Para Ahli Astronomi Peringatkan Bahaya Hilangnya Tempat Melihat Bintang, Sebutkan Satelit SpaceX Dalangnya

- 31 Juli 2021, 09:00 WIB
Ilustrasi satelit di luar angkasa
Ilustrasi satelit di luar angkasa /PIRO4D/Pixabay/WARTA PONTIANAK


ZONABANTEN.com - Para ahli memperingatkan bahwa kemungkinan hilangnya tempat di Bumi yang dapat digunakan para astronom untuk melihat bintang dan planet tanpa polusi cahaya yang disebabkan oleh satelit.

Sam Lawler, seorang profesor di Universitas Regina, mengatakan kegelapan yang diandalkan para astronom dan pengamat bintang menjadi lebih sulit ditemukan karena meningkatnya satelit "sangat reflektif" yang dikirim ke orbit rendah.

"Polusi cahaya dari satelit bersifat global - tidak ada tempat yang bisa Anda hindari," ujar Lawler kepada Your Morning di CTV pada hari Jumat.

Lawler mengatakan satelit yang menyebabkan masalah terbaru adalah satelit yang diluncurkan oleh SpaceX milik Elon Musk sebagai bagian dari layanan internet Starlink.

Baca Juga: Berbeda Dengan Menlu AS, China Harapkan Taliban Dapat Stabilkan Afghanistan

"Hanya beberapa satelit tidak masalah, tetapi ketika tiba-tiba ada ribuan atau puluhan ribu dari mereka yang memantulkan sinar matahari, maka itu mulai mengubah cara langit malam terlihat dan kita berada tepat di ambang itu, " ujar Lawler.

Lawler mengatakan jumlah satelit yang terbang rendah telah ‘meningkat secara dramatis’ pada tahun lalu, ‘hampir seluruhnya karena peluncuran Starlink.’

Lawler, yang mempelajari objek Sabuk Kuiper seperti planet Pluto, mengatakan objek ini 15 juta kali lebih redup daripada satelit Starlink, menghambat pekerjaannya dan pekerjaan astronom lainnya.

"Mereka meluncurkan lebih banyak satelit setiap dua sampai tiga minggu [dalam] tumpukan berisi 60, jadi mereka ingin memiliki 42.000 satelit ketika saat ini hanya ada beberapa ribu," ujar Lawler.

"Jadi ini akan sangat mengubah tampilan langit malam." ujar Lawler menegaskan.

Baca Juga: 20 Polisi Berpakaian Preman Serbu dan Tutup Biro Al Jazeera di Tunisia

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Maret, para peneliti yang berada di Royal Astronomical Society menemukan bahwa jumlah objek yang mengorbit Bumi, termasuk satelit dan puing-puing ruang angkasa, dapat meningkatkan kecerahan keseluruhan langit malam lebih dari 10 persen di atas tingkat cahaya alami di seluruh penjuru Bumi.

Studi tersebut melaporkan bahwa ini akan melebihi ambang batas yang ditetapkan para astronom lebih dari 40 tahun yang lalu untuk mempertimbangkan sebuah lokasi sebagai lokasi yang ‘terpolusi cahaya.’

Sebuah studi tahun 2016 juga melaporkan bahwa 80 persen orang Amerika Utara dan 60 persen orang Eropa tidak dapat lagi melihat pita bercahaya Bima Sakti karena dampak pencahayaan buatan.

Lawler mengakui bahwa ada "manfaat signifikan" dari satelit ini, termasuk akses internet bagi mereka yang berada di komunitas terpencil.

Namun, dia mengatakan orang-orang di daerah terpencil juga memiliki ‘pemandangan langit malam yang sangat bagus,’ dan sebagai imbalannya mereka harus menyerahkan pemandangan tersebut.

Baca Juga: Sedang Berlangsung Link Live Streaming Gratis Tim Badminton Indonesia Olimpiade Tokyo 2020, Sabtu 31 Juli 2021

Untuk membantu mengatasi masalah ini dan melindungi langit malam, Lawler mengatakan perlu ada regulasi antariksa internasional.

"Kita perlu menyadari bahwa orbit rendah Bumi adalah lingkungan yang terkait erat dengan atmosfer kita, sehingga harus terjadi di tingkat internasional," kata Lawler.

Lawler mengatakan Kanada juga dapat membantu mengurangi polusi cahaya dengan menerapkan peraturan yang mewajibkan layanan komunikasi untuk memperhitungkan dampak negatif dari satelit terkait operasinya.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: CTV News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x