"Mereka mulai bersorak dan menyemangati Tuhan Yang Maha Esa," ujar al-Sayed.
“Dan bagi mereka, hari ini dianggap sebagai hari pertama festival keagamaan Idul Fitri, karena agresi tersebut dimulai sebelum hari terakhir Ramadhan dan mereka belum bisa benar-benar merayakan Idul Fitri semenjak hari itu.”
Baca Juga: Ketua MPR RI: Dugaan Kebocoran Data 297 Juta Penduduk Indonesia Bukan Masalah Sepele
Berdiri di tengah reruntuhan rumah yang dibombardir, al-Sayed mengatakan keluarga yang terlantar telah kembali.
Mereka berdatangan dari sekolah yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menampung mereka "karena kondisi kemanusiaan yang sangat buruk" yang terjadi.
“Tidak ada air, tidak ada listrik dan mereka pergi ke sana tanpa membawa apa-apa,” ujar al-Sayed.
“Tetapi orang-orang ini sekarang dalam keadaan seperti ini diperparah oleh krisis kemiskinan yang sangat tinggi dan tingkat pengangguran di Jalur Gaza, serta pembatasan bahan-bahan rekonstruksi yang diizinkan untuk memasuki Jalur Gaza.” ujar al-Sayed menjelaskan.
“Mereka tidak punya alternatif selain menunggu pendanaan pembangunan rumah mereka lagi. ” ujar al-Sayed menambahkan.***