Waduh! Elon Musk Dituduh Telah Lakukan Eksperimen Mengerikan: Monyet Dimutilasi Hingga Dibiarkan Mati

12 Februari 2022, 15:28 WIB
Elon Musk dan pengembang chip otak Neuralink dituduh lakukan eksperimen sadis kepada monyet hingga dibiarkan mati. /Reuters/Lucy Nicholson /

ZONABANTEN.com - Perusahaan chip otak Elon Musk, Neuralink hadapi tantangan hukum dari kelompok hak asasi hewan sebab dituduh melakukan eksperimen ekstrem yang mengerikan selama bertahun-tahun.

Chip otak dari Neuralink yang diklaim Elon Musk suatu hari akan membuat manusia menjadi sangat cerdas dan membuat orang lumpuh berjalan lagi ditanamkan di otak monyet sebagai eksperimen selama serangkaian tes di Universitas California sejak 2017 hingga 2020.

Melansir dari situs Futurism, dalam dokumen yang terungkap otak monyet dimutilasi dalam eksperimen yang berlangsung dan dibiarkan memburuk, menderita, dan berakhir mati.

Baca Juga: Isu KDRT Kembali Menyeruak, Ini 4 Bentuk KDRT yang Wajib Kamu Pahami

Akhirnya sebuah kelompok advokasi hak-hak binatang menuduh Neuralink dan Elon Musk secara khusus memfasilitasi dan mendanai penyiksaan dan mutilasi dalam eksperimennya kepada hewan.

Seperti beberapa contoh kasus yang dikutip dari New York Post.

Seekor monyet diduga ditemukan kehilangan beberapa jari tangan dan kakinya dan kemudian dibunuh selama 'prosedur terminal'.

Kasus lain, seekor monyet memiliki lubang yang dibor di bagian tengkoraknya dan elektroda (penghantar listrik) ikut ditanamkan ke otaknya.

Baca Juga: Situs Sejarah Kuno Diketahui Berusia 4.00 Tahun Ditemukan di Mongolia Dalam

Monyet ini diduga alami infeksi kulit dan terpaksa harus dilakukan tindakan euthanasia yakni dimatikan secara sengaja untuk menghilangkan kondisi sakit yang tidak bisa lagi diobati.

Dalam contoh ketiga, monyet kera betina memiliki elektroda yang ditanamkan ke otaknya dan berakibat muntah-muntah sampai kesulitan bernapas.

Beberapa hari kemudian, para peneliti menulis bahwa hewan itu tampak pingsan karena kelelahan dan berakhir dilakukan euthanasia, setelah diotopsi diketahui ia menderita pendarahan otak.

Eksperimen tersebut melibatkan 23 monyet secara keseluruhan. Setidaknya 15 dari mereka meninggal atau euthanasia pada tahun 2020.

Baca Juga: Mengenal Apa Itu Bipolar, Penyakit yang Diidap Niskala dalam Film ‘Kukira Kau Rumah’

Akibat tindakan ini, Komite Dokter untuk Pengobatan yang Bertanggung Jawab (PCRM), sebuah organisasi yang menentang penggunaan hewan dalam penelitian medis mengajukan keluhan kepada USDA terhadap Neuralink dan Universitas California atas dugaan pelanggaran Undang-Undang Kesejahteraan Hewan federal.

“Hampir setiap monyet yang dipasang implan di kepalanya menderita efek kesehatan yang cukup melemahkan,” Jeremy Beckham, direktur advokasi penelitian Komite Dokter untuk Pengobatan.

"Sejujurnya mereka telah melukai dan membunuh hewan-hewan itu," tambahnya.

Kelompok tersebut menuduh bahwa eksperimen menerima $1,4 juta dari Elon Musk dan Neuralink untuk melakukan apa yang disebutnya eksperimen otak invasif dan mematikan.

Baca Juga: Momen Bersejarah Apa Saja yang Terjadi Pada 12 Februari? Berikut Deretannya

Laporan itu melaporkan bahwa potongan baja menghancurkan bagian otak dengan zat yang tidak disetujui dan gagal memberi mereka perawatan hewan.

Bukan misteri mengapa Elon Musk dan tim eksperimen ingin menyembunyikan foto dan video pelecehan mengerikan ini dari publik," lanjut Jeremy.

Kelompok itu juga mengatakan bahwa Neuralink melanggar Undang-Undang Kesejahteraan Hewan karena tidak meminimalkan rasa sakit dan penderitaan bagi hewan, serta tidak secara teratur mengamati untuk memastikan mereka sehat.

Baca Juga: Biden dan Putin Mulai Berbicara Terkait Peringatan Ukraina yang Meningkat

Dugaan pelanggaran sangat kontras yang dilakukan Neuralink adalah membagikan sebuah video yang diposting di YouTube April tahun 2020 lalu.

Neuralink menunjukkan seekor monyet memainkan video game Pong dengan otaknya yang mana dinilai terlalu berlebihan.

Sehingga tidak mengherankan jika karya tersebut mendapat perhatian dan kecaman dari kelompok hak asasi hewan.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: New York Post Futurism

Tags

Terkini

Terpopuler