Barbara Newhall Follet, Penulis Jenius yang Hilang Secara Misterius Serupa dengan Karakter Dalam Novelnya

- 26 Januari 2022, 15:39 WIB
Barbara Newhall Follet, Penulis Jenius yang Hilang Secara Misterius Serupa dengan Karakter Dalam Novelnya. /Instagram @hogwaetsmovingpictures
Barbara Newhall Follet, Penulis Jenius yang Hilang Secara Misterius Serupa dengan Karakter Dalam Novelnya. /Instagram @hogwaetsmovingpictures /

ZONABANTEN.com- Barbara Newhall Follett adalah anak jenius, namun secara misterius ia menghilang sama persis dengan karakter yang ia buat di dalam salah satu novelnya.

Pada usia 12 tahun, Barbara telah menerbitkan novel pertamanya berjudul The House Without Windows. Sebelum menerbitkan novel tersebut, gadis berambut pirang itu pertama kali menyelesaikannya pada usia sembilan tahun lalu menulis ulang kembali setelah manuskrip aslinya hilang dalam kebakaran.

The New York Times memuji karya tersebut, begitu pula Eleanor Farjeon, seorang penulis buku anak-anak Inggris yang terkenal. Farjeon mengatakan, "Saya tidak tahu harus menyebut apa buku ini, kecuali keajaiban."

Dua tahun kemudian, Barbara menulis novel keduanya berjudul The Voyage of the Norman D . Beberapa karya lagi menyusul, dan orang-orang sudah berpendapat bahwa masa depannya akan nampak cerah.

Baca Juga: Banyak Sekolah Langgar Prokes, Benyamin Davnie Sebut PTM 50 Persen

Beberapa tahun berlalu, anak jenius itu telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang cerdas dan menginjak umur 25 tahun. Namun tiga bulan sebelum bertambah umur, Barbara menghilang tanpa jejak. Sampai saat ini, alasan di balik kepergiannya tetap menjadi misteri.

Barbara lahir pada tanggal 4 Maret 1914, dari penulis Wilson Follett dan istrinya Helen Follet. Dikenal merupakan anak yang giat dengan daya tarik obsesif dalam setiap rangkaian huruf dan kata-kata. Bahkan pada usia tiga tahun Barbara saat itu tengah bermain ke kantor sang ayah dan menemukan mesin tik hingga dibuatnya terpaku oleh benda tersebut.

Pada saat berusia lima tahun, Helen, menyekolahkannya Barbara di rumah. Ini memberikan banyak waktu untuk mengeksplorasi kreatifitasnya dan berakhir menulis sebuah kisah berjudul The Life of the Spinning Wheel, the Rocking-Horse, and the Rabbit.

Baca Juga: Unjuk Rasa Mewarnai Hari Kelahiran Australia ‘Modern’, Apa yang Terjadi? Simak Penjelasannya

Ketika mulai menulis novel panjang pertamanya pada usia delapan tahun, ia secara rutin mengesampingkan teman-temannya dan waktu bermain demi lebih banyak mengutak-atik sastra. Selama masa kanak-kanak ini, Barbara juga menciptakan dunia imajiner yang disebut 'Farksalia' di mana ia mengembangkan bahasa dan kosa kata baru.

Akhirnya, pada tahun 1926, novel pertama The House Without Windows dapat rampung. Menurut Barbara, novel yang terdiri lebih dari 40.000 kata ini menceritakan tentang seorang anak yang lari dari kesepian untuk mencari lebih banyak teman di hutan dan berteman dnegan binatang.

Ayahnya yang bekerja untuk Knopf di New York menyerahkan novel putrinya kepada penerbit dan mereka menyetujui untuk diterbitkan. Februari 1927 ulasan positif mengalir deras. Ketenaran seketika datang untuk gadis muda itu. HL Mencken bahkan menulis ucapan selamat kepada orang tuanya.

Namun ditengah kesenangan yang ia dapat, Barbara harus menerima masalah yang membuat hidupnya seketika hancur.

