'Tidurlah Anakku, Selamanya', Kisah Ellen Boehm Seorang Ibu yang Tega Habisi Nyawa Anaknya

- 26 Januari 2022, 16:36 WIB
'Tidurlah Anakku, Selamanya', Kisah Ellen Boehm Seorang Ibu yang Tega Habisi Nyawa Anaknya. /Instagram @truecrimebookreport
'Tidurlah Anakku, Selamanya', Kisah Ellen Boehm Seorang Ibu yang Tega Habisi Nyawa Anaknya. /Instagram @truecrimebookreport /

ZONABANTEN.com - Seorang ibu bernama Ellen Boehm tega menghabisi nyawa anaknya hingga tewas.

Seorang Jurnalis dan Penulis Kriminal, John Coston bahkan menulis sebuah buku berjudul 'Sleep, My Child, Forever' yang berartikan 'Tidurlah anakku, selamanya', kronologi dari kejahatan yang dilakukan Ellen.

Ia menggunakan dokumen kasus, foto, dan laporan polisi untuk mengungkap kehidupan ganda Ellen Boehm dan kejahatannya yang keji. Kisah ini menyibak tentang seorang ibu yang tega membunuh kedua putranya, dan hampir membunuh seorang putrinya.

Pada tahun 1986, Ellen Boehm seorang wanita muda berusia 26 tahun dari St. Louis, Missouri lelah dengan batasan kehidupan dikeluarganya. Dia memutuskan untuk menikah dengan seorang veteran Vietnam yang jauh lebih tua.

Baca Juga: Seram! Laboratorium Ini Simpan 200 Tubuh dan Kepala Mayat Manusia untuk Dihidupkan Kembali

Setelah lima tahun menikah, pasangan ini dikaruniai dua anak dengan bayi ketiga yang masih dikandung. Tidak disangka, Ellen yang belum siap memiliki peran sebagai seorang ibu.

Ellen menyukai olahraga gulat profesional dan sering menghabiskan banyak waktu menonton pertandingan dan masih ingin menikmati masa mudanya. Dia mengaku pernikahannya bermasalah saat bercerita ke teman-temannya.

Ketika hamil delapan bulan untuk anak ketiganya, sang suami, Paul, memberitahu Ellen bahwa dirinya yang tengah berada di Vietnam tidak bisa kembali akibat penyakit dan satu-satunya cara agar sembuh adalah dengan perrgi berobat ke Texas, Amerika.

Namun itu semua hanya kebohongan belaka, Paul tidak sakit, ia meninggalkan Ellen karena telah bertemu wanita lain yang ia temui secara online.

Baca Juga: Mandy Moore Pilih Olivia Rodrigo Perankan Jamie Sullivan jika Film A Walk To Remember Dibuat Kembali

Akibatnya, Ellen hancur dan hanya punya sedikit uang. Pada saat dirinya berusia 28 tahun, ia semakin terpuruk. Ketiga anaknya yang dulunya merupakan buah cinta dari Paul berubah menjadi beban yang ia yakini akan jadi kesengsaraan seumur hidup.

Putra Ellen yang berusia dua tahun, David, kerap menangis dan ia merasa kesulitan menghadapinya.

Tepat pada hari Thanksgiving, 24 November 1988, Elle menidurkan kedua kakak David di tempat tidur dan membiarkan David tetap terjaga di lantai. Saat anaknya tengah berbaring di lantai, Ellen mengambil bantal dari sofa dan menutup mulut dan hidung putranya sampai diyakini tak bergerak.

Tidak memberikan respon apa-apa, Ellen berakting meminta bantuan dan mengatakan anaknya sudah ditemukan tidak sadarkan diri. Setelah diperiksa, dokter mengatakan tidak ada yang bisa mereka lakukan, David telah meninggal karena kekurangan oksigen.

Baca Juga: Barbara Newhall Follet, Penulis Jenius yang Hilang Secara Misterius Serupa dengan Karakter Dalam Novelnya

Dokter meminta izin untuk melepas selang oksigen yang berada di hidung balita kecil itu, Ellen akhirnya menoleh ke dokter dan langsung berkata "tarik saja". Tidak terlihat sosok ibu itu meneteskan air mata. Dari kematian David, Ellen menerima pembayaran asuransi jiwa sebesar $5000 atau setara Rp71 juta.

Ironisnya, hanya berselang delapan bulan setelah kematian anaknya yang ketiga, Ellen kembali membeli polis asuransi jiwa untuk kedua anaknya. Menurut penyelidik, ada total $94000 atau hampir Rp1 miliar dalam asuransi jiwa yang diambil untuk anak-anaknya.

Pada 13 September 1989, putri Ellen, Stacy, yang berusia 8 tahun sedang mandi dan Ellen sengaja menjatuhkan pengering rambut listrik ke dalam bak mandi Stacy. Beruntung, gadis kecil ini dengan sekuat tenaga dapat keluar menyelamatkan diri dan langsung berlari ke arah ibunya yang hanya melihat terpaku dari kejauhan.

Ellen pun membawanya ke rumah sakit. Putri Ellen selamat tanpa cedera permanen dan semua orang menerima bahwa itu adalah kecelakaan yang tidak disengaja.

Dua belas hari kemudian, Ellen mencoba lagi. Putranya, Steven sedang tidur di lantai ruang tamu ketika Ellen memutuskan untuk menutupi wajahnya dengan bantal dan mencekiknya. Steven berakhir seperti David, ia meninggal.

Baca Juga: Mengejutkan! Seekor Hiu Putih Menyerang Para Penyelam Setelah Menerobos Kandang

Kepergian Steven membuat teman-teman Ellen merasa tidak nyaman karena ada kejanggalan. Deanne Bond, teman Ellen menelepon polisi dan mencurigai ada sesuatu yang disembunyikan. Polisi pun melakukan penyelidikan menyeluruh.

Menyadari polisi menyelidiki dan terus mendesak dirinya agar berkata jujur, Ellen mengakui semuanya. Ia menangis dan mengakui bahwa dirinya telah melakukan kejahatan itu.

Berita pembunuhannya gempar pada saat itu, tidak ada yang menyangka sosok yang diyakini akan merawat anaknya dengan penuh kasih sayang malah berbalik mencelakai hingga menghilangkan nyawa.

Pada tahun 1993, Ellen Boehm mengaku bersalah atas satu tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan satu tuduhan pembunuhan tingkat kedua.

Ellen mengakui membunuh anak-anaknya untuk mendapatkan uang asuransi. Ia menerima dua hukuman seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat. ***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: The Lines Up dan Millitary Just For All


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah