Rusia dan China Makin Mesra dalam Ketegangan dengan AS, Bagaimana Reaksi Joe Biden?

- 5 Februari 2022, 08:36 WIB
Rusia dan China Makin Mesra dalam Ketegangan dengan AS, Bagaimana Reaksi Joe Biden? /Sputnik/Aleksey Druzhinin/Kremlin via REUTERS
Rusia dan China Makin Mesra dalam Ketegangan dengan AS, Bagaimana Reaksi Joe Biden? /Sputnik/Aleksey Druzhinin/Kremlin via REUTERS /
ZONABANTEN.com - Hubungan Rusia dan China tampak semakin mesra dalam ketegangan kedua negara dengan Amerika Serikat, belakangan ini.
 
Hubungan diplomatik Rusia dan AS memanas setelah konflik pemerintahan Vladimir Putin dengan negara tetangganya, Ukraina.
 
Rusia telah mengerahkan 100.000 tentara di dekat perbatasan dengan Ukraina, sehingga AS mengeluarkan ancaman kepada mereka, termasuk sanksi ekonomi.
 
Sedang hubungan China-AS semakin memburuk karena klaim di kawasan Laut China Selatan. Baru-baru ini AS mengirim kapal induk untuk berjaga di wilayah itu.
 
 
Selain itu, China juga menghadapi ancaman boikot dari Barat yang dipimpin AS terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 dengan alasan kasus HAM.
 
Kini, Rusia dan China tampaknya semain membuka diri demi menguatkan posisi mereka dalam menghadapi kekuatan negara-negara Barat yang dipimpin AS.
 
Presiden Rusia Vladimir Putin telah bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing, China pada Jumat 4 Februari 2022, dilansir Al Jazeera.
 
Vladimir Putin menjadi pemimpin dunia pertama yang diterima Xi Jinping dalam pertemuan tatap muka dalam hampir dua tahun terakhir.
 
Presiden China belum meninggalkan negara itu sejak Januari 2020, ketika mereka bergulat dengan wabah COVID-19 pertama kali.
 
 
Pertemuan ini menunjukkan persatuan, di saat hubungan Rusia yang memburuk dengan Barat jadi pusat perhatian jelang pembukaan Olimpiade Beijing 2022.
 
Bahkan, Vladimir Putin memuji ikatan dekat Rusia dan China dengan menyebut "sifat yang belum terjadi sebelumnya dan contoh hubungan yang bermartabat."
 
Presiden Rusia itu tampak sedang mencari dukungan dari China dalam konfliknya dengan Ukraina yang membuat AS dan NATO turun tangan.
 
Sebelumnya, dalam panggilan telepon dengan Xi Jinping pada Desember 2021, dia juga memuji hubungan Rusia-China dan menyebut negara itu "teman baik."
 
Dia menggambarkannya dalam potret dua tetangga dengan tujuan global semakin sama melalui artikel yang dimuat kantor berita pemerintah China, Xinhua.
 
"Koordinasi kebijakan luar negeri Rusia dan China didasarkan pada pendekatan yang erat dan bersama memecahkan masalah global dan regional," tulisnya.
 
 
Vladimir Putin juga mengecam boikot diplomatik dari AS dan sekutunya dari Barat terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 karena kasus HAM China.
 
"Sayangnya, upaya sejumlah negara mempolitisasi olahraga untuk kepentingan egois mereka telah meningkat," tulisnya lagi dengan menyebut "itu salah".
 
Sementara Xi Jinping mengatakan pertemuannya dengan Vladimir Putin akan menambahkan lebih banyak vitalitas dalam hubungan kedua negara.
 
China juga telah menjadi lebih vokal dalam mendukung Rusia terkait perselisihannya dengan kekuatan NATO dalam konflik Ukraina.
 
Katrina Yu dari Al Jazeera memperkirakan diskusi tentang Ukraina akan menjadi agenda utama pembicaraan kedua pemimpin dalam pertemuan itu.
 
"Mereka benar-benar berusaha menyampaikan persatuan setelah hubungan yang memburuk dengan AS dan sekutunya selama beberapa tahun ini," kata Yu.
 
"Dan China telah mengisyaratkan mereka akan mendukung Rusia secara ekonomi jika AS memberlakukan sanksi yang melumpuhkan," lapornya dari Beijing.
 
 
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi juga menyebut masalah keamanan Rusia "sah", dengan mengatakan mereka harus "dianggap serius dan ditangani".
 
Wang Yi pun mengadakan pembicaraan tatap muka dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Beijing sebelum Xi Jinping dan Vladimir Putin.
 
Saat itu, dia mengatakan China siap bekerja dengan Rusia "untuk memperdalam persahabatan dan koordinasi strategis komprehensif antara kedua negara."
 
China sendiri menikmati banyak dukungan dari Uni Soviet; sebelum pecah dan menjadi Rusia, ketika mereka membentuk pemerintahan Komunis pada 1949.
 
Namun, setelah itu kedua kekuatan sosialis tersebut kemudian berselisih karena perbedaan ideologis, karena China memilih komunis.
 
Hubungan China-Rusia kembali membaik ketika Perang Dingin berakhir pada 1990-an silam.
 
Sejak itu, kedua negara telah mengejar kemitraan strategis yang membuat mereka bekerja erat dalam masalah perdagangan, militer, dan geopolitik.
 
Ikatan tersebut semakin menguat selama era Xi Jinping pada saat Rusia dan China semakin berselisih dengan kekuatan Barat yang dipimpin AS.
 
Hubungan Rusia dan China yang tampak semakin mesra ini bisa saja membuat AS semakin panas, di tengah ketegangan mereka dengan kedua negara tersebut.
 
 
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah naik pitam melihat pergerakan Rusia di perbatasan Ukraina yang mengirim 100.000 tentara.
 
Joe Biden pun menanggapinya dengan keras, melalui pengerahan 3.000 tentara ke Eropa Timur untuk menghadapi Rusia, dilansir Reuters.
 
Dia juga menegaskan bahwa pengerahan pasukan militer itu konsisten dengan apa yang telah dia sampaikan kepada Vladimir Putin.
 
"Selama dia bertindak agresif, kami akan memastikan kami dapat meyakinkan sekutu NATO kami dan Eropa Timur bahwa kami ada di sana," katanya menurut laporan media di Twitter.
 
Dengan kondisi saat ini masing-masing negara mencari sekutu, di mana AS dengan negara-negara Barat dan Rusia-China semakin erat, konflik antar negara tersebut diyakini akan terus semakin memanas.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Aljazeera Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x