Harga Minyak Dunia Dekati Tertingginya Selama 7 Tahun ini

- 20 Januari 2022, 10:51 WIB
Ilustrasi minyak dunia. AS Minta Jepang, Cina, India Pertimbangkan Penyadapan Cadangan Sumber Minyak
Ilustrasi minyak dunia. AS Minta Jepang, Cina, India Pertimbangkan Penyadapan Cadangan Sumber Minyak /Pixabay

ZONABANTEN.com – Harga minyak berada di level tinggi di akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), seiring kebakaran pada pipa dari Irak ke Turki.

Dampak dari kejadian ini berakibat penghentian aliran sebentar, yang kemudian meningkatkan kekhawatiran tentang prospek pasokan jangka pendek terganggu.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret naik 0,93 dolar AS atau 1,1 persen, menjadi 88,44 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Harga standar globalnya sempat menyentuh 89,13 dolar AS, merupakan harga tertinggi sejak 13 Oktober 2014 lalu.

Baca Juga: Menurut Indef, Minyak Goreng Satu Harga Wajib Diikuti Produktivitas Industri

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari naik 1,53 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi 86,96 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, harga ini merupakan tertinggi sejak 9 Oktober 2014 lalu.

Aliran minyak yang terganggu dilanjutkan namun lewat saluran pipa Kirkuk-Ceyhan yang membawa minyak mentah dari Irak utara, produsen terbesar kedua di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, ke pelabuhan Ceyhan di Turki untuk ekspor.

Ledakan yang memicu kebakaran pada pipa di provinsi tenggara Turki itu akibat tiang listrik yang jatuh, bukan serangan, sebut seorang sumber keamanan senior.

"Sementara 90 dolar AS dapat memicu beberapa aksi ambil untung dan sedikit penurunan harga, ini menunjukkan bahwa kita secara realistis dapat melihat minyak 100 dolar AS segera," ujar  Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.

Baca Juga: Harga Minyak Goreng Hari Ini Rp14 Ribu, Begini Cara Mendapatkannya, Ibu Rumah Tangga Wajib Tahu!

Pejabat dan analis OPEC mengatakan bahwa reli minyak dapat berlanjut dalam beberapa bulan ke depan dan harga bisa mencapai 100 dolar AS per barel karena pulihnya permintaan meskipun terjadi penyebaran varian virus corona Omicron.

“Berapapun jumlahnya, tampaknya persediaan global akan terus berkurang selama beberapa bulan lagi dengan pengetatan tersirat dalam keseimbangan yang mempertahankan harga tetap bullish sepanjang sisa bulan ini dan sebagian besar berikutnya,” Sebut Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois.

Namun demikian, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pasar minyak akan mengalami surplus pada kuartal pertama karena beberapa negara produsen akan memompa di atas level tertingginya.

Surplus minyak juga akan berakibat pada peningkatan persediaan, karena IEA mencatat bahwa stok komersial di negara-negara OECD jauh di bawah tingkat pra-pandemi pada posisi terendah selama tujuh tahun ini.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Antaranews


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x