Baca Juga: Mandy Moore Pilih Olivia Rodrigo Perankan Jamie Sullivan jika Film A Walk To Remember Dibuat Kembali

Di tengah krisis paruh baya Wilson Follett, yakni perubahan emosi dan ingin merubah hidupnya karena takut pada kenyataan bahwa sudah semakin tua ia memutuskan untuk meninggalkan keluarganya demi wanita yang lebih muda.

Barbara muda hancur. Helen mencoba untuk optimis dan membawa putrinya dalam perjalanan berlayar yang panjang ke seluruh Karibia. Ibu dan anak ini bahkan ikut menulis buku tentang perjalanan mereka, yang akhirnya diterbitkan pada tahun 1932 dengan judul Magical Portholes.

Sayangnya, sebelum buk tersebut diterbitkan, pada tahun 1929 mereka hanya memiliki sedikit uang yang tersisa. Depresi hebat melanda Barbara akhir tahun itu, rencananya agar terus menulis untuk mencari nafkah menjadi tidak masuk akal.

Semangat mendongengnya tidak akan hilang. Pada tahun 1934 dirinya telah menulis dua buku lagi:The Lost Island and the Donkeyless Journey. Namun, tanpa dukungan sang ayah, Barbara dengan cepat kehabisan tenaga. Ia pun memutuskan untuk memiliki kehidupan rumah tangga setelah bertemu dengan seorang pria, Nickerson Rogers, namuntanpa persetujuan dari ibunya.

Pasangan itu menetap di Brookline, Massachusetts dan Barbara sering kali bepergian. Tetapi setelah kembali dari perjalanannya pada bulan November 1939 kehidupan Barbara kembali hancu. Ia menemukan Nickerson telah berselingkuh.

Baca Juga: Penting! Dokter Menemukan Tanda Antibodi Pada Pasien yang Paling Beresiko Terjangkit Covid Jangka Panjang

Emosi memuncak dan pasangan itu mulai berdebat. Setelah berdebat panjang pada tengah malam tanggal 7 Desember 1939, Barbara keluar dari rumah  membawa $30 di sakunya dan ia tidak pernah kembali.

Nickerson Rogers menunggu dua minggu sebelum melaporkan hilangnya sang istrinya ke polisi. Empat minggu tak ada hasil. Kamar mayat Boston digeledah tanpa ada jawaban. Permohonan pencarian publik dirilis, tetapi karena tidak ada yang mengenali nama 'Barbara Rogers' melainkan nama sebenarnya adala 'Barbara Newhall Follet' sebagian besar masyarakat saat itu tidak menggubris.

Tiga belas tahun berlalu, ibu Barbara, Helen, terus mendesak pihak berwenang untuk menyadari bahwa menantu laki-lakinya hampir tidak berusaha untuk menemukan Barbara, dan mengisyaratkan bahwa kemungkinan besar Nickerson ikut terlibat dalam hilangnya Barbara.

Baca Juga: Penting! Dokter Menemukan Tanda Antibodi Pada Pasien yang Paling Beresiko Terjangkit Covid Jangka Panjang

Setelah mengetahui bahwa Barbara yang hilang adlah seorang enulis terkenal pihak berwenang pun berusaha mencari. Banyak masyarakat berpendapat hilangnya Barbara mengarah kepada satu buku yang pernah ia tulis terkait seorang gadis yang melarikan diri ke hutan.

Mereka percaya bahwa dia memutuskan untuk meniru karakter dalam novelnya sendiri yang melarikan diri di hutan dan menemukan teman-teman hewan dan melakukan perjalanan melintasi laut dan memasuki dunia baru.

Sampai saat ini sosoknya tidak pernah ditemukan dan tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi pada si jenius muda ini. Sebaliknya, kita ditinggalkan dengan karya-karya berharga dan mimpi yang ia ciptakan melalui kisah-kisah yang ia tulis.***

Editor: Ari Kristianto

Sumber: The Line up


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x