Cuitannya Merendahkan Martabat Muslim Uighur, Twitter Kunci Akun Kedubes China di AS

- 21 Januari 2021, 16:36 WIB
Twitter mengunci akun kedubes AS di Tongkok karena cuitannya yang membela kebijakan Tiongkok di Xinjiang.
Twitter mengunci akun kedubes AS di Tongkok karena cuitannya yang membela kebijakan Tiongkok di Xinjiang. /pixabay/Gerd Altmann

ZONA BANTEN - Twitter mengunci akun Kedutaan Besar (Kedubes) China di Amerika Serikat (AS).

Platform media sosial Twitter menangguhkan penggunaan akun Kedubes China terkait cuitannya yang dinilai merendahkan martabat Wanita Muslim Uighur.

Postingan Kedubes yang menyatakan 'Wanita Uighur bukan lagi mesin pembuat bayi' dinilau merendahkan martabat kelompok minoritas Muslim Uighur.

Twitter telah mengunci akun kedubes China di AS untuk postingan media sosial yang membela kebijakan China terhadap Muslim Uighur di wilayah Xinjiang.

Baca Juga: Berbohong dan Menipu Terkait Genosida Muslim Uighur, China Balas dengan Sanksi 28 Pejabat

Menurut manajemen Twitter postingan tersebut melanggar kebijakan perusahaan terhadap "marendahkan martabat seseorang/ dehumanisasi".

Akun Kedutaan Besar China, @ChineseEmbinUS, memposting tweet bulan ini yang mengatakan bahwa wanita Uighur bukan lagi "mesin pembuat bayi," mengutip sebuah penelitian yang dilaporkan oleh surat kabar pemerintah, China Daily.

Tweet tersebut dihapus oleh Twitter dan diganti dengan label yang menyatakan bahwa postingan tersebut tidak lagi tersedia.

Meskipun Twitter menyembunyikan tweet yang melanggar kebijakannya, pemilik akun harus menghapus postingan tersebut secara manual.

Baca Juga: Dilantik jadi Presiden AS, Joe Biden Izinkan Perjalanan Negara Muslim Hingga Tunda Deportasi Imigran

Akun kedubes China sejauh ini belum memposting tweet baru sejak 9 Januari silam.

Penangguhan akun kedubes China dilakukan sehari setelah pemerintahan Trump, pada jam-jam terakhirnya menuduh China melakukan genosida di Xinjiang.

Isu yang terus merebak di wilayah Xinjiang, terkait genosida Muslim Uighur menjadi temuan yang didukung oleh pemerintahan Biden yang baru.

Administrasi baru tidak segera menanggapi permintaan komentar atas tindakan Twitter.

“Kami telah mengambil tindakan pada Tweet yang Anda referensikan karena melanggar kebijakan kami terhadap dehumanisasi, yang menyatakan: Kami melarang dehumanisasi sekelompok orang berdasarkan agama, kasta, usia, disabilitas, penyakit serius, asal negara, ras, atau etnis, ”kata juru bicara Twitter pada hari Kamis.

Baca Juga: Beau Biden Putra Joe Biden yang Meninggal, Dikenang Secara Emosional dalam Pidato Delaware

Kedutaan Besar China di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar melalui email.

Twitter sudah diblokir di China tetapi menjadi platform yang semakin disukai oleh diplomat China dan media pemerintah.

China memiliki aplikasi mikroblogging mirip Twitter miliknya sendiri bernama, Weibo, yang memiliki lebih dari 400 juta pengguna aktif.

Namun, situs tersebut diawasi secara ketat oleh sensor negara.

China telah berulang kali menolak tuduhan pelecehan di wilayah Xinjiang, di mana panel Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan setidaknya satu juta orang Uighur dan Muslim lainnya telah ditahan di kamp-kamp konsentrasi.

Baca Juga: Ngeri! Astronom Sebut Ancaman Matahari Akan Berevolusi, Ubah Bumi Jadi Batuan Tak Bernyawa

China telah mengakui keberadaan pusat-pusat tersebut dengan mengatakan bahwa pusat-pusat tersebut diperlukan untuk "pelatihan kejuruan" untuk memerangi "ekstremisme".

Tahun lalu, sebuah laporan oleh peneliti Jerman Adrian Zenz yang diterbitkan oleh lembaga pemikir Jamestown Foundation yang berbasis di Washington menuduh China menggunakan sterilisasi paksa, aborsi paksa, dan keluarga berencana yang memaksa terhadap minoritas Muslim.

Kementerian luar negeri China mengatakan tuduhan itu tidak berdasar dan palsu.

Langkah Twitter juga menyusul penghapusan akun mantan Presiden AS Donald Trump, yang memiliki 88 juta pengikut, dengan alasan risiko kekerasan setelah pendukungnya menyerbu gedung Capitol AS bulan ini.

Twitter telah mengunci akun Trump, meminta penghapusan beberapa tweet, sebelum memulihkannya dan kemudian menghapusnya sama sekali setelah mantan presiden tersebut melanggar kebijakan platform lagi.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x