Silicon Valley, Sejarah Kelam Internet, Keuntungan Perang Hingga Ambisi AS Kuasai Dunia

- 23 Januari 2021, 08:01 WIB
Silicon Valley
Silicon Valley /Unsplash


ZONA BANTEN - Silicon Valley (Lembah Silikon) merupakan julukan bagi daerah selatan dari San Francisco Bay Area, California Amerika Serikat.

Julukan itu diraih karena Silicon Valley memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang komputer dan semikonduktor, Daerahnya termasuk San Jose, Santa Clara, Sunnyvale, Palo Alto, dll.

Namun tak banyak orang yang mengetahui rahasia dari Silicon Valley itu sendiri, yang mencakup sejarah kelam internet, keuntungan perang, hingga Ambisi Amerika Serikat (AS) yang ingin kuasai dunia.

Rahasia yang tak banyak diketahui mengenai Silicon Valley itu diungkap dengan gamblang oleh Margaret O’Mara seorang profesor sejarah dari Universitas Washington pada 2019 dalam bukunya yang berjudul The Code.

Baca Juga: Lloyd J. Austin, Menteri Pertahanan Kulit Hitam Pertama Amerika Serikat dalam Sejarah

O’Mara yang pernah bekerja untuk Presiden Clinton di Gedung Putih mengungkap bahwa startup-startup di Lembah Silikon menjadi mesin pembangkit utama bagi industri kreatif dunia lebih karena dukungan kelembagaan dan pendanaan pemerintah yang sangat besar.

Dan teknologi yang telah merevolusi hidup tidak diciptakan oleh mereka sendiri tanpa keterlibatan yang lain.

Sebaliknya, hal itu terjadi berkat kolaborasi yang intensif antara pihak-pihak yang tidak banyak terpublikasikan yakni pengusaha dan teknisi, akademisi dan politisi, bahkan peretas dan aktivis.

Silicon Valley kini menjelma menjadi tempat penuh mitologi yang melambangkan inovasi teknologi dan kewirausahaan.

Silicon Valley faktanya ternyata mendapatkan keuntungan dari peperangan dan upaya Amerika untuk menguasai dunia.

Baca Juga: Serangan Pesawat Tempur Israel Tewaskan 4 Warga Sipil di Suriah

Bahkan O’Mara juga mengungkap bahwa radikalisme tahun 1960-an mempengaruhi perkembangan Silicon Valley secara sangat signifikan.

Mantan Presiden AS Ronald Reagan pada tahun 1988, pernah memprediksikan sebuah "revolusi" yang akan terjadi dan mengubah cara orang berkomunikasi dan mengatur diri.

Dan ternyata semuanya muncul di Silicon Valley, sebuah daerah yang tadinya sepi di Palo Alto, California.

Pada awalnya Silicon Valley tak lebih dari sekadar tempat, namun kini telah menjadi identik dengan jaringan global, pusat startup, dan kiblat cara kerja dan cara berpikir yang disruptif.

Namun bagaimana Lembah Silikon bisa menjadi seperti ini? Rupanya ada banyak cerita yang mengawalinya.

Baca Juga: Tolak Bayar Konten dan Denda Pajak, Google Ancam Blokir Akses Warga Australia

Sebagian orang meyakini bahwa Silicon Valley sangat sukses karena sangat mendukung para wirausahawan. Bebas dari dogma perusahaan yang menindas dan campur tangan pemerintah.

Mereka, para teknisi brilian seperti Bill Packard dan Dave Hewlett bebas mentransformasikan ide-ide menjadi bisnis besar, dijalankan sesuai dengan ide-ide eksentrik mereka sendiri tentang bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi.

Seperti Sejarah penciptaan internet yang kini digunakan hampir semua orang di seluruh dunia.

Awal yang kelam tentang internet inilah yang menjadi asal muasal berkembangnya Silicon Valley dimana perkembangan teknologi komunikasi elektronik terkait erat dengan pengembangan senjata nuklir dan teknologi peperangan modern lainnya.

Awalnya disadari bahwa pengembangan teknologi baru itu mahal, dan membutuhkan sumber daya yang besar dalam hal infrastruktur, uang, dan personel.

Baca Juga: MONSTA X Tolak Tawaran Mnet untuk Berkompetisi dalam Acara Survival 'Kingdom'

Dan sumber daya tersebut tersedia untuk pembuatan perangkat komunikasi elektronik karena dibutuhkan untuk perang. Maka kemudian Silicon Valley menjadi rumah bagi militer.

Pada 1930, stasiun balon udara Angkatan Laut AS didirikan di Santa Clara, diikuti pada 1933 dengan pembuatan pusat penelitian penerbangan dan ruang angkasa yang besar.

Pada tahun-tahun pascaperang, pengeluaran pemerintah AS meningkat karena mereka berjuang untuk mendapatkan keunggulan teknologi atas Uni Soviet selama Perang Dingin.

