Zona tersebut menampung tempat tinggal, gedung-gedung pemerintah dan kedutaan asing.
Belum ada kelompok yang segera mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Barham Salih, Presiden Irak, mengutuk serangan itu sebagai kejahatan keji terhadap Irak.
"Kami tidak dapat menerima bahwa Irak akan terseret ke dalam kekacauan dan kudeta terhadap sistem konstitusionalnya," ujar Barham dalam sebuah unggahan di Twitter.
Baca Juga: Aktor 'Squid Game' Muncul Di Acara LA Bersama Wakil Ketua Grup Daesang
Moqtada al-Sadr, Ulama Muslim Syiah yang partainya merupakan pemenang terbesar dalam pemilihan bulan lalu, juga menyampaikan pendapatnya.
Menurut al-Sadr, serangan itu sebagai tindakan teroris terhadap stabilitas Irak yang bertujuan untuk ‘mengembalikan Irak pada keadaan kacau untuk dikendalikan oleh pasukan non-negara’. Amerika Serikat, Arab Saudi dan Iran juga mengutuk serangan itu.
Rekaman video yang dirilis oleh kantor perdana menteri menunjukkan kerusakan pada bagian kediaman perdana menteri dan kendaraan SUV rusak yang diparkir di garasi.
Rekaman itu juga menunjukkan persenjataan yang tidak meledak di atap kediaman perdana menteri setelah serangan pesawat tak berawak.
Baca Juga: Hyundai Motor Mempertimbangkan Untuk Memproduksi GV70 EV Di AS