga dan dimulailah ide untuk membalasnya dengan permen saja.

Sehingga, saat perencanaan awalnya di tahun 1978, White Day akan dinamai sebagai “Candy Day”.

Namun, setelah memikirkan kembali potensi ke depannya, akhirnya diputuskan untuk tetap menamainya sebagai “White Day”.

Hal ini dilakukan agar kesan bahwa hari itu merupakan momen membalas pemberian yang didapatkan saat Valentine's Day lebih terasa dan bukan sekadar bagi-bagi permen saja.

Perayaan pertama White Day dengan slogan "White Day = Candy Day" ini dipromosikan besar-besaran oleh Koperasi Industri Permen Nasional pada tahun 1980.

 
Dari sanalah kemudian White Day semakin ramai dirayakan tiap tahunnya hingga seperti sekarang ini.
 
Kurang lebih, begitulah versi-versi sejarah dari White Day itu sendiri.
 
Sementara alasan mengapa tanggal 14 Maret terpilih sebagai tanggal perayaan White Day pun sampai saat ini masih belum pasti.
 
Sebagian besar menganggap bahwa tanggal itu dipilih agar terlihat seidentik mungkin dengan Valentine's Day yang dirayakan pada 14 Februari.
 
Namun, dalam versi sejarah dari Ishimura Manseido, dikatakan bahwa sebenarnya ada 3 pilihan tanggal yang diusulkan saat rapat perencanaan acara cikal bakal White Day itu.
 
Dan kemudian, dari 3 tanggal yang diusulkan tersebut, yang terpilih adalah tanggal 14 Maret.
 
Alasan dari terpilihnya pun rupanya sangat jauh dari kesan romantis Valentine's Day, yakni murni karena 14 Maret merupakan tanggal di mana toserba-toserba sedang paling sepi kegiatan.
 
Saat ini, White Day sudah semakin berkembang sehingga perayaannya sudah tidak melulu dengan permen atau makanan manis lainnya.
 
Aksesoris, tas, dan barang lainnya juga semakin populer sebagai hadiah pada White Day.
 
 
Pelaku White Day pun bukan pria saja, wanita-wanita yang saling memberi cokelat persahabatan saat Valentine pun juga kerap ikut merayakannya.
 
Memang jika dilihat secara garis besar, asal mula perayaan White Day di Jepang hampir sama dengan Valentine's Day, yakni demi meningkatkan penjualan bisnis makanan manis.
 
Walau begitu, tetap saja perayaan ini sangat populer di Jepang karena memberikan kesempatan bagi banyak orang untuk mengungkapkan kasih sayang dan cintanya kepada siapa saja.***

Editor: Bayu Kurniya Sandi

Sumber: withnews.jp joshi-spa.jp


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x