Ketika Kongres menemukan bahwa Uni Soviet sebenarnya telah membuat bom atom mereka sendiri pada 1949, mereka menyetujui paket pendanaan yang sangat besar untuk penelitian dan pengembangan senjata dan perangkat komunikasi elektronik.

Uang ini disalurkan ke universitas, laboratorium penelitian, dan pabrik amunisi di seluruh negeri melalui hibah dari National Research Foundation. Silicon Valley pun menerima sebagian besar dana ini.

Baca Juga: Seekor Anjing di Turki Setia Menunggu Pemiliknya di Rumah Sakit Berhari-hari

Universitas Stanford berperan penting terhadap perkembangan di Silicon Valley.

Sains dan teknologi selalu menjadi fokus penting di Stanford. Presiden pertamanya, David Starr, membantu mendirikan perusahaan radio nirkabel bernama Federal Telegraph pada 1909, dan anggota fakultas William Hansen menemukan klystron, sebuah "teknologi frekuensi gelombang," di laboratorium Stanford pada 1937.

Tetapi dibutuhkan tekad kuat dari Fred Terman, dekan teknik, untuk mengubah Stanford menjadi pemimpin di bidang ini.

Dalam kesibukan pendanaan federal yang datang setelah Perang Dunia II, Terman menyadari bahwa Stanford harus sangat kompetitif sebagai pusat komunikasi elektronik atau berisiko kehilangan landasan untuk institusi seperti Harvard dan MIT.

Dengan dukungan presiden Stanford J. E. Sterling, Fred Terman secara radikal menata ulang kurikulum akademis Stanford, memprioritaskan program mutakhir dalam fisika, teknik, dan sains, dan menciptakan Laboratorium Elektronik Stanford.

Baca Juga: Ternyata Daging, Soda, dan Makanan Ini adalah Pemicu Stroke yang Paling Parah

Tidak berhenti sampai di situ. Pada 1952, Terman dan Sterling memutuskan untuk menggunakan bagian dari kampus besar Stanford untuk membuat pusat bisnis.

Mereka mendedikasikan 350 hektare lahan untuk proyek tersebut. Mereka menawarkan kepada tenant-tenant, perusahaan besar, dengan janji bahwa mereka akan memiliki akses ke lab Stanford, dan beberapa pemikir terbaik dalam bisnis ini.

Pada 1957, kawasan bisnis itu pun dipenuhi para tenant besar, dan ada interaksi berkelanjutan antara bisnis dan kampus.

Perusahaan rintisan menggunakan lab, dan mahasiswa Stanford didorong untuk magang dengan perusahaan di dalamnya. Lalu lintas penting antara bidang akademis dan komersial ini sangat bermanfaat.

Stanford segera menjadi salah satu penerima terbesar dana penelitian federal, memainkan peran kunci dalam menciptakan teknologi seperti pengacau sinyal untuk militer.

Baca Juga: Jelang Weekend, Jalanan Macet, Rupiah Ikutan Macet

Perusahaan teknologi paling awal yang mendirikan toko di Silicon Valley pada 1950-an mendapat keuntungan dari investasi oleh orang-orang yang sekarang disebut pemodal ventura, bankir, dan pengusaha kaya yang menghargai teknologi, dan mereka yang paham tentang betapa menguntungkannya sebuah penemuan.

Pada saat bersamaan Lyndon Johnson, pada 1958 menjadi pemimpin mayoritas Senat AS. Dia membantu mengesahkan Small Businesses Investment Act, yang menawarkan keringanan pajak yang sangat besar dan jaminan pinjaman federal kepada investor.

Efek dari Undang-Undang ini sangat besar pada 1961 dimana ada 500 perusahaan investasi bisnis yang semuanya siap untuk berinvestasi di perusahaan startup.

Pada paruh kedua 1980-an, pajak turun lebih jauh karena Ronald Reagan bersumpah akan melakukan segala yang dia bisa untuk mendukung para wirausahawan.

Maka dengan kebijakan keringanan pajak, industri teknologi telah menjadi penerima utama program kesejahteraan pemerintah. meskipun banyak perusahaan rintisan telah menjadi perusahaan raksasa yang meraup jutaan dolar setiap tahun.

Baca Juga: Ingin Sewa Genset Untuk Industri dan Event? Berikut Pertimbangan Memilihnya

Dari situ, dapat dipahami keberhasilan Silicon Valley diciptakan oleh kombinasi keadaan yang begitu sempurna. Sejumlah besar dana federal pada masa perang, dikombinasikan dengan universitas berpikiran maju yang mengabdikan diri pada sains, memastikan pembangunan infrastruktur untuk penelitian, dan teknisi paling cerdas yang fokus ke area tersebut.

Pemotongan pajak dan iklim politik yang mendukung kewirausahaan memberikan kesempatan kepada wirausaha muda untuk mengubah ide-ide brilian dan terkadang eksentrik menjadi kenyataan. Maka kemudian terciptalah surga disrupsi dunia dari Lembah Silikon.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x