Inspirasinya berasal dari sebuah tulisan religius Gulielmus Durandus Divinorum Officiorum, yang mengatakan bahwa ikon-ikon suci di Rumah Tuhan harus ditutupi selama masa Pra Paskah.
Mulanya kain yang digunakan adalah yang lebih besar, yang berfungsi untuk menutupi seluruh ruang kudus.
Tetapi kemudian di abad ke-11, kain besar diganti dengan kain-kain yang lebih kecil hanya untuk menutupi ikon-ikon suci, dengan maksud efisiensi.
Baca Juga: Pelayanan Misa Minggu Palma 2024 Paroki Bintaro Tangerang Selatan, Ini Jadwalnya
Makna Penutupan Kain Ungu di Salib Yesus
Seperti yang diketahui sebagian besar umat Katolik, masa Pra Paskah adalah masa persiapan untuk menyambut hari-hari sengsara Yesus Kristus.
Masa-masa tersebut tentu bukan masa yang tepat untuk bersukacita, melainkan masa untuk berkabung.
Menutupi kain ungu pada Salib Yesus adalah bentuk simbol dari rasa duka, karena Yesus Kristus akan segera menunaikan tugas utamanya yaitu pengorbanan diri di kayu salib.
Kain ungu juga disebut hunger cloth (kain kelaparan) memiliki maksud untuk menghalangi mata dari hal-hal suci, seperti “puasa keilahian” agar manusia dapat melakukan reflesi diri lebih jauh.
Baca Juga: Jadwal Misa Pekan Suci 2024 di Gereja Katedral Jakarta, Dari Minggu Palma hingga Paskah
Mengapa Warna Ungu?
Pemilihan warna kain juga memiliki arti. Dalam Gereja Katolik, warna ungu merupakan warna duka, pertobatan, dan rasa prihatin.