Serangan Israel ke Gaza Untungkan Benjamin Netanyahu

- 21 Mei 2021, 10:59 WIB
Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu.
Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu. /Reuters/Gali Tibbon

ZONABANTEN.com —‌‌‌‌ Benjamin Netanyahu, selaku Perdana Menteri Israel, telah berhasil untuk tetap berkuasa hingga saat ini, tuduhan korupsi dan kegagalannya yang berulang kali untuk membentuk pemerintahan koalisi yang stabil dan dapat diandalkan tampaknya menandakan akhir dari pemerintahannya.

Namun, konflik yang baru meletus dengan Palestina mungkin telah membuka jalan lain bagi Netanyahu dalam upayanya untuk tetap menjadi perdana menteri terlama Israel, ujar para analis.

Pemimpin Israel dan partai Likud-nya gagal membentuk koalisi pemerintahan dan Presiden Reuven Rivlin telah menugaskan pemimpin oposisi Yair Lapid untuk membentuk pemerintahannya sendiri.

Baca Juga: Lady Gaga Ceritakan Trauma Pelecehan Seksual yang Dialami, Akui Mengidap PTSD dan Gangguan Psikotik Total

Bahkan, menurut Micheline Ishay, selaku direktur program hak asasi manusia di Universitas Denver, sebelum pemilu, Netanyahu kehilangan dukungan dari rakyat Israel karena berbagai alasan.

“Popularitas Netanyahu telah memudar dan orang-orang bosan dengan pemilihan yang tidak meyakinkan.” ujar Ishay kepada Al Jazeera.

“Likud turun dari 36 kursi pada Maret 2020 menjadi 30 pada Maret 2021. Upaya tanpa henti Netanyahu untuk menghindari penuntutan, perpecahan partai sayap kanan, dan pandemi yang berkepanjangan telah berkontribusi pada kekecewaan yang meluas." ujar Ishay menjelaskan.

Tetapi konflik dengan Palestina telah mengurangi kebencian publik terhadap Netanyahu, tambahnya.

Baca Juga: Diduga Bocor! Data 279 Juta Warga RI Dijual di Forum Hacker

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x