Toyota Mengganti Struktur Perusahaan Setelah Seorang Pegawainya Bunuh Diri

- 9 Juni 2021, 07:39 WIB
ILUSTRASI Toyota
ILUSTRASI Toyota /Pixabay

ZONABANTEN.com - Toyota Motor Corp.berhasil telah mencapai penyelesaian dengan keluarga yang seorang karyawan berusia yang bunuh diri.

Sang karyawan berusia 28 tahun bunuh diri setelah mendapatkan pelecehan kekuasaan dari bosnya pada tahun 2017.

Toyota, dalam penyelesaian tersebut, mengakui telah gagal memenuhi kewajibannya untuk melindungi keselamatan stafnya.

Tugas tersebut menurutnya termasuk melaksanakan tanggung jawab pengawasan atas atasan dari karyawan mereka.

Baca Juga: Anies Baswedan Hadiri 100 Tahun Peringatan Kelahiran Presiden Kedua RI

Sebagai permohonan maaf, Toyota setuju untuk membayar keluarga dari korban sejumlah uang yang tidak diungkapkan banyaknya.

Pernyataan ini disebutkan oleh perwakilan dari perusahaan pembuat mobil tersebut dan Yoshihide Tachino, seorang pengacara yang mewakili keluarga korban.

Keluarga korban telah menuntut kompensasi dan sejumlah tindakan untuk mencegah terulangnya insiden serupa.

Mereka memutuskan untuk menyetujui penyelesaian, yang dicapai pada 7 April, setelah menerima janji oleh perusahaan bahwa mereka akan mereformasi sistem personalianya.

Presiden Toyota, Akio Toyoda, bertemu dengan keluarga itu dua kali di Osaka, pertama pada November 2019 setelah outlet berita melaporkan keputusan otoritas tenaga kerja bahwa bunuh diri karyawan itu terkait pekerjaan dan lagi April ini. Dia meminta maaf kepada keluarga atas kematian pria itu.

Sebagai tindakan pencegahan terhadap pelecehan kekuasaan, perusahaan beralih dari sistem evaluasi personel berbasis prestasi ke sistem berbasis kepribadian pada Juli 2020, lebih awal dari yang direncanakan.

Dalam sistem baru, yang dikenal sebagai "umpan balik 360 derajat", sekitar 10.000 karyawan Toyota di posisi manajerial harus dievaluasi.

Evaluasi tersebut akan dilakukan oleh lebih dari 10 orang di sekitar mereka seperti atasan, bawahan, dan orang-orang terkait, di dalam dan di luar perusahaan.

Karyawan yang dianggap tidak layak tidak akan dipromosikan untuk menjabat sebagai manajer langsung staf.

Toyota juga telah membentuk bagian yang independen dari bagian lain yang dapat dituju oleh karyawan yang mengalami pelecehan.

Kerabat dan rekan korban juga bisa melaporkan pelecehan ke seksi tersebut.

Setelah menerima pengaduan, pejabat di bagian tersebut bertanggung jawab untuk membuka penyelidikan pencarian fakta yang terperinci atas kasus tersebut.

Baca Juga: Biden Memperluas Larangan Investasi AS di Perusahaan China

Perusahaan juga mendirikan pusat konsultasi dengan seorang psikiater yang siap dihubungi setiap saat.

Menurut investigasi internal Toyota dan sumber lainnya, karyawan tersebut bergabung dengan perusahaan pada April 2015 setelah menerima gelar master dari sekolah pascasarjana Universitas Tokyo.

Pada Maret 2016, ia ditugaskan untuk merancang kendaraan di kantor pusat pembuat mobil di Toyota, Prefektur Aichi.

Pada posisi itu, dia menjadi sasaran pelecehan verbal oleh atasan langsungnya, yang mengatakan kepadanya, "Sebaiknya kamu mati jika kamu tidak bisa memberikan penjelasan," dan memanggilnya "bodoh" dan "idiot" berulang kali.

Karyawan tersebut mengambil cuti kerja pada Juli 2016 dan kembali bekerja pada Oktober tahun yang sama.

Namun, pada Oktober 2017, dia mengakhiri hidupnya sendiri.

Keluarganya mengklaim kompensasi pekerja atas kematiannya pada Maret 2019.

Pada bulan September tahun yang sama, Kantor Inspeksi Standar Tenaga Kerja Toyota memutuskan bahwa kematiannya adalah kecelakaan di tempat kerja.

Otoritas tenaga kerja menyimpulkan bahwa karyawan tersebut mengalami gangguan penyesuaian (adjustment disorder) yang disebabkan oleh pelecehan bosnya.

Kerabat korban mengatakan mereka akan terus mengawasi apakah Toyota akan bertransformasi.

“Akio Toyoda berjanji kepada kami untuk menerapkan langkah-langkah untuk mencegah terulangnya kembali ketika dia melakukan kunjungan belasungkawa, dan kami akan terus memperhatikannya,” ujar salah satu kerabat.

Perusahaan berjanji untuk "mendorong langkah-langkah untuk menghentikan pelecehan dan melanjutkan upaya untuk membangun budaya perusahaan yang lebih terbuka."

Bawahan Toyoda tampaknya tidak memberi tahu bahwa penyebab kematian karyawan tersebut adalah pelecehan kekuasaan.

Baca Juga: Youtuber Ini Membuat Tentara Israel Menangis dengan Menyanyikan Lagu Palestina

Toyoda baru mengetahuinya pada November 2019 melalui laporan berita bahwa otoritas tenaga kerja telah memberikan kompensasi kepada keluarga yang berduka atas kematiannya.

Toyoda dan wakil presiden perusahaan kemudian pergi menemui keluarga karyawan tersebut dan Toyoda mengakui tanggung jawabnya selama pertemuan tersebut.

Toyoda juga dilaporkan memberi tahu keluarga bahwa alasan tidak ada seorang pun di Toyota yang memberi tahu bahwa kematian korban akibat pelecehan kekuasaan adalah karena "budaya perusahaan saat ini".

Toyoda berjanji kepada keluarga karyawan bahwa dia akan memerintahkan penyelidikan baru atas kasus tersebut dan menerapkan langkah-langkah untuk mencegah terulangnya kasus tersebut.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Asahi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x